Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Luqman Hakim

Darurat Kesehatan Mental Bagi Remaja

Eduaksi | Wednesday, 27 Dec 2023, 13:57 WIB

Source : https://unair.ac.id/bunuh-diri-fenomena-perlu-perhatian-serius/

Dosen pengampu : Dr. Ira Alia Maerani, S.H, M.H. (Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung)

Penulis : Luqman Hakim Al Asy’ari (Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Sultan Agung)

Kesehatan mental atau jiwa menurut UUD No.18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa merupakan kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Namun, akhir-akhir ini ramai diperbincangkan mengenai kasus bunuh diri yang dialami remaja maupun mahasiswa. Dan kerap terjadi banyaknya kasus yang menimpa kalangan remaja maupun mahasiswa, baik kasus bunuh diri maupun aksi barcode tangan (menyiletkan tangan diri sendiri dengan cutter), dan kasus ini semakin marak dikarenakan sebagian remaja maupun mahasiswa mengalami gangguan mental kesehatan bagi mahasiswa, baik dikarenakan faktor internal maupun eksternal.

Sebelum kita membahas mengenai perihal bunuh diri, mari kita bahas apa itu bunuh diri itu? Dalam kamus KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bunuh diri adalah sebuah aksi untuk mengakhiri hidup diri sendiri, yang biasanya dikarenakan oleh depresi atau gangguan kejiwaan. Istilah Suicide atau dalam terjemahan Bahasa Indonesia diartikan dengan “bunuh diri”, dalam sebuah literatur diperkenalkan pertama kali pada abad ke-17, berasal dari Bahasa Latin Sui (diri sendiri) dan Caedere (untuk membunuh). Dapat kita ketahui, bunuh diri merupakan aksi mengakhiri hidup diri sendiri dikarenakan mengalami gangguan mental kesehatan dan kejiwaan yang kerap terjadi di kalangan remaja maupun mahasiswa.

Aksi menyakiti diri sendiri atau yang biasa disebut self-harm kerap dilakukan oleh sebagian remaja maupun mahasiswa yang mengalami depresi maupun gangguan kejiwaan dan mental kesehatan. Namun, yang sering diperbincangkan oleh Netizen yakni aksi bunuh diri. Akhir-akhir ini ramai berita tentang kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswi, dan yang terkini yakni kasus Mahasiswi gantung diri dan mirisnya dia bunuh diri beberapa jam sebelum wisuda. Korban yang diketahui berinisial IMBS awalnya pamit kepada orang tuanya untuk pergi ke rumah kedua mereka di Kelurahan Kayu Putih. Tetapi, IMBS ternyata menuju rumah lama mereka yang jaraknya sekitar 40 meter dari tempat tinggal mereka saat ini. Peristiwa pilu itu diketahui Kakak kandung dan ipar korban yang kebetulan sedang melintas ke rumah mereka. Saat lewat, keduanya melihat pintu rumah tersebut dalam keadaan terbuka dan langsung mengeceknya. Betapa kagetnya mereka ketika melihat IMBS tak bernyawa dengan tubuh yang tergantung pada kayu penyangga plafon rumah. Saat ini, jenazah IMBS masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara Titus Uli Kupang. "Dugaannya kematiannya karena ada masalah pribadi," pungkas Krisna.

Bunuh diri merupakan tindakan yang melanggar HAM, Pancasila sila pertama, dan Al Qur’an Hadist. Dalam KUHP Pasal 345 mengatakan bahwa “Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, dipidana dengan pidana penjara selama 4 tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri,” dan Allah SWT telah melarang manusia melakukan tindakan bunuh diri, yang mana Allah SWT telah berfirman di dalam Q.S An-Nisa : 29 yang dimana Allah SWT melarang manusia mengambil harta orang lain dengan jalan yang tidak benar atau biasa disebut batil dan juga melarang manusia untuk melakukan bunuh diri. Dan dalam Hadist juga berfirman Allâh Azza wa Jalla berfirman, "Hamba-Ku mendahului-Ku terhadap dirinya, Aku haramkan surga baginya." (HR Al-Bukhari).

Saat menghadapi situasi yang sangat sulit, pikiran bunuh diri sering datang tanpa diundang. Jika kemunculannya tidak dapat dikontrol dengan baik, pikiran ini dapat membawa Anda untuk mengakhiri nyawa sendiri. Lantas, bagaimana cara menghilangkan rasa ingin bunuh diri? Cara mengatasi rasa ingin bunuh diri bisa dilakukan lewat tindakan sederhana. Meski tidak menghilangkan pikiran ini sepenuhnya, beberapa cara mungkin dapat membuat perasaan lebih baik.

Berikut sejumlah cara menghilangkan rasa ingin bunuh diri.

