Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Misbahudin

Konsep Islam dan Nasional Menurut Kiai Abdul Wahab Hasbullah

Sejarah | 2023-12-29 22:04:32
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Abdul_Wahab_Hasbullah.jpg
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Abdul_Wahab_Hasbullah.jpg

Ya lal wathon, ya lal wathon, ya lal wathon.. hubbul wathon minal iman.. Ya, mungkin syair itu sudah tidak asing lagi di telinga kita, khususnya di kalangan masyarakat Nahdlatul Ulama. Syair yang cukup populer itu diciptakan oleh seorang ulama bernama Kiai Abdul Wahab Hasbullah, yaitu salah satu diantara tokoh yang mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama. Adapun syair Ya lal wathon sendiri mempunyai slogan yaitu Hubbul Wathon minal Iman, yang isinya tentang semangat Islam dan Nasionalisme. Kiai Abdul Wahab Hasbullah telah menanamkan benih-benih cinta tanah air dan toleransi antar umat beragama dalam menerima perbedaan dengan semangat cinta tanah airnya. Sehingga upaya mempertemukan Islam dan Nasionalisme itu terbangun.

Sebagai orang yang dilahirkan dan dibesarkan di pesantren, maka corak serta pemikirannya tentang Islam dan Nasionalisme cenderung memperlihatkan gabungan antara Ilmu Balaghoh, Mantiq, Tasawuf, Ushul Fiqih. Corak Pemikiran Kiai Wahab di pengaruhi oleh banyak tokoh ketika nyantri di beberapa pesantren, ditambah keilmuan yang beliau dapat ketika di Mekkah. Gagasannya Kiai Wahab ketika berada di Indonesia dominan tergantung situasi dan kondisi. Nilai yang diperjuangkan Kiai Wahab adalah kemanusiaan dari awal dan secara ideologi tidak goyah. Sebagai inisiator berdirinya NU, Wahab kecil dibekali pendidikan utama langsung dari orang tuanya. Oleh ayahnya diajari pendidikan agama tingkat dasar, seperti membaca al-Qur'an, Tauhid, Fiqh, bahasa Arab, dan Tasawuf. Setelah dididik selama tiga belas tahun dan dirasa cukup, Kiai Wahab berkelana ke berbagai pondok pesantren untuk memperdalam bermacam-macam ilmu dengan spesifikasi yang berbeda.

Terbentuknya Kerangka Pemikiran Kiai Wahab Hasbullah dimulai saat mengenal gagasan kebangsaan sebagai dasar kenegaraan itu, tampaknya bukan dari rekan-rekannya di Tanah Air, melainkan ketika belajar di Mekkah (1909- 1914) melalui perkenalannya dengan tokoh-tokoh di Timur Tengah dan buku buku serta pamflet-pamflet politik yang ia baca. Saat itu, gagasan nasionalisme di Timur Tengah memang sedang tumbuh segera setelah diselenggarakannya Kongres Nasional kaum nasional di Mesir pada tahun 1909, yang dipelopori Mustafa Kamil, sebagai respons kian merosotnya pengaruh dan kekuasaan politik Turki Utsmani. Pemikiran-pemikiran modernis seperti itu, serta gagasan kebangsan dan nasionalisme, pada awal Abad ke-20 berkembang luas di pusat-pusat Islam di seluruh wilayah kekuasaan Utsmani, tidak terkecuali Arab Saudi, tempat Wahab Hasbullah menuntut ilmu. Sehingga dapat dipahami jika ia juga ikut menyerapnya, yang dapat dilihat dari syair-syair pergerakan yang ditulisnya sepulang ke Tanah Air. Kiai Wahab Hasbullah Bahkan sudah terlibat dalam pembentukan Sarekat Islam cabang Mekkah, ketika masa belajar di Mekkah.

Dengan kata lain beliau sangat memperhatikan kebutuhan umat untuk kesejahteraan, sikap yang diambil mempunyai latar belakang untuk keselamatan Islam dan Bangsa Indonesia, dan untuk membendung pengaruh kolonial Belanda yang tujuannya bukan saja mencapai keuntungan kultur mereka, tetapi juga politik dan ekonomi mereka. Maka apa boleh buat, Kiai Wahab menjadikan dunia Pesantren menjadi dunia laksana sebatang lilin yang memberi terang alam sekeliling, walaupun diamnya sendiri hancur luluh menjadi korban.

Umumnya sejarah mengatakan, Islam masuk ke indonesia pada tahun 1400-an dengan Walisongo sebagai ikon penyebarnya, bukan dengan jalur invasi tapi dengan perdagangan. Dari sini kita dapat menebak Kiai Wahab itu meniru siapa, Walisongo pun juga multiwarna, ada yang keras dan ada yang lembut seperti Sunan Ampel. Sejak zaman Walisongo itu juga sudah menggunakan fiqh madzhab, bukan ijtihad sendiri apalagi kembali ke Al-Qur’an dan hadis. Pada zaman Kiai Wahab, banyak aliran-aliran islam modernis dan ekstremis baru masuk ke Indonesia, Mbah Wahab, sebagai "tuan rumah" tidak terima kalau aliran-aliran ini mengganti ajaran Ahlussunnah Wal Jama'ah yang sudah diterapkan sejak zaman Walisongo. Hal inilah yang memotivasi Kiai wahab untuk mendirikan organisasi-organisasi perjuangan, yaitu Nahdlatul Wathan (1916), Tashwirul Afkar (1918), Nahdlatul Tujjar (1918), Nahdlatul Ulama (1926), MIAI (1937) dan Laskar Hizbullah (1943). Keluasan Ilmu yang dimilikinya kemudian berhasil menemukan Islam dan Cinta tanah air serta menghasilkan pemikiran yang plural sehingga tercipta tataran masyarakat yang harmonis hidup berdampingan. Kiai Wahab adalah sosok lengkap dengan mempunyai keluasan ilmu dan siasat politiknya yang hebat. Dalam mempertahankan Indonesia, beliau sangat gigih dalam melakukan Dakwah Islamiyyah. Beliau juga gigih sehingga Islam dan Nasionalisme tidak selalu bertentangan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image