Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tatik Maslihatin

Hikmah Kemuliaan Bulan Rajab

Agama | Saturday, 03 Feb 2024, 18:36 WIB

Sungguh beruntung kaum muslimin telah memasuki bulan Rajab. Pada bulan Rajab banyak keberkahan yang bisa didapatkan oleh seorang muslim. Allah swt melimpahkan banyak kebaikan pada hamba-Nya di bulan rajab ini. Hal ini karena rajab merupakan salah satu bulan yang Allah swt muliakan.

Bulan Mulia dan Bulan Haram

Para ulama menjelaskan bahwa Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram yang Allah Swt. muliakan. Ini berdasarkan firman-Nya: “Sungguh bilangan bulan menurut Allah ada dua belas bulan, dalam catatan Allah, saat Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya terdapat empat bulan haram [suci]. Itulah agama yang lurus. Karena itu janganlah kalian menzalimi diri kalian sendiri pada bulan-bulan itu.” (TQS At-Taubah [9]: 36).

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah saw bersabda : “Sungguh waktu itu telah diputar sebagaimana keadaannya saat Allah Swt. menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga berurutan yaitu Zulkaidah, Zulhijah dan Muharam. Lalu Rajab bulan Mudhar yang terdapat di antara Jumadil dan Syakban.” (HR Muslim).

Para ulama telah menjelaskan kemuliaan dan keutamaan bulan Rajab. Ibnu Faris menjelaskan bahwa secara bahasa, “rajaba” berarti mengagungkan, menakutkan, menghormati. “Rajaba” juga bermakna mengukuhkan atau menguatkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. (Ibnu Faris, Mu’jam Maqaayis al-Lughah, hlm. 445).

Selain itu, dalam sebuah hadits mursal yang diriwayatkan Imam Asy-Syaukani dari Imam Hasan al-Bashri menjelaskan tentang kemuliaan dan keistimewaan Rajab. Bahwa Nabi Muhammad saw. menjelaskan bahwa Rajab sebagai bulan milik Allah (syahrulLâh) yang menandakan kemuliaan dan keutamaannya. Beliau bersabda, “Rajab adalah bulan Allah, Syakban adalah bulanku, dan Ramadan adalah bulan umatku.” (Asy-Syaukani, Nayl al-Awthâr, 4/293, Maktabah Syamilah).

Menurut Al-Qadhi Abu Ya’la rahimahulLâh bahwa “Dinamakan bulan haram karena dua makna. Pertama, pada bulan tersebut diharamkan terjadinya berbagai pembunuhan. Orang-orang jahiliah juga meyakini hal tersebut. Kedua, pada bulan tersebut terdapat larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Pada saat itu pun sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.” (Lihat: Ibnu al-Jauzi, Zâd al-Masîr, Tafsir QS At-Taubah ayat 36).

Peristiwa Penting pada Bulan Rajab

Atas izin Allah Swt, banyak sekali kemuliaan bagi kaum muslim terjadi pada bulan Rajab. Bulan Rajab tahun ke-5 kenabian menjadi momen hijrah kaum muslim yang pertama ke negeri Habasyah. Pada tahun ke-10 kenabian bulan Rajab pula Allah Swt. meng-isra mikraj-kan Rasul saw. Dalam Isra Mikraj itu Nabi saw tidak hanya menerima perintah sholat tapi beliau juga dikukuhkan sebagai pemimpin bagi seluruh umat manusia. Saat itu beliau dititahkan menjadi imam sholat bagi para nabi dan rasul terdahulu di Baitulmaqdis.

Bulan Rajab juga telah dijadikan oleh Allah Swt. sebagai momen istimewa peralihan kiblat kaum muslim, dari Masjidilaqsa ke Masjidilharam (Ibnu Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, III/252-253).

Demikian pula Perang Tabuk yang menggetarkan adidaya Romawi terjadi pada bulan Rajab tahun 9 H. (Ibnu Hisyam, As-Sîrah an-Nabawiyyah, V/195). Kota Damaskus (Syam) dibebaskan oleh kaum muslim di bawah Panglima Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah ra. dan Khalid bin al-Walid ra. pada bulan Rajab tahun 14 H/635 M.

