Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nabhan Rafli Pratama

Biografi dan Pemikiran Ibn al-Haytsam

Edukasi | Wednesday, 27 Dec 2023, 16:37 WIB

Ibn al-Haytsam adalah ilmuwan Arab dalam bidang ilmu alam dan Ilmu pasti yang sangat terkenal. Pengaruhnya dalam ilmu alam teoret menyamai pengaruh Isaac Newton dalam ilmu mekanika.

Pada masa mudanya, dia telah menguasai seluruh karangan ilmuwan Yunani dan ilmuwan Arab dalam bidang ilmu pasti dan ilmu alam. Dia selangkah lebih maju ketika berhasil memecahkan berbagai permasalahan yang belum dilaksanakan oleh mereka. Kita masih dapat menemukan lebih dari lima puluh buku, tulisan, dan risalah-risalahnya yang paling terkenal ialah buku al-Manazhir dalam bidang optik. Buku ini telah melambungkan namanya, hingga ia terus dikenang sepanjang masa. Buku ini telah diterjemahkan oleh Frederick Reysnar ke dalam bahasa Latin, dan diterbitkan di kota Pazel di Swiss pada tahun 1577 dengan judul Opticae Thesaurus. Buku ini antara lain berisi penolakannya atas teori-teori Phytagoras, Aristoteles, Euclides, Alpha Dicles, dan Ptolemeus. Menurutnya, mata akan mengirimkan cahaya ketika menatap suatu benda, sehingga memungkinkannya untuk melihat benda tersebut Atau dengan kata lain, penglihatan merupakan hasil pengiriman cahaya yang memantul, kemudian cahaya itu kembali ke mata sehingga mata dapat melihat benda itu. Lalu Ibn al-Haytsam membawakan teori yang mengatakan bahwa cahaya itu berpindah dari benda yang terlihat ke pada mata.

Ibn al-Haytsam pun telah melakukan percobaan berkali-kali Di menyibukkan diri dengan cermin cembung dan datar. Dengan cermin itu, dia dapat memilah cahaya ketika cahaya itu sampai pada benda pipih untuk memperkirakan ketinggian benda itu dari tanah. Bahkan dia hampir dapat mengungkapkan prinsip mikroskop. Dia telah mempelajari berbagai kelebihan kaca pembesar yang ditemukan oleh ilmuwan Yunani dan Romawi, yang memiliki kekuatan mengagumkan untuk membesarkan gambar. Akan tetapi, pengkajiannya sempat terhenti dan tidak dapat menemukan kekuatan cermin pembesar yang dapat memberikan pembesaran terhadap mata. Pemakaian kaca mata belum pernah dilakukan kecuali pada paruh pertama abad keempat belas.

Sumber: liputan6.com

Ibn Haytsam juga menemukan sebuah hukum yang nantinya menjadi dasar penemuan alat pemotret. Yaitu, bahwa jika kita tinggal dalam ruangan gelap yang diberi sedikit lubang, maka cahaya akan masuk melalui celah tersebut dan sampai ke salah satu dinding atau lantainya, dan ruangan yang terkena cahaya akan tetap gelap. (Teori ini menjadi dasar bahwa cahaya berjalan mengikuti garis lurus).

Dia juga mengemukakan suatu persoalan yang hingga hari ini dikenal dengan masalah Ibn Haytsam. Ia menemukan pemecahan untuk persamaan tingkat empat; yaitu jika kita meletakkan dua buah titik A dan B di atas sebuah permukaan lingkaran yang titik pusatnya di W, dan jari-jarinya adalah R, maka untuk menetapkan sebuah titik M yang mendapatkan cahaya dari A di atas lingkaran ini, cahaya itu mesti memantul melalui titik B. Ibn Haytsam dapat memecahkan masalah ini dengan cara memotong tambahan yang sama yang lewat di atas lingkaran. Sedangkan Leonardo Da Vinci dapat memecahkannya beberapa abad setelah Ibn Haytsam melakukannya melalui jalan mekanik.

Sumber: erudisi.com

Pada bagian berikutnya dalam bukunya, Ibn al-Haytsam memaparkan pemilahan cahaya. Menurutnya, tidak ada keterkaitan antara sudut datang dan sudut pantulnya, dan tidak juga tidak tetap. Garis datang, garis pantul, dan garis tegak lurus pada permukaan lingkaran itu berada dalam posisi yang sama. Teori ini nantinya berkembang dan mendasari penelitian terhadap kecepatan cahaya yang dijelaskan oleh al-Allamah Kamaluddin al-Farisi yang memberi penjelasan atas buku al-Manazhir.

Ibn al-Haytsam pernah mengusulkan pembangunan bendungan yang tinggi di sebelah selatan kota Aswan, di Mesir, untuk membendung air pada saat musim banjir, dan menyimpannya untuk musim kemarau. Jika musim kering telah melanda Mesir, panjang musim itu kerap kali sampai empat tahun, sehingga air sungai Nil sangat susut. Akhirnya dia diundang oleh al-Hakim bi Amrillah jauh-jauh dari Basrah untuk menghadap kepadanya di luar kota Kairo. Dia ditawari membangun bendungan tersebut. Namun, Ibn al-Haytsam merasa tidak memiliki fasilitas untuk mewujudkan hitungan teoritisnya. Dia hanya dapat memberikan teorinya. Akhirnya dia melarikan diri dan bersembunyi karena takut terhadap kemarahan al-Hakim. Semenjak itu, dia tidak pernah tampak, dan akhirnya dia ditemukan dalam kondisi terbunuh.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image