Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Androni Last Son Bless

Konflik tanpa Henti yang Memperparah Krisis Kemanusiaan di Sudan Selatan

Lainnnya | Monday, 08 Jan 2024, 20:24 WIB

Sudan Selatan adalah Negara di Afrika yang memperoleh kemerdekaan setelah melakukan referendum. penentuan nasib sendiri dan pemisahan total dari Sudan terjadi pada tanggal 9 Juli 2011. Referendum adalah akhir dari proses yang dimulai dengan Perjanjian Perdamaian Komprehensif yang ditandatangani antara Sudan Selatan dan Sudan Selatan.

Meskipun sudah merdeka selama Lebih dari satu dekade. kemerdekaan Sudan Selatan dibarengi dengan konflik yang tidak pernah bisa usai dan meskipun ada upaya untuk menerapkan perjanjian perdamaian, Sudan Selatan terus bergulat dengan kekerasan sporadis, kerawanan pangan kronis, dan banjir dahsyat, yang sering kali menghambat pencapaian kemanusiaan.

Sudan juga masih terkena dampak kerapuhan, stagnasi ekonomi, dan ketidakstabilan yang diperburuk oleh konflik, pengungsian, dan Kerentanan Sudan Selatan terhadap perubahan iklim dan bencana alam menambah krisis kemanusiaan di negara tersebut, sehingga membahayakan pemulihan dan menghambat upaya pembangunan.

Sumber : https://www.kbknews.id/wp-content/uploads/2016/06/sudan-e1474958026131.jpg

Sudan Selatan masih berada dalam krisis kemanusiaan yang serius. Sekitar 9,4 juta orang, atau 76% dari total populasi, diperkirakan membutuhkan bantuan kemanusiaan pada tahun 2023, meningkat setengah juta orang dibandingkan tahun 2022. Perempuan dan anak-anak masih menjadi kelompok yang paling terkena dampaknya.

Bantuan untuk krisis kemanusiaan yang terjadi di Sudan Selatan sebenarnya sudah ada seperti Di bawah Model Koordinasi Pengungsi, UNHCR telah membangun kemitraan dengan pemerintah, lembaga kemanusiaan, pembangunan dan pembangunan perdamaian untuk memberikan bantuan multisektoral. Hal ini mencakup perlindungan, pendidikan dan dukungan mata pencaharian bagi para pengungsi, IDP, mereka yang kembali dan komunitas yang menampung mereka di tujuh negara bagian di Sudan Selatan.

UNHCR berupaya mewujudkan solusi yang berfokus pada pembangunan bagi para pengungsi dan mereka yang kembali. Sudan Selatan terus berada di garis depan dalam krisis iklim saat ini dan sangat terkena dampak banjir dan kerawanan pangan.

Akan tetapi Krisis kemanusiaan semakin di perburuk dengan terjadinya Konflik terbaru yang terjadi di Sudan Selatan, meletus pada tanggal 15 April 2023. Meskipun pertempuran sebagian besar terkonsentrasi di ibu kota negara, Khartoum, konflik tersebut juga berdampak pada wilayah lain di negara tersebut. Di Darfur, pembunuhan massal dan pengungsian telah menyebabkan adanya laporan pembersihan etnis. Lebih dari 12.000 orang telah terbunuh, dengan sekitar 5,9 juta orang mengungsi di dalam negeri, menjadikannya krisis pengungsi internal terbesar di dunia.

Lebih dari 7,2 juta orang telah meninggalkan rumah mereka, mengungsi di dalam dan di luar negeri, dengan anak-anak mewakili sekitar setengah dari jumlah pengungsi. Sudan kini menjadi negara dengan jumlah pengungsi terbesar dan krisis pengungsi anak terbesar di dunia.

Krisis kemanusiaan di perparah dengan, perekonomian Sudan yang dirusak oleh inflasi yang merajalela dan kekurangan pasokan kebutuhan masyarakat, yang menyebabkan protes di seluruh negeri. Kini, konflik telah memperburuk krisis ekonomi. Hampir separuh penduduk Sudan menganggur sementara mata uang Sudan telah kehilangan setidaknya 50 persen nilainya.

Di Khartoum, pabrik, bank, toko dan pasar telah dijarah atau dirusak, sehingga semakin mengurangi akses masyarakat terhadap barang, jasa dan uang tunai. Sementara itu, inflasi yang merajalela diperkirakan akan terus berlanjut pada tahun 2024.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image