Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Berbagi Kebaikan, Menuai Keberkahan: Kiat Jitu Membalas Budi dengan Lebih Baik

Agama | Wednesday, 14 Feb 2024, 10:20 WIB
Dokumen Media Islam

Penghormatan dan pembalasan budi baik merupakan nilai luhur yang diajarkan agama. Salah satu ayat Alquran dalam Surat An-Nisa ayat 86 menyebutkan, "Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu."

Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan yang lebih baik atau setidaknya dengan hal yang sepadan. Ini merupakan sikap terpuji yang dapat mewujudkan hubungan sosial yang harmonis di tengah masyarakat.

Mengapa kita perlu membalas budi baik dengan lebih baik? Pertama, hal ini mencerminkan akhlak mulia dan menunjukkan rasa syukur kita atas kebaikan yang diterima. Kedua, dengan membalas kebaikan dengan kebaikan yang lebih baik, kita telah ikut menyebarkan kebajikan di masyarakat. Ketiga, sikap ini dapat memupuk rasa saling menghargai, menumbuhkan solidaritas, dan memperkuat tali silaturahmi antar sesama.

Sebaliknya, jika kita membalas kebaikan dengan keburukan, itu hanya akan melahirkan permusuhan dan dendam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak berterima kasih kepada Allah." Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita membalas budi baik orang lain, betapa pun kecilnya pemberian tersebut.

Contoh sederhana membalas budi baik dengan lebih baik adalah ketika seseorang memberi kita makanan atau minuman, kita bisa membalasnya dengan memberikan makanan atau minuman yang lebih mewah. Atau, jika seseorang mengucapkan selamat atas kesuksesan kita, kita bisa membalasnya dengan doa yang tulus agar dia juga sukses.

Dalam skala yang lebih besar, misalnya jika seseorang menolong membiayai sekolah kita, kita bisa membalasnya dengan memberikan beasiswa untuk anaknya kelak. Atau jika seseorang membantu modal usaha kita, kita bisa membalas dengan memberikan bagian keuntungan untuknya. Intinya, balaslah kebaikan dengan kebaikan yang setimpal atau lebih baik, sesuai kemampuan kita.

Membalas budi baik dengan lebih baik juga berlaku dalam hubungan antar bangsa dan negara. Sebagai contoh, Indonesia pernah menerima bantuan medis dari China saat pandemi Covid-19 melanda. Lalu, pemerintah Indonesia balas membantu China yang dilanda bencana banjir bandang.

Demikian pula, jika suatu negara pernah membantu Indonesia di masa lalu, sudah sepantasnya Indonesia membalas budi itu dengan cara yang lebih baik, misalnya dengan meningkatkan kerja sama bilateral di berbagai bidang yang saling menguntungkan kedua negara.

Membalas budi baik dengan lebih baik juga berlaku dalam konteks hubungan antar umat beragama. Ketika umat agama lain menghormati dan memberi kebebasan umat Islam menjalankan ibadah, sudah semestinya umat Islam membalasnya dengan sikap hormat dan memberi kebebasan serupa kepada umat lain dalam menjalankan ibadahnya.

Dengan demikian, akan tercipta kerukunan dan saling pengertian antar umat beragama, sebagaimana dicita-citakan oleh para Nabi dan Rasul. Inilah hakikat membalas budi baik dengan kebaikan yang lebih baik, demi mewujudkan keharmonisan.

Namun, kadang kita dituntut untuk membalas keburukan dengan kebaikan. Seseorang mungkin pernah menyakiti atau menfitnah kita, lalu ia datang meminta maaf dan berbuat baik. Dalam kondisi ini, kita tetap dianjurkan membalasnya dengan kebaikan dan memaafkannya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Bukanlah orang yang kuat itu karena ia mampu menumbangkan lawan, namun orang yang kuat adalah yang mampu menguasai dirinya ketika marah."

Membalas keburukan dengan kebaikan adalah manifestasi kesabaran dan keteguhan iman kita. Ini lebih sulit dilakukan dibanding membalas kebaikan dengan kebaikan, namun pahalanya juga jauh lebih besar. Dengan membalas keburukan dengan kebaikan, kita telah meredam kebencian dan menghentikan siklus permusuhan di masyarakat.

Sebagai penutup, marilah kita senantiasa membalas budi baik orang lain dengan cara yang lebih baik, atau paling tidak dengan sepadan. Jadikanlah ini sebagai akhlak mulia yang melekat dalam jiwa, sehingga tercipta masyarakat harmonis yang saling menghargai dan mengasihi. Semoga kita termasuk orang yang pandai membalas budi, bukan pantas menerima balasan. Wallahu a'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image