Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ratu Syakira DN

Kriteria Ibadah Haji dan Umrah yang Mabrur

Eduaksi | 2023-12-25 15:49:02
Source: Pinterest/Freepik.com

Ibadah haji merupakan salah satu rukun islam, yaitu rukun islam yang ke-5. Ibadah haji hanya bisa dilakukan setahun sekali biasanya pada bulan haji saja, yaitu antara Bulan Syawwal sampai 10 Dzulhijjah. Setiap umat muslim diwajibkan untuk melaksanakan ibadah haji minimal satu kali seumur hidupnya.

Sedangkan umrah secara bahasa artinya berkunjung atau ziarah. Menurut istilah umrah berarti menziarahi ka'bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, ber sa'i antara Shafa dan Marwah dan mencukur atau menggunting rambut dengan cara tertentu dan dapat dilaksanakan setiap waktu.

Apa itu mabrur?

Secara bahasa, mabrur berasal dari kata ”Al-Barra”. Yang berarti kebaikan atau berbuat baik. Mabrur juga memiliki arti ibadah haji atau umrah yang baik atau membuat pelakunya menjadi baik. Secara istilah, mabrur dapat diartikan sebagai ibadah haji dan umrah yang diterima oleh Allah SWT. Ibadah yang sesuai dengan ketentuan-Nya, dikerjakan dengan ikhlas tanpa dicampuri dengan adanya perbuatan maksiat didalamnya.

Haji yang mabrur dapat dikatakan pula dengan istilah haji yang makbul (dapat diterima). Namun, yang membedakan makna dari dua kata tersebut adalah haji yang makbul merupakan haji yang diterima dan mendapatkan pahala serta mengugurkan kewajiban haji bagi seorang muslim. Sedangkan haji yang mabrur adalah haji yang mampu mengantarkan pelakunya dapat lebih baik amalnya, dibanding sebelum melaksanakan ibadah haji. Para ulama lain berpendapat haji yang lepas dari dosa dalam pelaksanaannya barulah boleh mendapat predikat haji yang mabrur.

Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa seseorang yang ibadah haji atau umrahnya mabrur maka ia akan kembali suci diibaratkan seperti bayi yang baru lahir. Hadits tersebut berbunyi:

“Dari Abu Hurairah R.A berkata: saya pernah mendengar Rasulullah S.A.W berkata: “Barangsiapa mengerjakan haji, lalu ia tidak berbuat kelalaian dan tidak pula mengerjakan dosa yakni kemaksiatan besar atau yang kecil berulang kali, maka ia akan kembali dari ibadah hajinya itu sebagaimana pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.”” (Muttafaq ‘Alaih).

Apa saja kriteria haji yang mabrur dalam Islam?

Imam An-Nawawi berpendapat bahwa di antara tanda diterimanya ibadah haji atau umrah seorang muslim adalah adanya perubahan menuju yang lebih baik setelah pulang dari pergi haji dan tidak membiasakan diri dengan melakukan berbagai maksiat.

Rasulullah SAW menjelaskan bagaimana kriteria dan ciri-ciri seseorang yang hajinya mabrur. Yaitu:

1.) Memberikan makanan kepada yang membutuhkan (Ith’am at-tha’am)

Ciri haji mabrur yang pertama adalah memiliki rasa jiwa sosial tinggi, terutama kepada orang-orang di yang kurang mampu. Allah SWT sangat mencintai serta menyayangi hamba-Nya yang senang berbagi terhadap sesama, terutama kepada yang lebih membutuhkan.

2.) Menebarkan kedamaian (Ifsya as-salam)

Ciri haji mabrur berikutnya adalah sifatnya selalu ingin menebar kedamaian sehingga tidak ada rasa benci, iri, atau hal-hal lain yang mengundang pertengkaran. Setelah dirinya pulang berhaji, sebisa mungkin ia akan berusaha memperbaiki sikap menjadi pribadi yang lebih baik dan melakukan hal-hal positif yang bernilai manfaat.

3.) Bersikap santun (Thayyib al-kalam)

Ciri haji mabrur yang terakhir yaitu memiliki sikap sangat santun atau menghormati kepada siapa saja tanpa merasa dirinya paling istimewa. Seseorang yang santun ini berarti tutur katanya sopan, tidak memfitnah, tidak bersikap sombong atau arogan.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh para Sahabat, dan beliau memberikan kriteria orang yang diterima hajinya oleh Allah SWT.

“Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa itu haji mabrur?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Memberikan makanan dan menebarkan kedamaian.’” (H.R. Ahmad).

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW menerangkan kriteria lain yang menjadi ciri-ciri haji mabrur.

“Dari sahabat Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga." Lalu sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa (tanda) mabrurnya?" Rasulullah SAW menjawab, "Memberikan makan kepada orang lain dan melontarkan ucapan yang baik." (HR Ahmad, At-Thabrani, dan Al-Baihaqi).

Apa yang harus disiapkan untuk mendapat haji yang mabrur?

Haji yang mabrur tidak datang begitu saja. Tentu saja banyak hal yang perlu dipersiapkan. Berikut adalah persiapan yang harus dilakukan untuk meraih haji yang mabrur:

1.) Memahami ajaran agama Islam dengan baik. Termasuk juga manasik hajinya. Karena amalan ibadah yang tidak disertai dengan ilmu, maka akan sia-sia saja.

2.) Harus dipastikan bahwa rezekinya halal. Jangan sampai berangkat ibadah haji menggunakan uang yang tidak halal. Jika ini terjadi sudah pasti tidak diterima.

3.) Meningkatkan amal ibadah. Kita harus menyiapkan diri dengan meningkatkan dan menyempurnakan amal ibadah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image