Dampak Psikologi Anak dalam Lingkungan Keluarga Broken Home
Edukasi | 2024-01-04 12:27:48Saat ini sedang marak sekali kasus perceraian dalam rumah tangga. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti faktor eksternal maupun faktor internal. Perceraian antar orang tua terjadi Karena persetujuan kedua belah pihak. Namun, dengan melakukan perceraian tersebut yang akan menjadi korban adalah anak mereka. Melalui hal tersebut dapat dikatakan juga sebagai broken home.
Broken home sering dikenal dengan kondisi keluarga yang tidak lengkap ataupun harmonis lagi, yang mana kedua orang tua dari keluarga sudah dikatakan pisah. Namun, broken home tidak hanya berkaitan dengan perceraian ataupun perpisahan yang mengakibatkan berakhirnya sebuah keluarga, tapi keluarga yang tidak sempurna atau saling melengkapi dimana orang tua tidak mampu membangun dan menjadi orang tua seutuhnya. Seharusnya dalam sebuah keluarga peran orang tua terhadap anak perlu diutamakan karena akan berdampak pada masa depannya. Sekarang kenyataannya banyak anak yang bebas pergaulannya karena kurangnya perhatian dari orangtua.
Broken home berasal dari dua kata yaitu broken dan home. Broken berasal dari kata break yang berarti keretakan, sedangkan home mempunyai arti rumah atau rumah tangga. Arti broken home dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah perpecahan dalam keluarga. Broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian
Selain kasus perceraian, banyak sekali kasus masalah yang dapat digolongkan ke permasalah broken home. Pertengkaran Antara kedua orang tua, tidak kepedulian orang tua terhadap anak, perilaku kekerasan orang tua terhadap anak, itu semua merupakan contoh penyebab terjadinya broken home. Dari perilaku diatas dapat memberikan dampak buruk yang fatal kepada anak. Psikis dan mental anak pastinya akan sangat terganggu dan rusak.
Anak sangat membutuhkan yang namanya dukungan, didikan, dan juga perilaku baik dari orang tuanya. Orang tua juga dapat disebut sebagai guru pertama yang akan menuntun kita kejalan yang baik. Anak yang terbiasa hidup dengan kedua orang tuanya, pasti akan merasa sangat kehilangan dengan adanya perceraian yang menimpa keluarganya, namun berbeda anak yang mengalaminya saat mereka belum mengerti apa arti dari sebuah perceraian, dan biasanya orang tua mereka akan menutupi apa yang terjadi dengan keadaan sesungguhnya. Pada umur yang relatif labil yaitu, (+/-) 15 –19 Tahun, pada masa remaja sampai dewasa inilah yang berbahaya dan bisa mempengaruhi psikologis anak, karena tidak menutup kemungkinan pada masa ini akan timbul pengaruh positif maupun pengaruh negatif yang terjadi pada anak tersebut, hal ini tergantung dari antisipasi yang akan di ambil oleh orang tua, dimana ia harus lebih memberi perhatian dan pengertian secara perlahan terhadap anak.
Dampak yang akan terjadi kepada anak ketika berada dalam lingkungan broken home antara lain : Pertama, perceraian yang terjadi secara tidak langsung akan berdampak psikologis yang kurang baik dalam keluarga. Secara langsung anak akan merasakan kehilangan yang sangat dalam karena sosok orang tua sudah tidak lagi lengkap, diiringi dengan kebiasaan aktivitas atau rutinitas bermainnya selalu ditemani dan dihabiskan untuk bermain bersama orangtua. Setelah terjadinya broken home anak akan spontan berubah sikap dengan sendirinya seperti lebih memilih untuk sendiri, selalu merasa tidak aman, dan sulit untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu, dampak psikologis pada anak broken home yaitu membentuk perkembangan kepribadian yang kurang sehat, emosian hingga tidak punya tanggung jawab.
Kedua, dampak pendidikan. Broken home sangat mempengaruhi pola pikir korban sehingga pendidikan anak akibat broken home dominan kurang baik dan banyak yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan sesuai target yang telah ditetapkan. Dampak lain dari broken home juga akan menyebabkan trauma pada anak. Hal ini disebabkan karena orangtua yang memberikan pengasuhan secara kasar sehingga meningkatnya rasa malu anak dalam lingkungan terdekatnya hingga kehidupan sosialnya.
Keluarga yang harmonis akan memberikan pengaruh positif kepada anak-anak hingga ia masuk kedalam dunia remaja atau dewasa. Namun begitu juga sebaliknya jika pada usia anak-anak ia selalu melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu yang meninggalkan jejak hal negatif maka akan berdampak buruk untuk anak hingga usia dewasanya. Dengan demikian tidak semua anak yang berasal dari keluarga broken home selalu mengesankan hal-hal negatif dalam kehidupannya. Ada juga yang mengarah kepada hal-hal positif karena dengan keadaan itu ia jadikan motivasi agar hidupnya tidak selalu larut dalam ketakutan, kesedihan,dan kesusahan bahkan merasa tertekan dengankeadaan yang mungkin sulit untuk diterima.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.