Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maulida Fairuz Amalia

Pentingnya Mitigasi Bencana

Eduaksi | Friday, 07 Jan 2022, 16:22 WIB
Ilustrasi banjir (Sumber: Freepik)

Pemberitaan terkait bencana hidrometeorologi di Indonesia masif diberitakan oleh media akhir-akhir ini. Mulai dari peringatan akan bencana, hingga apa saja yang akan ditimbulkan dari bencana tersebut, ataupun dampaknya. Banjir merupakan salah satu bentuk dari bencana hidrometeorologi. Banjir di Indonesia menjadi langganan di mana setiap tahunnya pasti terdapat saja daerah yang yang kebanjiran. Hal ini tidak terlepas dari adanya perubahan iklim yang sudah terjadi dan perubahan tata kelola ruang. Dengan begitu, perlu adanya upaya-upaya untuk menangani resiko atau meminimalisir dampak yang diakibatkan oleh bencana itu sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sendiri cabang meteorologi yang berhubungan dengan penggunaannya dalam hidrologi, misalnya dengan masalah banjir, hidroelektrik, irigasi, dan masalah sumber tenaga air. Sedangkan dikutip dari fkt.ugm.ac.id bencana meteorologi merupakan bencana yang diakibatkan oleh parameter-parameter (curah hujan kelembaban, temperatur, angin) meteorologi. Beberapa bencana yang termasuk kedalam bencana meteorologi diantaranya yaitu banjir, longsor, badai, La Nina, kekeringan dan lainnya.

Beberapa bencana di atas tersebut pernah atau bahkan sering terjadi di Indonesia. Bahkan sejak awal November 2021 kemarin, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan dari adanya cuaca ekstrem hingga Februari 2002 mendatang. Dapat kita lihat dari data jumlah bencana yang dirangkum oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 1 Januari hingga 30 September 2021 terdapat sebanyak 1969 bencana. Per bulan September dari 157 bencana didominasi oleh banjir sebanyak 83. Hal ini dapat kita lihat bahwa perlu adanya upaya yang serius dalam menekan atau meminimalisir terjadinya bencana.

Bencana Banjir

Banjir Palangkaraya yang merendam 17 kelurahan yang ada di Kalimantan Tengah, menjadi salah satu contoh nyata. Banjir yang terjadi diperburuk oleh adanya pembukaan lahan besar-besaran di Kalimantan Tengah, khususnya di hulu sungai Kahayan. Ribuan orang terdampak akibat adanya banjir tersebut, berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sekitar 9907 orang yang terdampak banjir. Akses jalan yang berada di sekitar lokasi banjir, sulit dilalui via darat, sehingga mengharuskan masyarakat menggunakan perahu untuk melakukan aktivitasnya.

Disana terdapat salah satu proyek program strategis nasional yaitu Food Estate, karena itu dilakukan pembukaan lahan secara besar-besaran. Di tengah berlangsungnya pembangunan dengan melakukan pembukaan lahan secara besar-besaran malah menimbulkan dampak yang serius bagi masyarakat sekitar. Deforestasi yang terus terjadi di pulau Kalimantan juga merupakan salah satu faktor yang dapat memperburuk keadaan lingkungan.

Awal tahun 2022 banjir juga melanda beberapa wilayah di Aceh Utara. Sekitar 15 kecamatan yang terdampak hingga (4/1/22). Banjir terparah berada di ibu kota Kabupaten Aceh Utara, Lhoksukon, sekitar 21.209 warga yang mengungsi.

Perlu Upaya Serius

Dalam menyikapi terjadinya bencana, perlu adanya upaya yang serius dalam meminimalisir atau mengurangi dampak terjadinya bencana tersebut. Salah satunya yaitu mitigasi bencana yang harus ditekankan atau diperkuat lagi apalagi saat ini dalam masa pandemi, dimana segala aktivitas masih terbatas. Pemahaman terkait pentingnya mitigasi bencana kepada masyarakat juga perlu diberikan. Agar masyarakat dapat tanggap dan sigap dalam menyikapi bencana yang terjadi, untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada.

Perlu adanya kerjasama yang baik di antara pemerintah pusat, pemerintah daerah sehingga masyarakat terkait dengan edukasi pentingnya mitigasi bencana. Dapat dimulai dengan pendekatan di bidang pendidikan untuk anak sekolah, dengan memasukkan materi terkait tentang mitigasi kebencanaan. Selain itu dapat i adakan sosialisasi mitigasi bencana pada masyarakat khususnya pada masyarakat yang sering terkena dampaknya. Misalnya masyarakat yang tinggal daerah yang berlangganan banjir ataupun longsor.

Kesadaran Lebih Lanjut

Dibutuhkan kesadaran lebih lanjut bagi individu dalam masyarakat, dalam merubah pola perilaku dalam aktivitas sehari-hari. Seperti misalnya, pengelolaan sampah yang perlu dibenahi. Karena tidak jarang banjir disebabkan adanya tumpukan sampah yang tidak terkelola dengan baik. Itu juga tidak hanya membuat aliran air, tetapi perlu adanya daerah resapan air. Hal ini tidak bisa jalan dengan sendirinya tanpa adanya kerjasama dengan pemerintah dalam membuat kebijakan. Salah satunya bisa dengan dikajinya kembali atau evaluasi kebijakan-kebijakan yang ada terkait dengan perizinan pembukaan lahan di kawasan hutan misalnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image