Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rudi Ahmad Suryadi

Menegaskan Kembali Manusia sebagai Makhluk Berpikir

Edukasi | Sunday, 04 Feb 2024, 17:22 WIB

Ketika Anda membaca, pasti Anda berpikir. Ketika saya menulis buku, saya pun berpikir. Ketika mereka menyaksikan sesuatu yang mungkin aneh, mereka berpikir. Ketika kita menghubungkan objek satu dengan objek yang lain, kita pun berpikir. Bepikir tetap melekat dalam kehidupan. Sepertinya, tak ada satu pun manusia yang sehat mentalnya melepaskan diri berpikir. Berpikir menjadi ciri khas kita sebagai manusia. Atau bisa juga dikatakan, kita manusia adalah karena kita berpikir, kita berpikir menjadi karakteristik bahwa kita manusia.

Pernyataan filosofis bahwa manusia adalah al-hayawan al-nathiq (makhluk yang berpikir) telah menjadi landasan yang menancap kuat pada bidang pemikiran. Manusia berbeda dengan makhluk lain karena potensi akal yang diberikan oleh Allah Swt. Hewan dapat melakukan aktivitas dengan dorongan insting. Manusia, selain memiliki insting, menggunakan akalnya. Posisi akal manusia ini sekaligus menjadi pondasi untuk melakukan aktivitas pemikiran.

sumber: https://bdtechtalks.com/ diakses pada tanggal 4 Februari 2024

Makna Berpikir

Setiap aspek kehidupan kita, termasuk pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kreativitas, dan imajinasi, didukung oleh pemikiran, sebuah proses kognitif yang kompleks. Oleh karena itu, perhatian mendasar dalam studi psikologi adalah bagaimana memahami pemikiran dalam segala bentuknya.

Pada APA Dictionary of Psychology dalam https://dictionary.apa.org/thinking, kata thinking atau berpikir diartikan sebagai: “Cognitive behavior in which ideas, images, mental representations, or other hypothetical elements of thought are experienced or manipulated. In this sense, thinking includes imagining, remembering, problem solving, daydreaming, free association, concept formation, and many other processes. Thinking may be said to have two defining characteristics: (a) It is covert—that is, it is not directly observable but must be inferred from actions or self-reports; and (b) it is symbolic—that is, it seems to involve operations on mental symbols or representations, the nature of which remains obscure and controversial”.

Rumusan definisi ini menyebutkan bahwa berpikir adalah perilaku kognitif yang di dalamnya terdapat proses di mana ide, gambar, representasi mental, atau elemen pemikiran hipotetis lainnya dirasakan atau dimanipulasi. Dalam arti ini, berpikir mencakup membayangkan, mengingat, memecahkan masalah, berkhayal, asosiasi bebas, pembentukan konsep, dan banyak proses lainnya. Dapat dikatakan bahwa berpikir memiliki dua karakteristik yang menentukan: (a) Bersifat tersembunyi—artinya, tidak dapat diamati secara langsung tetapi harus disimpulkan dari tindakan atau laporan diri; dan (b) Bersifat simbolik—artinya, tampaknya melibatkan operasi pada simbol atau representasi mental, yang sifatnya masih tidak jelas dan kontroversial.

Dari sudut pandang para ahli, berpikir artinya proses kognitif yang kompleks yang melibatkan manipulasi dan pemrosesan berita dalam otak. Psikolog kognitif dan pakar saraf mengkaji pemikiran untuk memahami bagaimana individu memperoleh, memproses, menyimpan, serta menggunakan objek untuk menyusun keputusan dan memecahkan problematika.

Berpikir meliputi banyak sekali aktivitas mental, seperti persepsi, memori, pemecahan masalah, penalaran, pengambilan keputusan, serta kreativitas. Para pakar ilmu kognitif tak jarang memakai model dan teori yang tidak sama untuk menjelaskan mekanisme berpikir, serta model berpikir yang berkaitan dengan konsep-konsep seperti representasi mental, skema kognitif, dan jaringan saraf.

Pendekatan yang berbeda, seperti halnya psikologi kognitif, ilmu saraf kognitif, serta kecerdasan buatan, berkontribusi pada pemahaman tentang wacana berpikir dengan aneka macam sudut pandang. Psikologi kognitif secara serius mempelajari proses mental serta perilaku, ilmu saraf kognitif mengkaji dasar saraf kognisi, dan kecerdasan buatan bertujuan untuk meniru atau mensimulasikan pemikiran seperti manusia di mesin.

Secara holistik, berpikir merupakan aspek utama asal kognisi. Para ahli di berbagai bidang membahas dan meneliti proses serta mekanisme yang mendasari aspek fundamental yang berasal dari kecerdasan manusia.

