Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Farrel Ardiya

Adanya Kontrol Diri Penting dalam Mencegah Perilaku Seksual Remaja

Eduaksi | Monday, 01 Jan 2024, 20:45 WIB

Semakin kesini semakin banyak khalayak yang melakukan perilaku seksual. Menurut survei yang dilakukan oleh Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (KEMENKO PMK RI), terdapat sekitar 2% remaja wanita dan 8% remaja pria berusia 15-24 tahun menyatakan bahwa dirinya sudah berhubungan seksual pra nikah, dan 11% diantaranya terjadi kehamilan yang tidak sesuai keinginan. Parahnya lagi, 59% wanita serta 74% pria yang telah melakukan perilaku seksual sebelum menikah menyatakan bahwa mereka pertama kali berhubungan seksual ketika menginjak usia 15-19 tahun.

Contoh perilaku seksual. Sumber: https://www.pexels.com/photo/man-and-woman-standing-face-to-face-18396/

Jika ada ahli biologi menyatakan bahwa telur telah lebih dahulu ada daripada ayam, adanya hubungan seksual juga didahului dengan adanya perilaku seksual. Lantas apa itu perilaku seksual dan apa yang diperlukan untuk mengurangi ataupun mencegah perilaku seksual yang bisa merambat sampai hubungan seksual? Simak penjelasan berikut.

Pengertian Perilaku Seksual

Mungkin kebanyakan orang mengira bahwa perilaku seksual terjadi ketika sepasang kekasih sekedar ciuman ataupun petting saja. Akan tetapi kenyataannya perilaku seksual dapat terjadi dari hal yang keliatannya biasa saja, yakni dari pegangan tangan. Menurut Sarwono (Yulianto et al., 2020) perilaku seksual merupakan perilaku yang disebabka karena adanya hasrat/dorongan seksual yang dapat terjadi dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Adanya perilaku seksual pada remaja yang terjadi ketika berpacaran disebut sebagai perilaku seksual pranikah. Perilaku seksual selama berpacaran menurut pendapat Hurlock dapat bermula dari berciuman, bercumbu ringan sekaligus berat dan terakhir hubungin intim.

Menurut Migiana & Desiningrum menyatakan bahwa adanya hubungan seksual pranikah telah terjadi pada remaja berusia 15-19 tahun (Rohmadini et al., n.d.) . Berpacaran bisa dikatakan menjadi cara yang dilakukan oleh remaja untuk melangsungkan perilaku seksual untuk mengekspresikan perasaannya. Adanya perilaku seksual pada remaja juga dapat berasal rangsangan luar secara berkelanjutan, seperti misalnya dari internet, media cetak, ataupun teman sebaya. Mengingat kenyataan yang ada, perilaku seksual sudah banyak terjadi pada remaja usia dini dan lantas apa yang diperlukan untuk setidaknya meminimalisir perilaku tersebut?

Perlunya Kontrol Diri

Pengendalian diri merupakan kemampuan seseorang dalam bertindak atau bereaksi terhadap rangsangan/kejadian yang tidak diinginkan dengan cara mencegah atau menguranginya.. Kita juga dapat mengidentifikasi perilaku berdasarkan nilai moral dan aturan sosial sedemikian rupa sehingga mengarah pada perilaku positif. Kontrol diri mengacu pada persepsi apakah seseorang memiliki kemampuan mengendalikan perilakunya, yang ditentukan tidak hanya berdasarkan metode dan teknik yang digunakan, tetapi juga berdasarkan konsekuensi tindakannya.

Masa muda merupakan masa perubahan biologis, psikologis dan sosial bagi seseorang. Akibat perubahan fisik dan psikis yang terjadi, remaja mulai mempelajari konsep-konsep abstrak yaitu hidup dalam hubungan heteroseksual atau biasa disebut pacaran. Seiring bertambahnya usia secara seksual, remaja mulai mengembangkan sikap baru terhadap lawan jenis dan minat terhadap berbagai aktivitas yang berhubungan dengan lawan jenis.

Kontrol diri mengacu pada bagaimana individu mengendalikan emosi atau dorongan hati yang muncul dalam dirinya, sehingga jika seseorang memiliki pengendalian diri yang tinggi maka ia dapat menolak dorongan seksual baik dari dalam dirinya maupun dari luar. Remaja dengan kontrol diri yang tinggi dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baik dan berperilaku positif. Padahal, diterima atau ditolaknya segala informasi tergantung pada kontrol orang tersebut, dan orang yang memiliki pengendalian diri yang baik akan mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan sosialnya. Sehingga ketika individu tersebut mendapatkan informasi negatif entah dari teman, media massa, dan internet maka dirinya akan tetap bersikukuh dengan apa yang dimiliki serta tidak terjerumus termasuk perilaku seksual.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image