Refleksi Pendidikan Moral Pemuda Gen Z Perspektif Pemikiran Al Faruqi
Sejarah | 2023-12-28 06:57:39Generasi Z, yang tumbuh di tengah era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, menghadapi tantangan literasi digital yang semakin kompleks. Menurut survei Kominfo di bidang pendidikan, 86% dari mereka, terutama dari tingkat SD hingga SMA, mendominasi ranah literasi digital (Pangerapan, 2022, hal. 17).
Namun, dampak teknologi tidak selalu positif. Sebaliknya, terlihat bahwa generasi ini, yang seringkali terpaku pada 3F (food, fashion, dan fun), cenderung memiliki pola pikir instan dan tergesa-gesa. Ini, pada gilirannya, dapat berkontribusi pada penurunan moral, tercermin melalui perilaku negatif seperti intimidasi, penggunaan kata-kata kasar, dan kurangnya penghormatan terhadap orang yang lebih tua.
Fenomena ini tidak hanya sekadar pelanggaran norma sosial, melainkan juga menciptakan indikator keruntuhan moral di tingkat masyarakat.
Tentunya kemerosotan moral ada beberapa faktor
Pertama, nilai-nilai agama yang meluntur dikalangan remaja. Ketika pengetahuan dunia mengalami kemajuan dan dianggap sebagai penjelas yang sangat lengkap dan rasional terhadap peristiwa di bumi, manusia cenderung mencari informasi yang mereka butuhkan. Dalam proses ini, terkadang keterhubungan manusia secara vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa dapat terabaikan atau terlupakan.
Menurut al-Faruqi, fitrah merupakan potensi dalam diri manusia untuk memiliki keyakinan beragama, terutama dalam konsep Tauhid. Pendidikan islam memiliki tujuan untuk membimbing manusia agar menjadi khalifatullah fi al-ardli. (Norlaila, 2008, hal. 44) Inipun diaturnya dalam kurikulum indonesia berupaya membentuk karakter siswa melalui pengajaran pendidikan agama dalam undang-undang No 20 Tahun 2003. (Ainiyah, 2013, hal. 27)
Kedua, meningkatnya pengaruh budaya materialistik, hedonis, dan sekularisme memberikan dampak yang signifikan. Saat ini, sering kita temui informasi melalui media online mengenai remaja tingkat SMP atau SMA, bahkan mahasiswa, yang terlibat dalam penggunaan judi online, Fenomena cyberbullying serta penyebaran konten negatif juga dapat merusak norma etika dan moral dalam berinteraksi daring, sikap-sikap tersebut menunjukkan atau memiliki kaitan dengan penyimpangan moral.
Al-Faruqi menekankan pentingnya etika amal, yaitu tindakan nyata yang mencerminkan nilai-nilai ajaran agama Islam, untuk membentuk karakter moral seseorang. Implementasi pendidikan karakter dalam Islam tercermin melalui teladan akhlak Rasulullah SAW (Faruqi, 1993, hal. 61). Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat An-Nahl ayat 90 sebagai berikut:
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون ۞َ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”(QS.An-Nahl : 90)
Ayat tersebut menekankan pentingnya berlaku adil, berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan menjauhi perbuatan keji, kemungkaran, serta permusuhan. Ayat ini memberikan pedoman bagi umat islam & remaja berakhlak yang baik.
Penguatan karakter moral diterapkan di indonesia dengan Kurikulum Merdeka melalui program Pelajar Pancasila bertujuan untuk memperkuat karakter moral peserta didik dengan fokus pada pengembangan proyek yang dapat membangun serta meningkatkan karakter mereka. Proyek ini dirancang dengan tujuan utama yaitu menciptakan Profil Pelajar Pancasila yang mampu mengatasi dan memperbaiki masalah-masalah yang terdapat dalam lingkungan sekitarnya. (Putri, 2023, hal. 198)
Pandangan Al Faruqi tentang moral remaja dapat dibentuk melalui Pendidikan merupakan fokus perhatian para pelajar untuk melakukan evaluasi dan analisis terhadap aspek baik dan buruknya. Pentingnya pendidikan terletak pada kemampuan pelajar untuk menilai secara kritis, tanpa menganggapnya sebagai cara memaksa seseorang untuk menentukan tujuan hidupnya secara individu.
Dalam konteks ini, konsep Tauhid sebagai dasar pendidikan memandu upaya pengembangan individu secara holistik, mencakup aspek jasmani, akal, dan rohani. Tujuan pendidikan adalah melaksanakan pengembangan tersebut guna mendukung peran individu sebagai khalifatullah di bumi, dengan orientasi pada keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Upaya pemerintah melalui perancangan Kurikulum Merdeka bertujuan utama untuk menanamkan nilai-nilai moral dan karakter dalam pendidikan. Selain menitikberatkan pada aspek akademik, siswa juga mendapatkan pembelajaran mengenai etika, kejujuran, tanggung jawab, empati, dan keterampilan sosial lainnya yang penting dalam membentuk mereka sebagai warga negara yang bertanggung jawab. (Putri, 2023, hal. 199)
Harapannya, proyek penguatan profil pelajar Pancasila akan menciptakan siswa yang tangguh, mandiri, berpikir kritis, dan analitis, mampu menghadapi tantangan masa depan, serta dapat beradaptasi dengan berbagai lingkungan sambil tetap menjunjung nilai iman, takwa, akhlak mulia, dan semangat kebhinekaan global.
Daftar Pustaka
Ainiyah, N. (2013). Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam . Al Ulum , 27.
Faruqi, I. R. (1993). Islam dan Kebudayaan . Bandung: Mizan.
Norlaila. (2008). Pemikiran Pendidikan Islam Ismail Raji Al Faruqi. Al Banjari, 44.
Pangerapan, S. A. (2022). Status Literasi Digital di Indonesia 2022. Kominfo, 17.
Putri, N & DKK. (2023). Membangun Pendidikan Karakter Berbasis Kurikulum Merdeka Menuju Era Society 5.0 . Pendidikan , 198-199.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.