Pengaruh Gadget terhadap Komunikasi Anak Usia Dini
Eduaksi | 2024-01-04 18:07:23Dewasa ini perkembangan gadget atau handphone ( smartphone) sudah sangat berkembang pesat, banyak sekali perkembangan yang signifikan. Mungkin dahulu bernama telepon , yang hanya bisa digunakan untuk SMS dan telepon saja, lalu berkembang bisa digunakan untuk menyimpan musik dan membuka media sosial seperti Facebook dan BBM, dan mulai berkembang pesat hingga dapat mengakses apapun didalam telepon genggam (gadget) itu bukan hanya sebagai alat komunikasi, kini gadget juga bisa mengakses internet dengan sangat mudah dan cepat, membuka sosial media, mencari hiburan dari game ataupun tontonan yang banyak sekali disuguhkan dalam berbagai platform media sosial.
Gadget saat ini juga di desain, dengan sangat mudah dipahami oleh khalayak ramai, maka tidak asing lagi, jika yang dapat mengakses pun tidak hanya orang dewasa yang paham akan keperluannya dalam menggunakan gadget tersebut tetapi anak kecil bahkan anak dibawah usia dini saat ini pun sudah pandai sekali mengoperasikan gadget tersebut.
Menurut Ahmad Susanto dalam buku yang berjudul “ Pendidikan Anak Usia Dini” Ada 4 Karakteristik perkembangan seorang anak 7 – 8 tahun :
1. Perkembangan kognitif yaitu anak berada pada fase yang cepat dalam menangkap apapun. Dari segi kemampuan, secara kognitif anak sudah mulai berpikir bagian perbagian. Artinya anak sudah mampu berpikir dalam menganalisis
2. Perkembangan sosial, anak mulai ingin melepaskan diri dari kekangan orang tuanya dengan mencari hal baru. Hal itu ditunjukan dengan kecenderungan anak yang lebih menyukai bermain diluar rumah bergaul dengan teman sebaya.
3. Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi.
4. Perkembangan emosi anak sudah mulai terbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun pengalaman anak telah mengeluarkan hasilnya.
Pada saat ini sudah banyak sekali anak usia dini yang harusnya menghabiskan waktu bermain itu dengan cara berinteraksi dengan teman sebayanya, atau bermain permainan yang biasanya dimainkan dengan teman – temannya. Namun saat ini anak-anak lebih suka berdiam diri di Rumah dengan hanya menatap layar gadget. Dengan menonton segala yang disuguhkan pada platform media sosial ataupun menghabiskan waktunya untuk bermain game hingga kecanduan gadget yang akut.
Fenomena ini, jika kita lihat sangatlah miris. Bagaimana cara anak dapat berkomunikasi dengan baik kepada teman-temannya,kepada orang yang lebih tua bahkan kepada orang tuanya sendiri. Banyak sekali berita yang dapat dilihat korban anak kecanduan terhadap gadget, bahkan ada anak yang sampai rusak matanya, sedang tertidur tapi tangannya seperti sedang mengoperasikan gadget, anak marah ketika tidak dikasih gadget,dan masih banyak lagi.
Hal ini tentunya tidak luput dari didikan orang tua itu sendiri, bagaimana seharusnya orang tua lebih bijak lagi terhadap anak. Tidak selalu memberikan gadget kepada anak dengan apapun alasannya, seperti agar anak tidak menangis lagi atau anak tidak tantrum lagi jika tidak diberikan gadget. Tapi hal ini, tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat disalahkan sepenuhnya, gadget sendiri sebetulnya dibuat untuk memudahkan manusia tapi semua tergantung kita, bagaimana kita yang menggukannya. Karena tidak sedikit juga contoh anak yang dapat mengoperasikan gadget tapi dengan baik dan benar. Misal, orang tua memberikan anak gadget tapi dibatasi waktunya dan yang dipertontonkan juga hal yang dapat mengedukatif sang anak,misal untuk melihat kartun-kartun edukasi karena sudah banyak sekali kartun edukasi yang disuguhkan pada platform-platform media sosial.
