Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Putri Hanifah, CHt., C.NNLP

FWB (Friends With Benefit): Zina Gaya Baru

Agama | Monday, 10 Jan 2022, 14:15 WIB

Beberapa bulan lalu saya sempat diundang menjadi salah satu narasumber pada komunitas hijrah untuk membicarakan soalan pergaulan bebas. Ingatan saya kemudian tertuju pada satu hal yakni tentang akun curhatan perempuan yang sudah tidak perawan di instagram. Satu jam saya mencari akun tersebut kok tak kunjung ketemu, yasudahlah.

Ketika mengunjungi akun instagram friends with benefit sendiri saya geleng-geleng kebingungan. Bingung, kaget, sedih sebab perzinahan sudah berkembang seluas dan semasif ini dengan format yang lebih sederhana dan dilakukan atas dasar manfaat saja, bayangkan dengan wasilah friends with benefit ini laki-laki bisa membuka kancing baju wanita yang bukan mahramnya dengan gratis, dan akan ditutup kembali ketika sudah selesai hajatnya.

Aduhai betapa zina hari ini bisa dikemas dengan begitu cantiknya. Meski beberapa orang yang bertemu karena benefit ini bukan hanya soalan berhubungan badan, bisa saling komitmen untuk pelukan, menemani jalan, pegang dan raba tapi ya tetap saja mereka melakukan aktivitas tersebut bukan bersama pasangan halal. Kali pertama bertemu, masih saling memuja dan memuji, setelah menghamili atau mengecewakan eh lha kok malah pada maki-maki doi di podcast-fwb.

Padahal Rasulullah SAW bersabda “Jika zina dan riba tersebar luas di suatu kampung, maka sungguh mereka telah menghalalkan atas diri mereka sendiri azab Allah (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani); ”Apabila perzinaan (pelacuran dan perilaku seks bebas) sudah meluas di masyarakat dan dilakukan secara terang-terangan (dianggap biasa), maka infeksi dan penyakit mematikan yang sebelumnya tidak terdapat pada zaman nenek moyangnya akan menyebar diantara mereka” (HR Ibnu Majah);

Tidakkah kita khawatir kepada badan kita yang akan dihisab, sebab diberikan kepada orang lain yang bukan mahramnya secara gratis. Tidakkah kita juga khawatir akan mata dan telinga kita yang memandang dan mendengar suara pujian dari lelaki ajnabi? Aduhai adinda, bukan itu visi kita di dunia. Hari ini kita melihat betapa urat malu seorang muslimah hilang ditelan zaman. Di satu sisi ia menjalankan perintah Allah untuk menutup aurat, tapi di sisi lain ia melaksanakan dosa besar dengan berzina.

Padahal malu merupakan salah satu dari sekian cabang keimanan. Malu yang benar akan menjadi sifat atau akhlak. Malu bisa jadi pendorong untuk melakukan semua amal kebaikan dan bisa mencegah orang dari dosa dan keburukan. Rasulullah SAW menyampaikan tentang malu dengan kalimat beliau, wal hayau khoirun kulluh, sifat malu itu semuanya baik. Sifat malu itu jadi sesuatu indah dan baik.

Ketika Nabi Adam dan Sayyidati hawa melanggar perintah Allah dengan mendekati pohon khuldi, kemudian lepaslah pakaian keduanya, Nabi Adam dan Sayyidati Hawa mulai menutupi badannya yang terlucuti dengan daun-daun surga. Reaksi menutupi badan ketika tersingkap merupakan fitrah yang bisa kita sebut dengan sifat malu. Orang bisa lebih hina dari binatang ketika kehilangan sifat malu. Seandainya dia menanggalkan pakaiannya.

Mengapa hari ini persoalan perzinahan tak kunjung usai? Jangankan perzinahan, soalan sifat malu deh rasanya sulit sekali melekat pada diri seorang muslim dan muslimah. Mereka memamerkan konten kemaksiatannya pada kanal-kanal mereka, menampakkan aurat mereka bahkan dengan busana yang sangat minim. Iya gimana mau selesai kalau yang diselesaikan perkara teknis dan cabang, sedangkan akar masalahnya dibiarkan. Menjamurnya kemaksiatan hari ini dikarenakan agama dipisahkan dengan kehidupan, agama hanya diberikan ruang dalam ranah privat saja, subhanallah betapa dzalimnya kita, mengakui Allah tapi tidak mau diatur dengan aturan pilihan-Nya.

Betul memang kaidah berpegang teguh kepada Islam adalah kunci hidup selamat, sebab Islam sendiri memuliakan perempuan. Salah satu tujuan pendidikan kepada perempuan yaitu menumbuhkan rasa malu, sebagaimana calon Istri Nabi Musa Alaihisalam yang menemui Nabi Musa di padang pasir untuk menyampaikan pesan ayahnya. Beliau menutupi wajahnya dengan lengan tangannya yang lebar.

Hari ini sulit sekali untuk menghindari perzinahan, seshalih-shalihnya hari ini orang gadhul bashar, lha kok iklan youtubenya menyajikan pornografi, iklan di tumblr menyajikan novel pembangkit syahwat. Hidup di negeri yang tidak menerapkan sistem Islam akan meniscayakan kemaksiatan terbuka lebar, serigid apapun aturan teknis yang disajikan ketika tidak memangkas akar masalahnya akan sama saja. Sehingga jika ingin selesai permasalahan perzinahan di negeri ini tidak ada jalan lain selain akhirnya menerapkan Islam dalam seluruh lini kehidupan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image