1. Berbicara dengan orang lain

Berbagai perasaan ke orang terdekat merupakan salah satu cara terbaik untuk mengusir pikiran bunuh diri. Anda bisa berbagi cerita dengan keluarga, pasangan, atau sahabat. Namun, Anda harus sabar karena mereka mungkin ingin membantu, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Saat situasi ini terjadi, jangan ragu untuk menyebut bantuan yang bisa diberikan. Di sisi lain, beberapa orang mungkin hanya ingin didengar dan sekedar meluapkan emosi negatif. Terkadang, komentar atau saran orang lain malah dapat membuat pikiran semakin kacau.

2. Lakukan aktivitas yang membuat Anda lupa waktu

Berfokus pada pikiran bunuh diri meningkatkan risiko Anda untuk melakukannya. Oleh sebab itu, cobalah mengalihkan fokus untuk melakukan aktivitas yang membuat Anda lupa waktu. Sejumlah aktivitas yang bisa dijadikan cara menghilangkan rasa ingin bunuh diri meliputi: Membaca buku, menonton film, pergi ke suatu tempat wisata, bermain game, serta menghabiskan waktu bersama orang terdekat atau hewan peliharaan.

3. Cari alasan untuk tetap hidup

Rasa ingin bunuh diri akan terus muncul jika Anda tidak memiliki alasan untuk hidup. Maka dari itu, carilah berbagai alasan yang mengharuskan Anda tetap hidup. Berikut beberapa contoh alasan yang bisa membantu menghilangkan rasa ingin bunuh diri :

· Mengingat semua hal yang menyenangkan selama hidup, misalnya makan makanan favorit, menonton aktor kesayangan, hingga menonton TV series kesukaan.

· Keinginan untuk mewujudkan rencana di masa depan, contohnya berlibur ke luar negeri bersama pasangan dan anak, atau menghabiskan masa tua di pedesaan.

· Perasaan orang-orang terdekat. Pikirkan betapa keluarga, pasangan, atau sahabat akan sangat sedih dan rindu ketika kehilangan Anda.

·

4. Berolahraga

Berolahraga dapat membantu memperbaiki suasana hati, apalagi jika Anda berolahraga dengan teman. Dengan begitu, rasa ingin bunuh diri akan berkurang. Ketika Anda berolahraga, tubuh akan melepaskan hormon dopamin dan serotonin. Kedua hormon ini bermanfaat untuk membuat perasaan Anda lebih bahagia. Untuk mendapatkan manfaat olahraga, pastikan Anda melakukan aktivitas ini setidaknya 30 menit setiap hari. Tidak perlu berat, Anda bisa memulainya dengan olahraga ringan seperti : Berjalan, jogging, gerakan peregangan, dan berenang.

5. Menerapkan teknik relaksasi

Stres dapat meningkatkan potensi munculnya rasa ingin bunuh diri. Cara menghilangkan rasa bunuh ingin bunuh diri akibat stres tentu saja dengan mengelolanya. Salah satu langkah sederhana yang bisa Anda terapkan yaitu teknik relaksasi. Teknik ini membantu menghilangkan stres dan membuat pikiran menjadi lebih positif. Berikut sejumlah teknik relaksasi yang bisa dicoba : Berjalan-jalan untuk menikmati alam, mendengarkan musik, berendam air hangat, pijat, makan makanan kesukaan, meditasi, Yoga, latihan pernapasan dalam.

6. Berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater

Rasa ingin bunuh diri biasanya berkaitan dengan gangguan mental. Beberapa gangguan mental yang bisa menjadi pemicunya yaitu: Depresi, gangguan bipolar, panic attack dan anxiety attack, skizofernia, dan post-traumatic stress disorder (PTSD).

Bunuh diri adalah kenyataan yang menyakitkan, dan sering kita merasa kesulitan untuk menghadapinya. Namun, justru dengan menghadapinya dan membuka diri, kita bisa mulai mencari solusi bersama. Fakta dari Kementerian Kesehatan juga tidak bisa diabaikan. Perilaku bunuh diri sering terkait dengan gangguan kejiwaan, terutama depresi. Namun, kita harus menyadari bahwa stigma dan tabu seputar kesehatan mental adalah hal yang menghambat upaya pencegahan. Namun, kita juga tahu bahwa ketika mereka mencapai titik puncak keputusasaan, waktu untuk bertindak adalah sangat terbatas. Saatnya bagi kita untuk mengakui bahwa pencegahan bunuh diri tidak bisa dilakukan sendiri. Ini adalah masalah bersama yang memerlukan komitmen dan kolaborasi dari semua pihak. Pendidikan tentang kesehatan mental harus ditingkatkan di lingkungan sekolah dan masyarakat. Anak-anak harus diajarkan bagaimana mengenali gejala-gejala depresi dan gangguan kejiwaan lainnya. Selain itu, kita harus memastikan aksesibilitas layanan kesehatan mental yang lebih baik. Layanan konseling dan terapi harus lebih mudah diakses oleh semua orang tanpa terkecuali. Kita harus menciptakan lingkungan yang ramah dan mendukung bagi mereka yang membutuhkan bantuan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image