Sejatinya komunikasi adalah bentuk interaksi sesama manusia. Dan secara tidak langsung bermain bersama teman – temannya bagi anak – anak adalah bentuk dari komunikasi. Komunikasi yang terjadi banyak sekali macamnya diantaranya komunikasi verbal yaitu berbicara secara langsung, komunikasi non verbal yaitu melalui permainan, banyak sekali permainan yang dilakukan dengan simbol – simbol ataupun alat permainan itu sendiri dan simbolik sendiri merupakan salah satu bentuk komunikasi.
Dan dari permainan sendiri banyak sekali yang anak dapatkan salah satunya anak akan belajar bagaimana cara berkomunikasi yang baik kepada teman, saling menghargai perbedaan yang terjadi, tidak hanya itu dari permainan anak dapat berkontribusi dalam perkembangan pemikirannya. Seperti dalam Jurnal karangan Fitri Wahyuni yang berjudul “ Bermain dan Belajar Anak Usia Dini “ Menjelaskan ada dua pemikiran umum bagaimana sebuah permainan dapat berkontribusi dalam pengembangan kemampuan berpikir devergen anak usia dini yaitu Pertama, bahwa dengan melakukan permainan dapat berkontribusi dalam pengembangan berpikir sang anak yaitu yang bersifat eksperimen dan fleksibel. Yang kedua yaitu dengan melihat hubungan antara permainan dan bagaimana cara berpikir anak yang berbeda yaitu dengan cara bagaimana caranya anak dapat fokus pada simbolik pada permainan itu sendiri, yang menjadi ciri khas dalam permainan anak – anak yaitu kepura – puraan yang dapat ditemukan dalam permainan anak – anak.
Dalam hal ini, adanya dampak bagi anak yang tidak melakukan permainan diluar bersama teman sebayanya, jika anak tersebut hanya berdiam diri didalam Rumah dengan hal yang ia lakukan hanya menatap layar gadget. Dalam hal ini penulis telah melakukan survei kepada orang tua yang memberikan kebebasan kepada anaknya dalam mengoperasikan gadget tanpa adanya aturan kepada sang anak dalam menggunakan gadget tersebut. Survei tersebut dengan cara kualitatif yaitu dengan cara wawancara, mencatat hasil wawancara seperti point – point penting, dan melihat beberapa fenomena – fenomena anak yang kecanduan terhadap gadget dari televisi dan media sosial,maka dapat ditarik kesimpulan terhadap sikap anak yang kecanduan gadget terhadap komunikasi nya sehari – hari sebagai berikut :
1. Anak lebih suka menyendiri. Anak menjadi tidak pandai bergaul dengan teman sebayanya seperti halnya malu untuk mengajak bermain kepada temannya
2. Anak mudah marah, jika tidak diberikan gadget. Anak tidak dapat meminta baik – baik ketika meminta atau meminjam gadget karena kurangnya interaksi dengan orang lain.
3. Anak terbiasa menirukan hal yang ia tonton baik ataupun buruk sekali pun, contohnya anak dapat menghafal Al - Qur'n meskipun dengan hanya mendengar kan murottal, ataupun seperti berita anak yang menirukan kata – kata kasar atau kata – kata gaul yang biasa digunakan pada platform media sosial.
4. Anak menjadi tidak percaya diri ataupun merasa minder terhadap teman sebayanya, karena jarang sekali berinteraksi atau berkomunikasi dengan sesama teman
5. Anak menjadi malas keluar rumah, lebih menyukai di Rumah saja. Dengan alasan tidak memiliki teman, ataupun tidak paham akan trand permainan yang sedang banyak dimainkan dikalangan anak – anak.
Dalam hal ini, penulis berharap dapat memberikan informasi ataupun edukasi khususnya kepada orang tua agar lebih teliti lagi dalam mendidik anak – anaknya. Dan mulai belajar dari kesalahan yang sudah dilakukan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.