Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fanny Ananta Firjatullah

Film Srimulat Menurut Perspektif Komunikasi Antarbudaya

Edukasi | Monday, 15 Jan 2024, 14:27 WIB

Indonesia merupakan negara dengan kesatuan sserta berbagai macam keberagaman budaya didalamnya. Sangat banyak Indonesia menciptakan pelawak legendaris seperti Warkop DKI serta grup lawak "Srimulat" film srimulat merupakan film komedi legendaris asal Indonesia, dalam film ini banyak sekali menciptakan tokoh-tokoh komedian hingga sekarang kita kenal seperti Nunung, Tessy, Gepeng, Titiek Puspa, Basuki serta masih banyak yang lainnya. Film ini didirikan oleh Slamet Rahardjo di Solo pada tahun 1950. Nama "Srimulat" sendiri diambil dari nama Teguh pada saat itu. Lambat laun srimulat memperlebarkan hingga Srimulat tersebar di beberapa wilayah seperti Surabaya, Semarang, Surakarta, dan Jakarta. "Srimulat" termasuk grup lawak yang cukup lama bertahan meski di tengah konflik yang terjadi tentang persoalan antara pemain serta banyaknya bongkar pemain didalam grup tersebut. Film srimulat ini merupan remake-an dari film terdahulunya yang tentu saja sama dengan judul film.

Grup ini dapat dikatakan merupakan grup satu-satunya yang memiliki anggota paling banyak. Dalam adegan pertama film "Srimulat" ini di suguhkan dengan Bio One yang memerankan sebagai "Gepeng" yang ingin masuk ke grup legenderasi tersebut. Ia langsung cepat beradapatasi dengan lingkungan sekitar barunya, karena bukan tanpa sebab dia mempunyai potensi yang sangat bagus dan Ia merasa cocok jika Ia berada di grup"Srimulat" tersebut. Serta pertama kali Ia memerankan tokoh pertama kali sebagai "Gepeng" di seni theater. Penonton yang hadirpun sangat bahagia serta tertawa terbahak-bahak dikarenakan Ia memerankan perannya yang sangat humoris, dengan pembawaan logat Jawa yang khas serta pembawaan dia yang lucu, maka itulah yang membuat gelak tawa se-theater pada waktu itu.

Dari film tersebut Penulis mengaitkan dengan teori-teori serta konsep konsep komunikasi AntarBudaya, ada beberapa hal yang diantaranya adalah :

1. Theories Focusing On Identity Management Negotiation (Teori-Teori yang memusatkan perhatian pada pengelolaan identitas atau negoisasi. Fokus dari teori ini adalah fokus pada identitas antarbudayanya, akan tetapi Penulis memasukkan 2 cabang dari teori ini dari 3 cabang. Dikarenakan kecocokkan antara teori-teori komunikasi antarbudaya dengan film "Srimulat".

A. Theories focusing on Communication Networks (Teori-teori yang memusatkan perhatian pada jaringan komunikasi). Teori ini berlandaskan pada asumsi bahwa perilaku individual di pengaruhi oleh hubungan-hubungan antara individu.

B. Cultural Identity, menurut Collier dan Thomas(1988), menyajikan teori interprentif tentang bagaimana identitas yang dikelola sewaktu mereka berinteraksi antar budaya dengan cara budaya yang lainnya.

Jadi penulis bisa menyimpulkan "Srimulat" mempunyai beberapa teori-teori didalamnya yang dikaitkan dengan komunikasi teori komunikasi antarbudaya. Yang pertama, adalah Theories Focusing on Indentity management or negotiation. Seperti yang penulis di atas, hanya memasukkan beberapa teori-teori komunikasi antarbudaya dengan kecocokkan antara film "Srimulat" tersebut. Theories on Communication Networks. Film "Srimulat" adalah film lawak yang sangat khas akan gaya bicaranya yang terkenal lucu serta membuat tawa siapapun yang menontonnya, bukan tanpa hal dengan disguhkan gaya bicara khas dari Jawa serta celotehan-celotehan lucunya. Yang kedua adalah Cultural Identity, kenapa saya memasukkan teori ini?. Dikarenakan teori sangat cocok untuk film "Srimulat" dengan budaya-budaya Jawa serta cara mereka berkomunikasi dengan bahasanya dan juga cara berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

Fanny Anantaf Firjatullah, 22010400082, Mahasiswa Komunikasi Antar Budaya, Dosen Pengampu Dr. Nani Nurani Muksin, M.Si., Prodi Ilkom Fisip UMJ

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image