Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Uswatun Khasanah

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nanas Madu (Ananas comosus L. Merr) Sebagai Edible Film Plastik Ramah

Teknologi | Sunday, 24 Dec 2023, 19:41 WIB
Gambar 1. Edible film pada bahan pangan

Menurut laporan PBB State of World Population pada tahun 2023, Indonesia menempati peringkat keempat dengan populasi penduduk terbanyak di dunia. Dari banyaknya penduduk tersebut berpengaruh pada meningkatnya pencemaran lingkungan oleh limbah sisa hasil aktivitas. Limbah terbagi menjadi beberapa jenis yaitu limbah organik, anorganik, kertas, residu, maupun B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Menurut data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) serta Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa sampah plastik di Indonesia jumlahnya mencapai 64 juta ton/tahun. Dan Indonesia menduduki peringkat keempat negara Asia yang terbanyak menyumbangkan sampah plastiknya ke lautan dunia.

Plastik memanglah luas kegunaannya, akan tetapi sulit diuraikan oleh alam atau bisa disebut non biodegradable. Dibutuhkan ratusan tahun lamanya untuk menguraikan sampah tersebut. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dibeberapa daerah pun terpaksa tutup karena muatan sampah yang melebihi kapasitas. Pembakaran bukan solusi yang tepat untuk mengurangi populasi sampah, hanya menjadikan polusi udara. Kondisi ini sangat memprihatinkan, terlebih kurangnya kesadaran dari masyarakat dan peraturan pemerintah dalam mengurangi produksi limbah.

Kabupaten Pemalang terletak di pantai utara Pulau Jawa dan masuk pada provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah penduduk di Kabupaten Pemalang sebanyak 1,2 juta jiwa. Menurut data Pemerintah Kabupaten Pemalang, setiap hari sampah yang dibuang ke TPA sekitar 250 ribu ton. Jika tidak rutin dilakukan pengolahan, maka sampah tersebut bisa mengganggu akses jalan. Contoh kasus di Desa Pegongsoran, yang melakukan pemblokiran TPA karena timbunan sampah yang overload hingga ke pemukiman dan tidak segera dibenahi. Juga di Pantai Widuri yang dipenuhi limbah meliputi sampah plastik dan kotoran manusia.

Sampah yang tidak segera ditangani hanya akan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Sungai dan danau yang telah tercemar tidak lagi bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari. Sampah yang menumpuk menimbulkan bau yang tidak sedap. Adanya sampah plastik juga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan seperti kanker, penyakit pernafasan, hingga kerusakan organ.

Generasi muda sebagai agen perubahan. Generasi muda memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Salah satunya, melakukan inovasi terhadap kemasan yang biasa dipakai masyarakat. Inovasi tersebut bertujuan untuk mengurangi tingkat pencemaran oleh sampah plastik. Dengan menerapkan perkembangan IPTEK, diharapkan mampu menciptakan kemasan ramah lingkungan serta menambah mutu produk yang dikemas.

Buah nanas madu menjadi komoditas hasil pertanian unggulan Kabupaten Pemalang. Produksi nanas madu Pemalang mencapai 37 ribu ton dengan sentra produksinya di Kecamatan Belik. Buah nanas madu mengandung sekitar 65% daging buah yang bisa dikonsumsi dan 35% bagian limbahnya. Kulit buah nanas termasuk limbah organik sehingga dapat dengan mudah diuraikan oleh alam. Persentase limbahnya yang cukup besar, sayang jika dibuang begitu saja tanpa dimanfaatkan. Edible film merupakan teknologi alternatif kemasan berbentuk lembaran dan dapat dikonsumsi bersamaan dengan produk yang dikemas.

Menurut penelitian Lesmana pada tahun 2017, komponen utama dalam pembuatan edible film yaitu protein, lipid dan polisakarida serta komponen tambahan seperti komposit dan plasticizer. Selain itu, di dalam limbah kulit buah nanas masih terdapat kandungan karbohidrat berupa pektin yang merupakan bagian dari formulasi edible film. Pektin pada kulit buah dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar atau bahan campuran dalam pembuatan edible film. Biasanya edible film ini diaplikasikan pada produk keju, sosis, permen, dan lain sebagainya.

Pembutan ekstrak pektin pada kulit buah dilakukan dengan cara pemanasan dengan menggunakan suhu tinggi berkisar berkisar 85-100ºC selama kurang lebih 1 jam. Menurut penelitian yang telah dilakukan Saleh pada tahun 2017, pembuatan edible film dilakukan dengan penambahan plastisizer seperti gliserol, beewax, sorbitol, dan lain-lain. Tujuan ditambahkan plastisizer yaitu mengurangi kekakuan serta meningkatkan fleksibilitas dari edible film. Dilakukan pemanasan pada suhu 55-70ºC selama 15 menit, kemudian dicetak. Didiamkan pada suhu 35ºC dengan kelembaban 50%, lalu dikeringkan pada suhu 30ºC selama kurang lebih 15 jam. Jika edible film sudah terbentuk, dikupas lalu simpan pada suhu ruang selama 24 jam.

Edible film memiliki banyak keunggulan dibandingkan kemasan plastik sintetis yaitu bersifat biodegradable(mudah terurai), bahan bakunya tesedia di alam, dan baik diterapkan pada produk pangan maupun non pangan. Edible film yang digunakan memiliki manfaat bagi produk yang dikemas yaitu dapat memperpanjang umur simpannya. Kemudian manfaat untuk kesehatan pengonsumsi yaitu sebagai sumber vitamin, mineral, dan antioksidan.

Inovasi kemasan edible film hingga saat ini masih mengalami beberapa kendala seperti terbatasnya informasi bahan edible film yang sesuai dengan produk yang dikemas, berpotensi menimbulkan alergi, dan belum dikembangkan secara komersial. Penelitian mengenai edible film di Indonesia sudah cukup banyak, tetapi masih perlu dieksplorasi untuk mendapatkan formula yang sesuai untuk produk yang berbeda.

Setelah ditinjau, potensi komoditas pertanian di Indonesia khususnya di Kabupaten Pemalang ini sangatlah banyak. Contohnya pada limbah kulit nanas madu yang ternyata memiliki manfaat bagi bidang pangan. Generasi muda dengan ide gemilangnya bekerjasama dengan masyarakat agar beralih pada penggunaan kemasan edible film. Dengan alternatif kemasan ramah lingkungan ini diharapkan pencemaran oleh limbah plastik dapat diminimalkan, serta kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan. Sehingga di masa yang akan datang, lingkungan hidup tetap terjaga kualitasnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image