Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lycael Telussa

Mendukung Pembangunan Berkelanjutan: Tantangan Infrastruktur di Suku Baduy

Edukasi | 2024-01-17 08:19:26

Infrastruktur memiliki pengertian kumpulan fasilitas fisik dan sistem yang mendukung kehidupan sehari-hari serta perkembangan ekonomi dan sosial suatu wilayah atau negara. Ini melibatkan berbagai elemen, seperti transportasi, energi, air dan sanitasi, telekomunikasi, pendidikan, kesehatan, hunian dan permukiman, ekonomi, keamanan, dan pertanian. Semua komponen ini bekerja bersama untuk membentuk kerangka dasar yang mendukung kehidupan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah, memastikan konektivitas, pelayanan publik, dan kesejahteraan umum.

Ilustrasi keadaan rumah di suku Baduy, Foto : oasisofindonesia.blogspot

Baduy merupakan wilayah pedalaman di Provinsi Banten, Indonesia yang terkenal karena mempertahankan gaya hidup tradisional dan menerapkan aturan yang cukup ketat untuk menjaga kemurnian tradisi mereka. Suku Baduy terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Dalam konteks di Baduy Luar, mereka memiliki kontak yang lebih terbuka dengan dunia-dunia luar, meskipun mereka juga tetap menjaga sebagian besar nilai-nilai dan tradisi suku Baduy. Pembangunan infrastruktur di wilayah Baduy merupakan tantangan yang unik karena perlu diintegrasikan dengan keberlanjutan nilai-nilai tradisional dan ketertutupan masyarakat setempat. Infrastruktur di Baduy dapat mencakup pembaruan fasilitas transportasi, sumber air bersih, dan listrik untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat tanpa mengganggu substansi tradisional mereka.

Masyarakat Baduy ini juga biasa dikenal dengan masyarakat yang menghindari adanya perubahan dan menjaga tradisi yang ada pada desanya, termasuk juga pada pembangunan infrastrukturnya. Di Baduy, keadaan jalan akses baik menuju Baduy Luar maupun Baduy Dalam sangat jauh dari terminal akhir adanya transportasi. Saat memasuki Baduy, tidak ada transportasi yang tersedia, masyarakat Baduy terbiasa jalan kaki dengan keadaan jalanan yang berbatu dan sangat curam. Selain jalanan, di desa Baduy ini jembatan atau akses untuk menyeberangi sungai juga masih terbuat dari kayu dan bambu yang dibuat tanpa adanya campur tangan dari pihak diluar masyarakat Baduy. Selain itu juga, masyarakat Baduy juga menghindarinya adanya pemasangan listrik.

Dari kegiatan visitasi kami pada November 2023 tahun lalu, kami melihat bahwa faktanya Infrastruktur di Suku Baduy masih kurang. Salah satu aspek yang masih kurang adalah pengembangan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, jembatan, dann listrik. Infrastruktur jalan di beberapa bagian Baduy masih terbatas sehingga aksesibilitas terhadap beberapa desa masih sulit diakses karena kondisi jalan yang buruk. Pembangunan jembatan yang digunakan sehari hari oleh masyarakat Baduy juga masih dibangun dengan kearifan budaya lokal karena menggunakan bahan dari alam tanpa merusak nilai nilai budaya setempat. Selain itu, masih terbatasnya terhadap akses sumber listrik,fasilitas air bersih dan sanitasi sehingga mempengaruhi keadaan sosial masyarakat setempat. Secara keseluruhan masyarakat di Baduy masih menghargai air sungai yang mereka miliki untuk digunakan sehari hari seperti untuk mandi, mencuci, buang air besar, bahkan sebagai air minum.

Pembangunan infrastruktur di Baduy juga harus tetap memperhatikan keunikan budaya dan lingkungan di wilayah tersebut, serta memastikan bahwa pembangunan tersebut berkelanjutan dan memberikan manfaat yang merata bagi masyarakat setempat. Sebagai wilayah yang masih memegang teguh tradisi dan budaya, maka penting untuk mengintegrasikan konsep pembangunan yang berkelanjutan seperti penggunaan teknologi ramah lingkungan dan penggunaan energi terbarukan. Diperlukan upaya untuk memastikan bahwa pembangunan di Baduy tidak hanya memberikan manfaat bagi bidang ekonomi saja, tetapi juga memperhatikan aspek keberlangsungan budaya dan lingkungan yang unik di Baduy.

Penting untuk diingat bahwa keadaan maupun pembangunan infrastruktur di Baduy yang masih kurang baik bukan karena pemerintah yang tidak memperhatikan namun karena mencerminkan pilihan masyarakat setempat untuk tetap mempertahankan nilai nilai budaya dan gaya hidup tradisional juga membatasi pengaruh dari luar.

Lycael Marqueritta Telussa, Dhedhe Naomi, Setiorini Wulandari

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image