Kemarau Panjang Diduga Jadi Penyebab Harga Garam Turun
UMKM | 2024-01-08 12:48:45Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kemarau panjang di Indonesia pada tahun 2023 disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu penyebab terbesar terjadinya musim kemarau panjang yang menyebabkan cuaca panas di Indonesia ini ternyata dipicu karena fenomena El Nino. Diketahui El Nino merupakan fenomena alam yang disebabkan karena peningkatan suhu permukaan laut yang umumnya terjadi setiap 2-7 tahun. Di Indonesia, dampak El Nino sangat berpengaruh pada berkurangnya curah hujan hingga menyebabkan musim kemarau panjang.
Dilansir dari CNBC, BMKG menyebut bahwa puncak El Nino di Indnesia terjadi pada bulan Juni 2023 dengan intensitas rendah hingga bulan September 2023. Namun, hingga lewat pertengahan bulan Oktober, sebagian besar cuaca di Indonesia masih panas dan beberapa daerah mengalami kekeringan. Lantas, kapan fenomena panas ekstrem dan kemarau panjang ini akan berakhir? Sebenarnya, BMKG awalnya memprediksi bahwa kemarau mungkin akan berakhir pada akhir September 2023. Sayangnya, prediksi ini nampaknya meleset karena masih banyak wilayah Indonesia yang panas dan belum turun hujan.
Kemarau panjang merupakan fenomena yang memberikan dampak serius bagi petani produksi garam. Garam adalah bahan penting dalam industri makanan, industri farmasi, dan industri kimia lainnya. Penyebab turunnya harga garam disebabkan oleh kemarau panjang sehingga stok garam melimpah. Fenomena El Nino membawa keuntungan bagi petani garam yakni mempercepat masa panen garam dari rata-rata satu kali panen dalam sepekan menjadi dua kali panen dalam sepekan dengan hasil produksi meningkat hingga 50 persen. Tingkat produksi yang tinggi ini mengakibatkan peningkatan pasokan garam di pasar, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan harga garam karena persaingan yang lebih tinggi antara produsen garam. Selain itu, proses produksi garam juga menjadi lebih cepat dan kualitas garam lebih baik selama musim kemarau. Hal ini dapat menghasilkan stok garam yang melimpah, yang dapat mempengaruhi harga garam menjadi lebih murah. Ketersediaan garam yang melimpah saat musim kemarau ini menjadi penyebab utama penurunan harga garam. Namun, penting untuk di ketahui bahwa harga garam juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti permintaan pasar, faktor ekonomi dan juga import yang masih terus dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, situasi yang berbeda di setiap daerah juga dapat mempengaruhi harga garam selama musim kemarau.
Menurunnya harga garam saat ini mencapai 80% dari harga awal panen, Biasaya jika musim kemarau tiba petani garam justru meraup keuntungan, namun sayang harga garam setiap minggu nya semakin menurun. Jika pada bulan Juli lalu harga garam mencapai Rp.4.000 per kilogram, hingga memasuki awal tahun ini harga garam hanya Rp.700-900 per kilogramnya. Sedangkan biasanya pada saat musim hujan saja harga garam mencapai Rp.2.000, rendahnya harga garam ini tak sedikit petani garam yang memilih untuk menyimpan garamnya digudang untuk dijual saat harga garam kembali naik.
"Pada bulan Juni 2023, cuacanya masih ada hujan sehingga proses pembuatan garamnya agak lama. Sedangkan saat ini setelah airnya matang dan dituang di lahan pengeringan dalam waktu sepekan sudah bisa dipanen," kata Mundi, salah seorang petani garam asal Desa Dresi Kulon, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang.
Hanya saja, kata Kasipin, “harga jual garamnya saat ini turun karena bulan Juni 2023 bisa mencapai Rp4.000 per kilogramnya, kini hanya laku Rp 1000/kg”.
Tidak terkendalinya harga garam hingga terjun bebas disebabkan karena tidak ada standarisasi harga yang ditetapkan oleh pemerintah untuk komoditas garam. Agar harga garam stabil dan petani bisa merasakan manisnya garam, untuk itu penting agar pemerintah bisa menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET). Turunnya harga garam memberikan dampak serius bagi petani garam di Indonesia. Akan tetapi, dengan solusi yang tepat seperti standarisasi harga, diversifikasi usaha, peningkatan nilai tambah, dan pelatihan serta akses pemasaran yang memadai.
Ghina Muhada, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.