Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Oase kata

Peran Setan Membuat Manusia Lupa

Agama | Monday, 19 Feb 2024, 13:04 WIB

Oleh: Markaz Tadarus Indonesia

Tamhid

Manusia lupa adalah hal biasa. Itu adalah tabiat yang melekat. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa manusia disebut insan, karena sifat nisyan (lupa) yang ada pada dirinya. Karena itu Allah pun melalui syari’at-Nya memberikan toleransi kepada manusia yang lupa (secara tabiat). Seseorang yang sedang berpuasa misalnya, lalu ia makan karena lupa (benar-benar lupa), maka hal itu ditoleransi, tidak batal dan ia bisa melanjutkan puasanya.

Akan tetapi tidak semua lupa bersifat tabiat. Ada banyak jenis lupa. Dan ada banyak sebab yang menjadikan manusia lupa. Maka, lupa yang selain bersifat tabiat tentu tidak mendapatkan toleransi. Bahkan sebagian jenis lupa ada yang tercela, seperti lupa yang terjadi dalam periwayatan hadits, atau lupa dalam masalah ilmu.

Pepatah Arab mengatakan: “Afatul ‘ilmi an-nisyan”, artinya: “Penyakit ilmu adalah lupa”. Tentu sangat merugi orang yang melupakan ilmu. Jangankan lupa ilmu, lupa kerjaan, kejadian, jalan, pesan, amanah, atau lupa janji saja bisa membuat kita rugi, apalagi lupa dengan ilmu.

Kuatnya ingatan sehingga tidak lupa tentu adalah anugerah dari Allah. Namun perlu diketahui bahwa ada musuh yang selalu berusaha membuat kita lupa? Siapakah dia?

Tadarus kita pada sesi ini semoga bisa memberikan jawabannya, QS. Al-Kahfi ayat 63 dan ayat 24.

Tilawah

قَالَ أَرَءَيْتَ إِذْ أَوَيْنَآ إِلَى ٱلصَّخْرَةِ فَإِنِّى نَسِيتُ ٱلْحُوتَ وَمَآ أَنسَىٰنِيهُ إِلَّا ٱلشَّيْطَٰنُ أَنْ أَذْكُرَهُۥ ۚ وَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُۥ فِى ٱلْبَحْرِ عَجَبًا

“Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali". (QS. Al-Kahfi: 63)

إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَٱذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰٓ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا

“Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". (QS. Al-Kahfi: 24)

Tafsir

Ayat 63 dari Surat Al-Kahfi ini menjelaskan kisah perjalanan nabi Musa alaihissalam dan pemuda yang menemaninya dalam perjalanan mencari seorang soleh nan berilmu yaitu Khidir.

Tepatnya di lokasi batu besar pinggir pantai, mereka berdua beristirahat setelah letih menempuh jarak panjang dengan berjalan kaki. Seketika rasa letih hilang, mereka pun melanjutkan perjalanan.

Kaki pun terus berdayun jauh hingga rasa letih kembali menyelimuti nabi Musa. Segera nabi Musa pun meminta bekal makanan yang dibawa oleh pemuda itu: “Tolong keluarkan bekal makan kita”.

Seketika itu, sang pemuda pun langsung teringat ke lokasi batu besar dan berkata:

“Wahai Musa, masih ingatkah engkau batu besar tempat kita beristirahat tadi?" Sungguh aku lupa menceritakan kepadamu tentang ikan pada makanan tersebut. Tidaklah aku lupa kecuali karena setan telah mengalihkan pikiranku sehingga aku tidak menceritakannya kepadamu.”

Kalimat sang pemuda, yaitu: فَإِنِّى نَسِيتُ ٱلْحُوتَ وَمَآ أَنسَىٰنِيهُ إِلَّا ٱلشَّيْطَٰنُ أَنْ أَذْكُرَهُ

Tidaklah aku lupa kecuali karena setan telah mengalihkan pikiranku.” Memberikan penjelasan bahwa setanlah sumber kelupaan segala-galanya.

Lantas apa solusi al-Qur'an untuk meminimalisir penyakit lupa ini?

Simak surat Al-Kahfi ayat 24:

وَٱذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ

Berzikirlah saat engkau lupa

Tadabbur

Dalam upaya mengambil petunjuk (inspirasi) dari kandungan ayat tersebut yang dapat diimplementasikan dalam keseharian, berikut beberapa tadabbur ayat yang semoga menjadi pemantik untuk perenungan selanjutnya.