Dalam kitab Bidayah wa Nihayah menyebutkan bahwa Perang Yarmuk yang dipimpin oleh Khalid bin al-Walid ra, ketika menghadapi tentara Romawi juga terjadi pada bulan Rajab tahun 15 H/636 M (Ibnu Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, VII/4). Khalid bin al-Walid ra. membebaskan Hirah, Irak, juga pada bulan Rajab (Ibnu Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, VI/343).

Pada 28 Rajab 583 H/2 Oktober 1187 M, Baitul Maqdis pun berhasil direbut kembali oleh kaum muslim di bawah kepemimpinan Shalahuddin al-Ayyubi, setelah mereka mengalahkan pasukan Salib dalam Perang Hittin. Saat itu pun azan kembali dikumandangkan dan salat Jumat kembali dilaksanakan di Masjidilaqsa setelah 88 tahun Baitul Maqdis diduduki tentara Salib.

Kemuliaan Bulan Haram

Kaum muslim dulu telah begitu memuliakan dan menjaga kehormatan bulan haram, termasuk Rajab. Karena itu seyogianya kaum muslim saat ini pun memuliakan bulan-bulan haram, termasuk bulan Rajab ini dengan melipatgandakan amal-amal terbaik. Hal ini bisa dilakukan melalui dua pendekatan.

Pertama, dengan berhenti dari hal-hal yang bertentangan dengan hukum Allah Swt., yang bisa mendatangkan murka-Nya. Misalnya, menghentikan muamalah-muamalah yang haram seperti riba, menjauhi hasad dan dengki,meninggalkan caci-maki, menjauhi segala tindakan yang melanggar hak orang lain. Termasuk dalam hal ini meninggalkan segala bentuk kezaliman dan tidak mendukung orang-orang zalim, sebagaimana firman Allah Swt. “Janganlah kalian cenderung kepada orang-orang zalim yang menyebabkan kalian disentuh api neraka ” (QS Hud [11]: 113)

Apalagi jika pelaku kezaliman adalah para pemimpin, terutama yang suka berbohong. Rasul saw. bersabda, “Sungguh akan ada sesudahku para pemimpin. Siapa saja yang membenarkan kebohongan mereka dan membantu kezaliman mereka, ia bukan golonganku dan aku pun bukan golongannya, dan ia tidak akan masuk menemaniku di telaga.” (HR an-Nasa’i, al-Baihaqi dan al-Hakim)

Kedua, dengan melaksanakan amal-amal sholih. Yaitu dengan giat melaksanakan kewajiban-kewajiban dari Allah Swt dan memperbanyak amalan sunah. Oleh karena itu pada bulan Rajab ini kita harus makin disiplin dalam menunaikan salat lima waktu, memperbanyak salat sunah, puasa sunah dan sedekah, menasihati orang lain, melakukan amar makruf nahi mungkar dan amal sholih lainnya.

Tidak mengherankan, saat memasuki Rajab Rasulullah saw. selalu melantunkan doa agar diberikan umur panjang dan bisa berjumpa kembali dengan Ramadan nan suci. Dalam kitab Syuab Al-Iman, dari Anas bin Malik yang mengatakan, “Ketika Nabi Muhammad saw. memasuki Rajab, beliau mengucapkan, ‘Allahumma barik lana fi rajaba wa syabana wa ballighna Ramadana.’Ya Allah, berkahilah umur kami saat Rajab dan Syaban, serta pertemukanlah kami sampai bulan Ramadan.'” (HR Imam Al-Baihaqi).

Alhasil, hendaknya kita tidak mengabaikan kemuliaan bulan haram (suci), termasuk bulan Rajab. Seharusnya kita berupaya menjauhi larangan-larangan Allah Swt dan menjadikan bulan Rajab sebagai momen untuk berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan ketaatan secara totalitas kepada Allah swt dalam semua aspek kehidupan. Baik ketaatan yang dilakukan oleh individu maupun ketaatan secara komunal didalam masyarakat dan Negara. Itulah wujud hakiki ketakwaan kita kepada Allah Swt.Ketakwaan seperti inilah yang akan mewujudkan keberkahan dari langit dan dari bumi.

“Andai penduduk negeri beriman dan bertakwa, Kami pasti akan membuka untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (Kami). Karena itu Kami mengazab mereka karena perbuatan dosa yang telah mereka lakukan.” (QS Al-A’raf [7]: 96).

Biodata Penulis

Nama : Tatik Maslihatin

Profesi : Akademisi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image