'Sembelih Boneka' Wujud Kebudayaan Zaman Majapahit di Kandangan Kediri
Sejarah | 2023-05-06 10:48:28Penyembelihan boneka bagi masyarakat Kandangan, Kabupaten Kediri merupakan salah satu tradisi yang sudah tidak asing lagi untuk didengar. Tradisi Sembelih Boneka ini diperingati setiap 1 Muharram atau biasa disebut dengan bersih desa (suroan). Bersih desa sudah menjadi hal paten tradisi wajib di setiap daerah terutama di wilayah Jawa. Khususnya Desa Kandangan, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri, masih melekat dan melestarikan tradisi bersih desa sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME.
Bersih desa biasanya dilakukan dengan berbagai ritual selamatan dan upacara adat untuk mempersembahkan sesaji kepada leluhur desa. Persembahan sesaji dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan Sang Pencipta dan untuk menjauhkan desa dari malapetaka. Tradisi bersih desa di Kandangan ini diselenggarakan secara rutin setahun sekali.
Adat Kandangan sembelih boneka merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan menurut cerita atau legenda. Amalan menyembelih boneka merupakan adat yang dipercaya oleh masyarakat Kandangan sebagai amalan wajib setiap tahunnya, karena sudah menjadi pantangan bagi mereka jika hal ini tidak dilakukan maka akan mematikan bagi kelangsungan hidup desa Kandangan.
Adat ini sudah ada sejak Kerajaan Majapahit, saat itu masih sangat sakral dan ketat. Misalnya, boneka tidak lagi disembelih sebagai bagian dari upacara adat, sebaliknya, bayi diambil dari rakyat jelata yang memiliki banyak anak dan memiliki kondisi ekonomi pas-pasan. Bertujuan untuk meringankan beban orang tua mereka daripada membuat mereka memiliki anak yang banyak tetapi tidak cukup untuk menghidupi, jadi alangkah baiknya disumbangkan untuk disembelih pada acara adat demi keselamatan dan kebaikan bersama.
Jika tidak mendapatkan anak dari masyarakat biasa, maka mencariorang yang memiliki anak pada saat musim upacara adat. Jadi pada zaman dahulu, adat ini selain bekerja untuk membuang atau mencegah malapetaka yang bisa datang pada tahun itu juga menimbulkan kesedihan karena harus ada pandangan sekilas pada keluarga yaang kehilangan sanak saudaranya. Seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan zaman, pelaksanaan adat ini belum juga dilakukan namun pelaksanaan adat sedikit diubah dengan tidak menghapus intisari dari pelaksanaan adat ini, hal ini berarti menjauhi pelaksanaan adat yang sebenarnya membuat korban satu orang dari daerah setempat.
Demi kepentingan bersama dan keadilan, teknis pelaksanaan tradisi ini telah dimodifikasi, dengan penggambaran bentuk bayi atau disamakan dengan boneka bayi, bukan bayi asli yang disembelih. Namun, satu hal yang membedakan penyembelihan boneka tersebut dari yang lain adalah ketika disembelih menurut ritual tertentu yang dibacakan oleh sesepuh, boneka tersebut juga akan mengeluarkan darah seperti bayi yang dibunuh. Selain itu, kebiasaan ini dimasukan ke dalam bacaan tahlil untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dilimpahkan selama ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.