Sami'naa Wa Atho'naa Tidak Tepat Untuk Pemilu
Politik | 2024-02-09 07:30:39Seluruh jargon untuk marketing politik digunakan dalam rangka merebut suara berbagai kalangan. Umat islam adalah penyumbang suara terbesar dalam bentuk pemilihan apapun karena umat islam adalah umat mayoritas.
Islam juga memiliki ajaran-ajaran inti yang sederhana sehingga bisa dijadikan slogan-slogan yang mudah ditangkap oleh masyarakat.
Salah satu slogan umat islam adalah "sami'naa wa atho'naa". Dalil ini berangkat dari firman Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 51:
اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Artinya : "Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (TQS. An-Nur : 51).
Kalimat "sami'naa wa atho'naa" yang artinya "kami dengar, kami taat" adalah kalimat ringkas namun berisi ajaran syari'at yang dalam.
Kalimat "kami dengar kami taat" merupakan sikap praktis (praktek amal) yang seharusnya dilakukan umat islam ketika diminta berhukum kepada syari'at yang disampaikan melalui Al-qur'an maupun hadist Rasulullah SAW. Lebih jauh Al-qur'an dan hadist adalah hukum dari Allah SWT yang harus diterapkan.
Dalam hal tersebut, umat cukup melakukan hal sederhana yaitu mendengarkan dan taat. Sehingga perilaku taat sering dislogankan dengan "sikap sami'naa wa atho'naa".
Pada hari ini, penggunaan "sami'naa wa atho'naa" seperti mengalami perluasan penerapan. Segala hal dapat didalilkan dengan "sami'naa wa atho'naa". Terlebih di tengah masyarakat yang awam terhadap agama, mudah termakan slogan, suka yang praktis-praktis, dan malas berfikir. Maka slogan adalah senjata paling ampuh menghadapi masyarakat yang memiliki taraf berfikir rendah tersebut.
Slogan ini akhirnya tanpa disadari dapat dijadikan alat intimidasi atas nama suka rela. Dengan dalih, masyarakat harus taat sama pemimpin yang sedang berkuasa, jadi seumpama diperintah pemimpin yang berkuasa memilih pasangan tertentu, maka tak ada pilihan lain selain "dengarkan dan taati". Padahal asas memilih pemimpin harusnya penilaian masyarakat atas kemampuan untuk memimpin bukan asas perintah dari yang berkuasa. Dan tentu pemilihan dilakukan pada sistem yang benar yaitu sistem dari Allah SWT.
Alih-alih ingin membuat masyarakat religius dengan mengenalkan slogan "sami'naa wa atho'naa", tindakan penggunaan slogan demikian justru lebih dekat dengan politisasi agama.
Maka dari itu, slogan agama Islam adalah suatu perkataan yang memiliki tempat. Jika bukan pada tempatnya slogan itu diucapkan, maka hal tersebut cenderung menghantarkan pada aktivitas jahil.
Wallahu aa'laam bi asshowab.
Oleh : Shela Rahmadhani, S. Pt
(Alumni Universitas Gadjah Mada)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.