Pemikiran Modern Muhammad Abduh
Agama | 2023-12-29 21:05:20Pemikiran modern Muhammad Abduh adalah topik yang menarik untuk dibahas. Muhammad Abduh adalah seorang pembaharu yang pemikirannya muncul sebagai respons terhadap situasi dan tuntutan sosial pada masanya. Sebagai seorang modernis, Abduh juga mempertahankan warisan klasik yang masih relevan dalam Islam.
Pemikiran Abduh mencakup empat bagian utama: kebebasan, kemasyarakatan, keagamaan, dan pendidikan. Dalam hal kebebasan, Abduh berbeda dengan gurunya, Jamaludin Al-Afghani, yang menghendaki Pan Islamisme secara revolusioner. Abduh memfokuskan pada nasionalisme Arab dengan pendekatan pendidikan. Menurutnya, kesadaran rakyat akan negara dapat disadarkan melalui pendidikan, surat kabar, majalah, dan sebagainya.
Abduh juga menekankan bahwa meskipun manusia memiliki kebebasan untuk bertindak sesuai kemauannya, namun kekuatan, kemauan, dan pengetahuan manusia tidaklah sempurna. Ada faktor-faktor di luar kendali manusia, seperti hukum alam, yang membatasi kebebasannya. Namun, dengan peningkatan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Dalam hal kemasyarakatan, Abduh mengajak untuk mencintai diri sendiri, masyarakat, dan negara. Misalnya, dalam hal pernikahan, Abduh pada dasarnya mendukung monogami, sementara poligami hanya diperbolehkan dalam keadaan khusus yang memenuhi syarat adil yang sulit dilaksanakan oleh manusia.
Dalam hal keagamaan, Abduh menentang taqlid (ikut-ikutan) dan mengajak umat Islam untuk menggunakan akal dalam memahami ajaran Islam. Ia menekankan pentingnya berijtihad (penafsiran) dan membuka pintu lebar-lebar untuk ijtihad. Abduh berpendapat bahwa akal manusia, baik dulu maupun sekarang, memiliki kedudukan yang sama dalam memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dia juga mengecam sikap taqlid buta yang menghambat perkembangan sains modern.
Pendidikan merupakan bagian terpenting dari modernisasi sosial, ekonomi, dan politik. Abduh percaya bahwa pendidikan adalah media transformasi nilai, budaya, dan pengetahuan yang akan mendorong perkembangan kecerdasan dan produk budaya masyarakat. Melalui pendidikan, banyak pembaharuan dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan.
Pemikiran Muhammad Abduh memiliki pengaruh yang luas, tidak hanya di Mesir dan dunia Arab, tetapi juga di dunia Islam lainnya, termasuk di Indonesia. Pemikirannya layak untuk terus dikaji dan dipelajari, tidak hanya dalam konteks kelembagaan pendidikan, tetapi juga dalam sikap mental dan tata nilai masyarakat.
Pemikiran modern Muhammad Abduh mencakup empat bagian utama: kebebasan, kemasyarakatan, keagamaan, dan pendidikan. Berikut adalah beberapa poin penting dari setiap bagian:
1. Kebebasan: Abduh berbeda dengan gurunya, Jamaludin Al-Afghani, yang mengadvokasi Pan Islamisme secara revolusioner. Abduh memfokuskan pada nasionalisme Arab dengan pendekatan pendidikan. Menurutnya, kesadaran rakyat akan negara dapat disadarkan melalui pendidikan dan media seperti surat kabar dan majalah. Abduh juga mengakui bahwa kebebasan manusia memiliki batasan-batasan, seperti faktor-faktor di luar kendali manusia dan hukum alam. Namun, dengan peningkatan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
2. Kemasyarakatan: Abduh mengajak untuk mencintai diri sendiri, masyarakat, dan negara. Dia mendukung monogami dalam pernikahan, sementara poligami hanya diperbolehkan dalam keadaan khusus yang memenuhi syarat adil yang sulit dilaksanakan oleh manusia.
3. Keagamaan: Abduh menentang taqlid (ikut-ikutan) dan mengajak umat Islam untuk menggunakan akal dalam memahami ajaran Islam. Dia menekankan pentingnya berijtihad (penafsiran) dan membuka pintu lebar-lebar untuk ijtihad. Abduh berpendapat bahwa akal manusia, baik dulu maupun sekarang, memiliki kedudukan yang sama dalam memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dia juga mengecam sikap taqlid buta yang menghambat perkembangan sains modern.
4. Pendidikan: Abduh melihat pendidikan sebagai bagian terpenting dari modernisasi sosial, ekonomi, dan politik. Pendidikan merupakan media transformasi nilai, budaya, dan pengetahuan yang akan mendorong perkembangan kecerdasan dan produk budaya masyarakat. Melalui pendidikan, banyak pembaharuan dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan.
Pemikiran Muhammad Abduh memiliki pengaruh yang luas, tidak hanya di Mesir dan dunia Arab, tetapi juga di dunia Islam lainnya, termasuk di Indonesia. Pemikirannya layak untuk terus dikaji dan dipelajari, tidak hanya dalam konteks kelembagaan pendidikan, tetapi juga dalam sikap mental dan tata nilai masyarakat.
Sumber: Alamtara Institut
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.