N Sam M.S dalam menulis sebuah makalah yang berjudul Thinking yang ditulis pada https://psychologydictionary.org/thinking/. Dia menyebutkan bahwa berpikir merupakan perilaku mental di mana ide, gambar, simbolisasi kognitif, atau komponen hipotetis pemikiran lainnya dialami atau dimanipulasi. Dalam pengertian ini, berpikir termasuk membayangkan, mengingat, memecahkan masalah, asosiasi bebas, melamun, pembentukan konsep, dan berbagai prosedur lainnya.

Masih menurut N Sam M.S., pada banyak penerapan di bidang pendidikan, kesehatan mental, bisnis, dan kecerdasan buatan, pemahaman tentang pemikiran sangat penting. Untuk meningkatkan hasil pembelajaran, misalnya, strategi dan intervensi pendidikan dapat diinformasikan oleh wawasan tentang bagaimana orang memecahkan masalah dan membuat keputusan. Memahami proses berpikir dalam kesehatan mental dapat membantu dalam identifikasi dan pengobatan gangguan kognitif dan penyakit mental.

Sesuai dengan definisi pada makalah di atas, terdapat beberapa kata yang dapat dijadikan landasan. Proses Kognitif adalah Proses mental internal yang terlibat dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman, termasuk berpikir, mengetahui, mengingat, menilai, dan memecahkan masalah. Pemecahan Masalah merupakan proses kognitif untuk menemukan solusi terhadap situasi yang menantang. Pengambilan Keputusan merupakan proses kognitif untuk memilih suatu tindakan di antara beberapa alternatif. Sementara berpikir Kreatif adalah proses kognitif untuk menghasilkan ide-ide baru, inovatif, dan bernilai.

Konsep berpikir ini sering kali banyak dibahas oleh pakar psikologi. Dalam https://www.vaia.com/ disebutkan bahwa berpikir adalah proses yang penting bagi manusia. Berpikir memungkinkan manusia untuk memecahkan masalah, mempelajari informasi baru, memahami konsep, dan memproses pengalaman. Berpikir melibatkan seluruh proses belajar, mengingat, dan mengatur mental untuk memahami informasi dengan lebih baik dan mengingatnya kembali.

Orang dengan kemampuan berpikir yang kuat cenderung memiliki imajinasi yang aktif, lingkungan yang kreatif, dan kepribadian yang suka berpetualang atau keingintahuan yang kuat. Mereka pun yang memiliki keahlian di bidang tertentu dan motivasi intrinsik juga cenderung memiliki kemampuan berpikir yang lebih berkembang.

Beberapa Kajian tentang Berpikir pada Manusia

Dalam sudut pandang psikologi, para ahli telah memberikan eksplanasi yang komprehensif tentang apa itu berpikir juga bagaimana prosesnya. Mereka yaitu ahli di bidang ilmu kognitif, psikologi, dan ilmu saraf telah menyumbangkan wawasan yang berharga dalam memahami pemikiran.

Daniel Kahneman dalam Thinking, Fast and Slow (2011), mengeksplorasi dua sistem berpikir yang mengatur pengambilan keputusan manusia dan menawarkan wawasan tentang bias dan kesalahan kognitif. Howard Gardner menulis buku Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (1983). Teori kecerdasan majemuk dari Gardner menantang pandangan tradisional tentang kecerdasan tunggal dan mengeksplorasi berbagai cara individu dapat unggul dalam berbagai domain kognitif.

Steven Pinker, seorang ahli psikologi kognitif menulis buku How the Mind Works (1997). Bukunya memberikan eksplorasi yang komprehensif tentang pikiran manusia, yang mencakup topik-topik dari bahasa hingga pengambilan keputusan.

Ray Kurzweil menulis How to Create a Mind: The Secret of Human Thought Revealed (2012). Pada bukunya, ia menjelaskan potensi untuk merekayasa balik otak dan menciptakan kecerdasan buatan yang meniru proses berpikir manusia.

Pemikiran Rene Descartes pernah dikritik oleh Antonio Damasio dalam bukunya yang berjudul Descartes' Error: Emotion, Reason, and the Human Brain (1994). Damasio, seorang ahli saraf, mengeksplorasi hubungan rumit antara emosi dan pemikiran rasional, menantang pemisahan tradisional antara pikiran dan tubuh. Tentang kesadaran manusia, Dennett, seorang filsuf dan ilmuan kognitif, membahas sifat kesadaran dan mekanisme yang mendasari pengalaman subjektif manusia. Dennet menuliskannya dalam sebuah buku yang berjudul Consciousness Explained (1991)

Beberapa buku ini memberikan perspektif yang beragam tentang pemikiran, mulai dari bias kognitif dan pengambilan keputusan hingga ilmu saraf tentang kesadaran. Membaca karya-karya para ahli ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas proses berpikir manusia.

Wallahu A'lam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image