1. Setan dapat mengalihkan pikiran manusia, sehingga ia melupakan hal-hal baik yang perlu disampaikan.

2. Setiap orang akan terus diganggu oleh setan baik dalam melakukan kebaikan maupun melakukan kemaksiatan kepada Allah, salah satu bentuk gangguan setan adalah menjadikan seorang hamba cepat lupa

3. Lupa itu adalah fitrah manusia, namun setan memanfaatkannya sebagai sarana, maka berhati-hatilah ini di antara jurus setan yang paling ampuh, terutama bagi yang sedang menempuh jalan fii sabilillah.

4. Penyakit lupa sejatinya adalah ulah setan yang tak berhenti menggoda. Puncaknya adalah agar kita lupa Allah. Awalnya mungkin bersifat sementara waktu. Namun jika dibiarkan akan melekat permanen dalam diri sehingga terbiasa lalai dan menyepelekan perintah-Nya.

5. Setan penyebab lupa, betul. Tapi tidak hanya setan. Ketika perbuatan kita buruk, kita menggandrungi maksiat, menjauhi amal soleh, sebenarnya kita juga berada di jalan setan. Maka, kita pasti akan lupa, karena kita tidak dijaga Allah. Saat itu lmu kita tidak berkah. Karena ilmu yang dihafal itu ilmu yang dijaga Alloh. Dan bentuk penjagaan Allah itu menunjukkan diberkahinya ilmu orang tersebut.

6. Setiap mukmin itu identik dengan dzikrullah. Maka setiap lupa dalam kebaikan, itu adalah keberhasilan tipudaya setan dalam mencabut kebiasaan tersebut.

7. Kejeniusan dan kecerdasan seseorang tidak dapat menghalanginya dari musibah lupa. Dan setan memiliki peran besar dalam hal tersebut. Apalagi hal-hal yang perlu diingat tersebut adalah hal-hal kebaikan dan amal soleh.

8. Siapapun mukmin yang sedang menempuh fii sabilillah maka berhati-hatilah. Serangan utama setan adalah membuatnya lupa; lupa ikhlas, lupa bersungguh-sungguh, lupa tujuan dan sebagainya.

9. Dalam kehidupan manusia layaknya sebuah perjalananan panjang di dalam menuju sebuah tujuan yang mulia. Betapa masifnya setan dalam memalingkan manusia dari tujuan mulia tersebut. Bagaikan anak panah was-was yang senantiasa siaga memangsa dan juga bagaikan bola-bola api godaan syahwat dan subhat untuk memalingkan manusia dari tujuan hidupnya.

Tazkiyyah

Beberapa bentuk implementasi (tazkiyyah) yang dapat dipraktekkan dan diamalkan dalam kehidupan seperti terhimpun pada tazkiyyah berikut ini:

Tazkiyah Imaniyah

1. Meyakini peranan setan saat lupa sesuatu, bukan karena lemah memory semata.

2. Meyakini kita selalu dalam pengawasan Allah dan kita juga tidak luput dari incaran setan

3. Meyakini bahwa setan tidak pernah istirahat dan juga tidak punya rasa lelah dan juga putus asa di dalam memalingkan manusia dari kebaikan. Kita harus senantiasa waspada akan jerat-jeratnya

4. Meyakini bahwa Allah menganugerahkan manusia berupa daya ingat yang kuat. Namun setan selalu mengalihkan dengan hal lain sehingga membuat lupa.

5. Saya semakin yakin benteng terkuat dari serangan setan adalah zikir, dan tanda lemahnya benteng kita adalah banyak lupa.

Tazkiyah Amaliyah

1. Memperbanyak zikir agar tidak lupa, khususnya pada saat sesuatu yang dibutuhkan hilang dari ingatan.

2. Selalu berzikir kepada Allah baik dalam keadaan ramai terlebih sendiri karena dengan berzikir kepada Allah hati kita menjadi tenang dan meminimalisir kita cepat lupa.

3. Pentingnya senantiasa mulazamatus sholihin (membersamai orang-orang soleh) dengan itulah nanti kita senantiasa terbimbing didalam kebaikan.

4. Saya akan selalu membiasakan zikir lisan semampu yang saya, karena dengan zikir lisan akan merasuk ke hati. Jika sudah merasuk ke hati, maka akan timbul muroqobah, rasa takut dan haibah atas Allah. Kalau sudah seperti itu, in sya Allah kita sedang di jalan Allah yang merupakan lawan dari jalan setan.

5. Jurus ampuh melawan lupa adalah memperbanyak berzikir kepada Allah, baik sebelum atau sesudah melakukan sesuatu.

6. Saya akan berusaha selalu dalam membersihkan hati, berzikir dan berdo’a serta ikhlas beramal sehingga tidak memberi celah pada setan untuk menggagalkan apa-apa yang perlu diingat dan dikerjakan.

7. Mempersiapkan setiap amalan dengan baik berikut menyertainya dengan zikir, agar setiap amal yang sudah dirancang selamat dari gangguan setan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image