Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dian Pratiwi Puspitasari

Bagaimana Perilaku Seksual Remaja Bisa Terjadi

Eduaksi | Monday, 01 Jan 2024, 04:05 WIB

Foto Ilustrasi, Sumber: unsplash.com

Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja adalah seorang yang akan berkembang melewati masa anak-anak menuju ke masa dewasa. Remaja akan mengalami perubahan biologis yang dramatis, remaja juga akan menghadapi banyak pengalaman baru dimana dia akan lebih penasaran terhadap sesuatu dan akan mencobanya, salah satunya adalah melakukan perilaku seksual. Perilaku seksual dikalangan remaja sudah marak terjadi di Indonesia bahkan di luar negeri, perilaku seksual ini di lakukan remaja lebih banyak terjadi saat mereka sudah memiliki pasangan. Perilaku seksual ini mereka lakukan hanya karena ingin memuaskan nafsu yang ada pada dirinya atau dia melakukannya karena sebatas rasa ingin tau terhadap hal-hal yang konteksnya bersifat negatif.

Perilaku seksual menurut Sarwono dalam (Yulianto, 2020) Perilaku seksual itu sendiri merupakan bentuk perilaku yang bisa disebabkan oleh adanya hasrat (keinginan seksual) yang dapat terjadi ketika bersama lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Perilaku seksual sendiri itu sebenarnya tidak hanya sebatas pada hubungan seksual (sexual intercourse) saja. Namun juga bisa dengan berpegangan tangan, berciuman, hingga berhubungan seksual juga termasuk ke dalam perilaku seksual (Yulianto, 2020). Terdapat beberapa bentuk perilaku seksual remaja oleh Sari (2014) seperti mulai munculnya perasaan tertarik sampai dengan tingkah laku berkencan, bercumbu dan juga bersenggama. Ditambahkan oleh (Siregar, dkk.., 2020) Perilaku seksual juga meliputi adanya aktivitas berpacaran (dating), berkencan, bercumbu (necking atau petting), dan juga bersenggama.

Perilaku seksual remaja juga bermulai dari remaja yang mengakses internet untuk melihat hal-hal yang bersifat pornografi. Kemajuan teknologi adalah salah satu bukti majunya peradaban manusia. Namun, teknologi ini tidak hanya berdampak positif saja tapi juga memberikan dampak yang negatif pada remaja yang salah dalam menggunakan teknologi yang ada. Kesalahan dalam meggunakan teknologi ini dapat memicu remaja masuk ke dalam pergaulan bebas seperti perilaku seksual ini. Dari buku (KPIN, 2020) Pengguna internet yang tinggi adalah yang memiliki frekuensi dalam penggunaan internet lebih dari 4 jam yang akan berpotensi melakukan perilaku seksual lebih besar daripada pengguna internet yang rendah.

Perilaku seksual ini dapat berisiko dan memiliki dampak besar bagi remaja juga pasangannya yang mana akan ada kehamilan yang tidak diinginkan, terjadinya pernikahan di usia dini, individu akan melakukan aborsi, bahkan menyebabkan adanya penyakit kelamin infeksi menular seksual (IMS) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) bahkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dimana jika individu terkena AIDS akan sangat berisiko pada saraf individu itu sendiri.

Terdapat 5 langkah pencegahan menurut Putri (2022) 1. Jangan kenalkan anak pada gadget sebelum usia anak mencukupi umur, 2. Berikan pendidikan mengenai seks pada anak sejak dini, 3. Berikan anak batasan-batasan dalam pergaulannya, 4. Ciptakan hubungan yang harmonis bersama anak, 5. Berikan nilai-nilai agama serta nilai moral pada anak sejak dini. Dari langkah pencegahan tersbut setidaknya ini akan dapat menghindari anak dari hal yang orang tua tidak diinginkan untuk tidak terjadi kepada anak remajanya.

Referensi :

Human behavior in the new normal post pandemic: Challenges and opportunities for Psychology in the Archipelago (Vol. 1). (2020). Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara.

Putri, N. A. (2022, July 3). 5 Upaya pencegahan seks bebas pada remaja, orang tua wajib tahu! IDN Times.

Sari, R. T. (2014). Perilaku seksual remaja siswa SMK Ketintang Surabaya. Jurnal BK, 4(3), 1–8.

Siregar, R. Elviyanti. Apriliani. H. N. Fadhila. S. S. Fadhila. S. P. Apriadih. (2020). Analisis faktor perilaku remaja di kota medan. Jurnal Kajian Dan Perkembangan Kesehatan Masyarakat, 1(1), 99–108.

Yulianto, A. (2020). Pengujian psikometri skala Guttman untuk mengukur perilaku seksual pada remaja berpacaran. Jurnal Psikologi, 18(1), 38–48.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image