Spirit Doll Bikin Imanmu Ambrol
Gaya Hidup | 2022-01-08 21:19:21Melihat boneka-boneka lucu mengingatkan berbagai kenangan di masa lalu, entah kenangan merengek meminta boneka besar atau memaknai memaknai fase kecil sebelum disibukkan dengan roller coasternya belajar. Wajah boneka-boneka lucu itu kini berganti dengan status menyeramkan, sebab diduga memiliki spirit.
Memang, sejatinya kehidupan manusia di dunia sejatinya memenuhi dua hal, memenuhi gharizah (naluri) dan hajatul udwiyah (kebutuhan jasmani). Terdapat tiga jenis naluri manusia yaitu naluri untuk melestarikan jenis (gharizatun-nau); gharizatul baqa (naluri untuk mempertahankan diri), gharizah tadayyun (naluri beragama). Kemudian manusia juga memiliki potensi berupa kebutuhan jasmani yang manifestasinya seperti makan, minum, membuang hajat, tidur dan lainnya.
Naluri dan kebutuhan jasmani merupakan dua khasiat yang Allah titipkan kepada manusia. Sebab manusia memiliki visi utama, yakni menjaga bumi serta beribadah kepada-Nya. Keberadaan naluri, sejatinya hanya menuntut adanya pemenuhan, jika tidak dipenuhi manusia tidak akan sampai mati, melainkan merasakan gelisah hingga terpenuhinya kebutuhan tersebut.
Munculnya naluri sendiri dipengaruhi rangsangan dari luar (eksternal). Misalnya saja kita sangat sayang kepada keluarga kita, melihat anak-anak bayi yang lucu kita ingin menjiwit pipinya, atau ketika membaca tulisan bernuansa romansa cinta hati kita turut bergetar bahkan terkadang turut menangis mengikuti alur ceritanya. Ya itu merupakan salah satu contoh dari gharizatun nau, semakin banyak rangsangan dari luar, maka naluri tadi semakin terbangkitkan. Kalaupun tidak dipenuhi memang tidak sampai mati, tapi gelisah.
Berbeda dengan kebutuhan jasmani yang rangsangannya berasal dari dalam (internal) pemenuhannya juga bersifat pasti, karena jika tidak dipenuhi akan menyebabkan kematian. Misalnya saja ketika manusia tidak segera buang air besar selama sebulan, orang tersebut bukan hanya sakit, tapi akan meninggal dunia. Hal ini dikarenakan rangsangan buang air besar dari dalam, maka harus segera dipenuhi, jika tidak dipenuhi sesegera mungkin akan sakit efek horornya bahkan meninggal dunia.
Boneka yang berspirit atau spirit doll ini merupakan manifestasi dari penyaluran dua naluri, naluri pertama merupakan naluri melestarikan jenis, naluri kedua merupakan naluri menuhankan sesuatu. Bila konteksnya di Indonesia seperti Ivan Gunawan yang memiliki boneka, itu merupakan penyaluran naluri melestarikan jenis, namun jika konteksnya di Thailand yang sampai diberikan makan kemudian diberikan sesajen dan dipercaya membawa rezeki maka itu merupakan penyaluran naluri menuhankan sesuatu.
Penyaluran naluri tanpa dipandu wahyu hanya akan menyulitkan manusia sendiri, dalam video yang diunggah oleh BW, seleb IG mengungkapkan bahwa yang beliau bawa bukan boneka melainkan bayi, yang secara dzahir kita sendiri menyaksikan dia tidak akan bertumbuh besar karena dia bukan makhluk hidup. Analoginya, jika hewan lapar, ia akan makan secukupnya. Tidak mungkin ia membawa sekarung rumput, karena hewan tidak memiliki akal (mustahil juga jika harus membawa sekarung rumput). Berbeda dengan manusia, tanpa panduan wahyu ia bahkan akan melakukan kekeliruan yang kadang disuport dengan akalnya. Jelas kita melihat dengan mata kepala kita bahwa dia adalah boneka namun tetap dianggap sebagai bayi.
Kejadian ini bukan kali pertama soalan penyimpangan naluri, dalam buku yang saya baca “A Geek of Thailand” penulis menjelaskan potret kehidupan Thailand lewat foto-foto tersaji. Dari kehidupan malam, budaya sawer, kehidupan malam yang penuh kepekatan dll. Betapa hampir seluruh negeri yang terdapat kaum muslimin hidup disana diwarnai dengan kehidupan yang jauh dari kata ideal dengan kebaikan.
Padahal jika urusan spirit doll ini menggantikan peran Allah SWT sebagai Rabb yang Maha Pengatur dan Pengabul Doa berarti kita sudah syirik yang sejauh-jauhnya, sedang syirik merupakan dosa yang sangat berat. Apakah kita siap jika ibadah kita tidak diterima hanya karena salah menghamba? Maka benar sejatinya spirit doll merupakan sajian terbaru dengan halus yang membuat iman kita sedikit demi sedikit mencapai derajat ambrol.
Pertanyaan selanjutnya, mengapa kasus penyimpangan pemenuhan naluri ini tak kunjung usai? Hal ini karena penyimpangan pemenuhan naluri merupakan masalah cabang yang tidak bisa diselesaikan dengan solusi teknis seperti diblow-up lewat youtube atau sosial media. Masyarakat Indonesia membutuhkan solusi konseptual. Masalah penyimpangan pemenuhan naluri hadir karena manusia tidak menstandarisasi masalahnya dengan aturan yang sesuai dengan fitrah manusia, yakni sebuah aturan yang sudah disediakan oleh sang pencipta. Oleh karena itu paradigma yang dibangun dalam menyelesaikan kasus ini tidak boleh dengan mindset sekularisme, melainkan harus menggunakan aturan Islam yang dapat memberikan rahmat bagi seluruh alam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.