Mengembalikan Peran Perempuan sebagai Ibu Generasi
Agama | 2022-01-07 18:06:54
Kemerosotan kualitas generasi dari segi moral bukan hal yang tabu lagi saat ini. Berbagai kasus mengenai kenakalan remaja kian susul menyusul. Pertanyaannya, dimanakah sosok pendidik utama dan pertama bagi seorang anak?. Siapa lagi jika bukan Ibu, perempuan yang menjadi pendamping pertama bagi perkembangan seorang anak yang kemudian akan menjadi generasi masa depan.
Peran perempuan dalam hal menyiapkan generasi terbaik saat ini kian melemah, hal itu terbukti dengan kualitas generasi yang terus menurun.Banyak anak-anak terlantar dari kasih sayang orang tuanya, khususnya ibu mereka. Karena saat ini yang sibuk bekerja bukan hanya seorang ayah tapi ibu pun juga. Sebagian dari mereka menyibukkan diri dengan karir, alasannya untuk ikut menopang ekonomi keluarga, iming-iming materi, mewujudkan cita-cita dan memperbagus nama diri lewat karirnya.
Tapi terlepas dari itu, mereka tak sadar telah melepas satu demi satu perannya sebagai pendidik generasi. Alhasil, anak hanya dititipkan pada asisten rumah tangga tanpa pola asuh yang jelas. Mereka beranjak dewasa tanpa pedamping, melewati masa mudanya dengan sesukanya. Itulah yang banyak terjadi akhir-akhir ini.
Maka jangan heran jika banyak ditemui kasus kenakalan remaja yang mana pelakunya adalah anak dari sebuah keluarga yang terpandang dan berlimpah materi. Karena baiknya generasi tak melulu tentang tercukupinya apa yang mereka inginkan tapi tentang pola asuh yang menentukan. Maka disinilah peran para perempuan, merekalah ibu yang menjadi penentu bagaimana generasi yang lahir dari rahimnya.Ketika sebagian besar dari mereka disibukkan dengan segudang karir dengan segala iming-iming materi dan jabatan, mengejar tren fashion, larut dalam pola hidup konsumtif maka bersiaplah keadaan generasi masa depan terancam.
Bagaimana hal itu tidak mungkin terjadi, jika saja perempuan yang perannya di nanti oleh peradaban di masa depan telah beralih fungsi, kepedulian mereka terhadap keadaan generasi semakin terkikis.Akan muncul banyak problematika jika ketidakjelasan peran antara suami istri dibiarkan seperti seorang suami lebih memilih di rumah menggantikan peran istri dan pada akhirnya istri lah yang keluar bekerja, Istri yang terkadang juga lalai dari kewajibannya pada suami karena sibuk menghabiskan waktunya di dunia kerja. Jelas bahwa ketidakjelasan mengenai peran antara suami dan istri terkadang menjadi pemicu berbagai konflik rumah tangga yang pada akhirnya terjadilah berbagai kasus KDRT, perempaun menjadi korban, generasi terabaikan.
Apakah ini salah perempuan sepenuhnya? Tentulah tidak. Kondisi perekonomian yang kadang begitu menghimpit lalu datanglah jargon kesetaraan gender dengan segala janjinya yang terlihat manis yang kemudian melalaikan nya dari kewajibannya sebagai ibu bagi generasi. Berbeda dalam sistem kehidupan Islam. Islam begitu rinci dalam mengatur antara peran laki-laki dan perempuan khususnyaya juga dalam hal rumah tangga. Maka akan terjalin hubungan yang saling melengkapi, generasi tumbuh dengan banyak harapan.
Laki-laki mempunyai kewajiban menafkahi keluarganya, jikapun belum mampu mencukupi seorang istri boleh membantu tapi bukan berarti menggantikan peran suami, istri tetap memenuhi tugasnya sebagai seorang istri dan ibu bagi generasi. Dalam sistem Islam pun negara berkewajiban penuh mensejahterakan kondisi ekonomi rakyat, rakyat akan jauh dari kekurangan, suami bisa menjalankan kewajibannya dengan penuh dan istri tak harus repot-repot ikut berkecimpung di dunia kerja.Adalah suatu kemuliaan bagi seorang perempuan yang telah menjadi ibu, yang dari rahimnya lahir generasi-generasi harapan lagi berkemajuan.
Dengan pemahaman akidah yang benar lagi lurus, ia menjaga dirinya, memenuhi kewajibannya terhadap suami dan anak semata-mata hnya mencari keridhan-Nya. Suami pun juga wajib memperlakukan istrinya dengan penuh santun sesuai perintah Allah Swt. untuk memperlakukan istri dengan sebaik-baiknya, menentukan visi misi dalam mendidik generasi, dan ikut mensuportnya. Mereka menjalani kehidupan dunia dengan berorientasi akhirat.Maka perempuan, dari dia lah generasi berkemajuan dinantikan.
Ditulis oleh Yuli Saputri (Pemerhati Generasi)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.