Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Cara Menghentikan Misinformasi

Eduaksi | 2024-01-19 19:50:20
Sumber gambar: The Trinity Voice

Misinformasi dapat diatasi dengan 8 prosedur efektif.

Poin-Poin Penting

· Misinformasi adalah informasi yang salah, tidak akurat, atau menyesatkan.

· Memerangi misinformasi memerlukan pengenalan, pencarian sumber, dan identifikasi motif sumbernya.

· Misinformasi dapat dihentikan dengan memperbaiki kesalahan, perubahan psikologis, dan perubahan sosial.

Misinformasi adalah momok kontemporer yang terlihat dalam perselisihan mengenai perubahan iklim, vaksinasi, perang, kesenjangan, dan kontroversi politik. Delapan teknik dapat membantu Anda mengubah misinformasi menjadi informasi nyata dengan mengajukan pertanyaan tajam.

1. Misinformasi Apa yang Dapat Diidentifikasi?

Memperbaiki informasi yang salah memerlukan identifikasi terlebih dahulu, seperti halnya menyembuhkan pasien memerlukan identifikasi penyakitnya terlebih dahulu. Misinformasi muncul ketika kita menemukan klaim yang bertentangan dengan sesuatu yang sudah kita yakini. Ketika kita mendengar suatu klaim yang bertentangan dengan keyakinan kita, kita tidak boleh langsung berasumsi bahwa klaim tersebut adalah informasi yang salah, karena keyakinan kita sebelumnya bisa saja salah. Sebaliknya, ucapan yang tidak sesuai seharusnya mendorong kita untuk mempertimbangkan kembali keyakinan kita dan mencari tahu apakah klaim baru tersebut lebih koheren dengan bukti keseluruhan dibandingkan pandangan lama kita. Kemudian mengidentifikasi klaim tersebut sebagai misinformasi merupakan hasil evaluasi berdasarkan semua bukti yang relevan.

Cara lain untuk mengenali kemungkinan misinformasi adalah dengan memperhatikan apakah suatu klaim didukung dengan bukti. Para ilmuwan diharapkan untuk menunjukkan bukti yang mendukung hipotesis mereka, dan politisi kadang-kadang menjelaskan dasar bukti usulan mereka. Klaim kuat yang hanya dinyatakan sebagai pernyataan tanpa bukti terkait akan menimbulkan kecurigaan adanya misinformasi.

Cara ketiga untuk mendeteksi misinformasi adalah dengan mengenali suatu klaim yang berasal dari sumber yang diketahui bias dan tidak dapat diandalkan. Beberapa sumber informasi seringkali salah sehingga kita dapat dengan cepat mengabaikan apa yang mereka katakan.

2. Apa Sumber Misinformasi?

Jika sumber informasi tidak dikenal, maka diperlukan penyelidikan lebih lanjut. Sumber saya sebagian besar adalah media yang saya punya pengalaman bertahun-tahun yang telah menghasilkan keyakinan terhadap keakuratan mereka secara umum, meskipun tidak sempurna: CNN, CBC, The Guardian, The New York Times, The Washington Post, The Toronto Star, dan The Economist. Namun, saya juga menemukan situs web yang baru bagi saya dan oleh karena itu memerlukan pengawasan yang lebih cermat. Tidak dapat dihindari, penilaian terhadap sumber-sumber informasi baru bergantung pada pertimbangan seberapa baik sumber-sumber tersebut selaras dengan sumber-sumber yang sudah dipercaya.

3. Apa Motif Para Pencetus dan Penganut Misinformasi?

Penalaran yang termotivasi adalah faktor utama dalam menghasilkan dan menyebarkan informasi yang salah. Oleh karena itu, upaya mengubah misinformasi menjadi informasi nyata memerlukan identifikasi motif baik pencetus maupun penerima informasi palsu. Mengenali tujuan pembuat misinformasi membantu mengidentifikasi kebohongan, sedangkan mengenali motif penerima akan membantu proses memperbaiki kesalahan mereka, baik secara langsung atau melalui pemikiran kritis dan wawancara motivasi.

4. Hal-hal Misinformasi Apa yang Harus Dikoreksi Faktual?

Tiga pertanyaan pertama saya tentang mengidentifikasi misinformasi, sumber, dan motif adalah persiapan untuk operasi inti mengoreksi informasi melalui koreksi faktual, pemikiran kritis, dan wawancara motivasi. Koreksi faktual adalah cara yang paling mudah dan dapat mengatasi kesalahan informasi yang mudah terbukti salah.

5. Bagaimana Cara Berpikir Kritis Digunakan untuk Mengidentifikasi Kesalahan Berpikir dan Memperbaikinya?

Berpikir kritis adalah proses dua langkah untuk menyadari kesalahan informasi sebagai akibat dari kesalahan berpikir (bias dan kekeliruan), dan kemudian memperbaiki kesalahan informasi tersebut dengan menerapkan prosedur yang sah, seperti penalaran sebab akibat yang cermat.

Penangkal terbaik terhadap penalaran yang termotivasi adalah penggunaan bukti secara bijaksana dalam berbagai metode penalaran yang baik, termasuk inferensi statistik dan inferensi untuk penjelasan terbaik. Alat berpikir kritis lainnya adalah evaluasi analogi sebagai kuat, lemah, palsu, atau beracun.

6. Bagaimana Wawancara Motivasi Digunakan untuk Mengubah Sikap dan Perilaku Berdasarkan Misinformasi?

Berbeda dengan pendekatan berpikir kritis berbasis logika, wawancara motivasi lebih mirip psikoterapi dalam menggunakan percakapan dan empati untuk mengubah sikap dan keyakinan. Penalaran yang termotivasi dapat dikoreksi dengan mengganti penalaran berbasis bukti, namun dapat juga dimodifikasi dengan mengarahkan seseorang ke motif yang berbeda. Wawancara motivasi untuk pecandu alkohol dapat membantu mereka menghargai kesehatan, pekerjaan, dan keluarga dibandingkan minum berlebihan yang mengancam nilai-nilai tersebut.

7. Bagaimana Institusi Dapat Dimodifikasi untuk Mengurangi Misinformasi?

Penyebaran misinformasi seringkali bergantung pada institusi sosial, seperti media yang tidak bertanggung jawab dan pemerintah. Modifikasi kelembagaan dapat berkontribusi terhadap pengurangan misinformasi dengan menciptakan institusi yang lebih baik, menghilangkan institusi yang jahat, mengubah keanggotaan, mengubah kebijakan yang eksplisit, dan mengubah nilai, norma, dan praktik yang tersirat.

8. Tindakan Politik Apa yang Dapat Digunakan untuk Mengurangi Misinformasi?

Dalam menangani misinformasi, terdapat tahap-tahap dimana koreksi faktual, pemikiran kritis, dan wawancara motivasi tidak cukup untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan. Maka tindakan politik seperti peraturan pemerintah, perubahan pemilu, dan lobi menjadi cara paling efektif untuk mengatasi permasalahan mendasar. Tindakan politik juga dapat mengurangi perasaan ketidakberdayaan masyarakat yang membuat mereka lebih rentan terhadap misinformasi.

***

Solo, Jumat, 19 Januari 2024. 7:44 pm

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image