Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ali Azhar

Mengutip Hikmah dari Buku The Old Man and The Sea: Kisah Nelayan Tua Menaklukan Ikan

Sastra | Saturday, 10 Feb 2024, 14:20 WIB
Sumber: Penerbit Kakatua

Dalam Novel ini kita akan berkenalan dengan seorang pria tua yang berprofesi sebagai nelayan Namanya Santiago, dia tinggal sebatang kara di pesisir pantai. Dia punya seorang sahabat yaitu seorang bocah yang menaruh rasa hormat kepada pria tua itu yang sudah dia anggap sebagai gurunya. Berlatar belakang diteluk meksiko yang indah, Santiago sudah 84 hari tidak mendapatkan satupun ikan. Bahkan dia mendapat julukan slao (kesialan yang paling sial). Namun, saat hari ke-85 akhirnya Santiago mendapatkan seekor ikan, dan bukan sembarang ikan namun ikan marlin. Seekor ikan yang menjadi titik pencapaian terakhir setiap nelayan di dunia. Dan kita akan dibuat kagum dengan besar dan berat serta perjalanan menaklukan ikan tersebut. Mungkin ceritanya terdengar sederhana, hanya mengisahkan pria tua yang sial dan bertemu kepada hari dimana keberuntungannya datang dengan menagkap seekor ikan marlin raksasa. Tapi, percayalah kalian akan dibuat terkagum bukan karena plot ceritanya yang sederhana melainkan karena karakter Santiago yang berinteraksi dengan ikan marlin sebagai bagian dari alam yang pada akhirnya menciptakan pelajaran hidup yang sangat mendalam dan berharga. Banyak pelajaran hidup yang akan kita lihat dari seorang nelayan tua bernama Santiago.Disini saya akan mencoba menuliskan hikmah apa saja yang telah saya dapatkan dari novel yang tipis ini, buku ini sangat bagus buat anda yang suka novel klasik yang tidak terlalu panjang namun serat dengan hikmah. Berikut beberapa hikmah yang diambil dari karakter Santiago:

OptimisPada awal awal cerita kita akan terkagum-kagum oleh mindset optimis dari karakter Santiago, dimana dia percaya bahawa bila hari ini tidak mendapat satupun ikan mungkin besok adalah harinya. Dia terus mempercayai hari esok hingga 84 hari, dan tibalah hari ke-85 dan hari-hari berikutnya yang menjadi hari terbaik dalam hidupnya karena dia akhirnya bisa mendapatkan ikan, bahkan seekor ikan marlin yang sangat besar.

SabarSabar adalah kunci dari kegiatan memancing dan kita akan melihat betapa luar biasanya kesabaran dari seorang Santiago saat dia harus mengikuti ikan marlin yang telah melahap kailnya. Dia terus bersabar dan menunggu untuk waktu yang tepat untuk melihat ikan itu muncul ke permukaan laut dan Santiago bisa mengukur kekuatannya untuk menaklukan ikan tersebut. Dia terus sabar menanti momen itu sampai membuatnya harus terbawa ke tengah laut namun tak sampai membuat nya tersesat dan tidak bisa pulang. Saat saya membaca bagian ini saya hanya tersenyum sambil membayangkan betapa hebatnya Santiago bersabar.

Kesendirian itu menyakitkanSelama perjalannya menaklukan ikan marlin dia harus berjuang melawan kesendirian yang gelap, ditengah laut tanpa seorang yang menemani adalah hal yang menyakitkan. Beberapa kali dia harus berbicara mengeluh dan menyemangati ke tangannya sendiri saat dia harus berduel dengan ikan marlin tangkapannya. Dia selalu menyesal bila mengingat saat dia menolak bocah itu untuk ikut dengannya. Bocah itu sudah memaksa untuk ikut namun akhirnya ditolak oleh Santiago, dan dia harus menerima kesendirian di tengah laut seperti seekor semut di tengah padang pasir yang luas.

Kekuatan doaWalapun Santiago digambarkan bukan orang yang religius namun di beberapa bagian penulis menggambarkan bahwa Santiago berdoa. Dia berdoa pada saat-saat tertentu, dimana kita tahu bahkan bagi orang yang tidak religius pun saat berada pada situasi dan kondisi yang penting maka doa akan muncul sebagai obat penawar yang mujarab untuk membantu menaklukan hal penting dan itu digambarkan dengan sangat baik oleh sang penulis pada diri Santiago.

TotalitasDalam segala hal dan profesi apapun totalitas dalam mengerjakannya adalah kunci dari kesuksesan. Santiago melakukan segalanya, dia terus melakukan keahliannya dengan sangat baik dan terampil saat menaklukan ikan marlin yang sangat besar. Sepanjang cerita penaklukannya terhadap ikan marlin saya merasakan betapa totalitasnya Santiago. Selama penaklukan dia sering berada pada kondisi yang membuatnya harus memilih salah satu namun dia melakukannya sekaligus dan itu cukup menunjukan betapa totalitasnya dia dalam memancing.

Menghargai ciptaan tuhanSantiago sangat menghargai alam terutama segala sesuatu yang ada di dalam laut. Beberapa kali Santiago berbicara pada si ikan yang tentu saja itu semua hanya khayalannya Santiago, namun penulis menunjukkan bahwa begitulah cara menghargai alam, mencoba berfikir apa yang difikirkan oleh ikan adalah bentuk penghormatan yang luar biasa. Dai memang sedang menaklukan si ikan namun sikapnya sangat menunjukkan penghorman kepada si ikan.

Menerima akhir yang tidak terduga.Saya bingung menjelaskannya, karena entah mengapa saya merasa inilah inti hikamh dan pelajaran dari cerita ini, yaitu menerima kemungkinan terburuk dengan lapang dada. Santiago memang sudah menapatkan ikan marlin itu. Namun, itu belum berakhir karena bau amis dari ikan marlin itu mengundang predator laut untuk memakan ikan marlin tersebut, dan pada akhirnya membuat Santiago harus menerima itu semua.Saya selalu percaya buku yang baik dan bagus adalah buku yang bisa mengajarkan kita banyak pelajaran hidup (Hikmah). Dan buku itu mahal karena hikmah nya yang membuat setiap pembaca mulai introspeksi diri ketika membaca dan selesai membaca buku tersebut. Saya menemukan banyak hikmah dalam buku The Old Man and The Sea, yang dituliskan diatas adalah hikmah yang sempat saya catat. Pengalaman lah yang membuat kita menyadari hikmah dalam setiap cerita dan hikmah dalam buku ini masih banyak sesuai pengalaman hidup anda saat membaca buku ini.Kekurangan buku ini hanya satu, yaitu awal yang cukup membosankan. Namun, saat sudah berada ditengah laut saat itulah kita akan ditarik untuk berimajinasi menjadi Santiago si nelayan tua yang ahli namun juga menyedihkan namun pantang menyerah. Selamat membaca dan jadilah Santiago di dunia nyata ini!!!!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image