Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image chici putri alifalexis winata

Apakah Media Mempromosikan Perilaku Seksual pada Remaja?

Gaya Hidup | Saturday, 23 Dec 2023, 08:43 WIB

Dengan maraknya perkembangan internet dan media, berbagai macam informasi menjadi mudah diakses juga ditemukan. Penggunaan media dan internet sangat umum, apalagi di antara generasi muda. Menurut data Kemkoinfo (Rohmadini et al, 2020), 79,5% dari anak-anak dan remaja menggunakan internet. Internet merupakan dimensi yang penting dan bermanfaat bagi remaja dalam kehidupannya. Namun, muncul kekhawatiran mengenai paparan media yang bersifat seksual pada remaja. Seperti berkembangnya dampak negatif, khususnya perilaku seksual yang bersifat berisiko. Jadi, apakah benar paparan media berpengaruh kepada perilaku seksual remaja?

Image by vector4stock on Freepik

⸻⸻⸻⸻⸻⸻⸻

Perilaku Seksual

Perilaku seksual bisa diartikan sebagai kegiatan yang dihasilkan oleh hasrat serta dorongan seksual antara lawan jenis juga sesama jenis. Perilaku seksual memiliki berbagai macam bentuk dan bukan hanya hubungan seksual saja. Bercium serta berpegangan tangan juga termasuk bentuk perilaku seksual. Penelitian yang dilakukan oleh Yulianto (2020) menunjukan bahwa perilaku seksual pada remaja memiliki hierarki atau urutan dilakukannya. Urutan dimulai dari touching, yaitu bentuk intim yang paling rendah. Lalu diikuti dengan kissing, petting, sampai sexual intercourse, bentuk keintiman paling tinggi.

Konten Perilaku Seksual pada Media 

Media bisa menjadi sarana kuat untuk pendidikan seksual. Tidak sedikit media yang dipaparkan ke generasi muda meliputi konten seksual. Namun, informasi mengenai dampak risiko dan konsekuensi dari perilaku seksual sangat jarang. Suatu penelitian yang mencakup 20 acara televisi menemukan bahwa 83% berisi konten seksual. Dari presentase tersebut, hanya 12% mendiskusikan risiko dan konsekuensi perilaku seksual. Media cenderung memberikan pandangan perilaku seksual merupakan kegiatan yang menyenangkan dan bebas risiko.

Remaja merupakan tahap penting dimana rasa ingin tahu individu sangat tinggi. Ini ditandai dengan karakteristik remaja yang gemar mengeksplorasi dan mencari informasi. Karena minimnya informasi mengenai seksualitas untuk remaja, mereka beralih ke internet untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Media dianggap sebagai “super peer” bagi remaja. Mereka seringkali mengandalkan internet untuk mencari informasi mengenai seksualitas. Karena informasi yang banyak dan dimana-mana, semua orang bisa dengan mudah mengaksesnya, termasuk remaja. Selain itu, banyak model media sosial yang menyampaikan pesan-pesan seksual. Dengan banyaknya sumber-sumber konten seksual yang mudah diakses di media, muncul berbagai dampak negatif pada remaja.

Dampak Konten Media Seksual pada Remaja 

Perilaku seksual pada remaja sendirinya juga memiliki berbagai dampak negatif jika tidak dilakukan dengan tanggung jawab. Hubungan seksual yang dilakukan secara dini memiliki risiko besar untuk kehamilan remaja, serta infeksi penyakit seksual yang menular (IMS).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa pengaruh media memiliki korelasi yang signifikan dengan perilaku seksual pada remaja. Ditemukan bahwa remaja yang memiliki waktu penggunaan media banyak lebih cenderung melakukan perilaku seksual dan niat lebih besar dibandingkan remaja dengan penggunaan media lebih sedikit. Paparan konten seksual pada media ini tidak terbatas pada televisi saja. Namun, bentuk media lainnya seperti film, musik, bahkan majalah berkontribusi pada perilaku seksual remaja. Walau media merupakan faktor yang signifikan akan kemungkinan perilaku seksual remaja, terdapat faktor lain yang berkontribusi. Salah satu faktor yang cukup besar adalah persepsi teman sebaya mereka. Persepsi tersebut juga dipengaruhi oleh paparan media.

⸻⸻⸻⸻⸻⸻⸻

Media merupakan sarana informasi yang penting bagi generasi muda. Jika digunakan dengan bijak, internet bisa menjadi alat pendidikan yang efektif berkat kemudahan aksesnya. Namun, frekuensi media yang mengandung konten seksual sangat banyak. Dari konten tersebut, pengetahuan mengenai dampak risiko serta tanggung jawab dari perilaku seksual sangat minim. Media menjadi “super peer” remaja dimana mereka mengandalkannya sebagai sumber utama pengetahuan seksualitas. Ini memiliki dampak yang signifikan pada perilaku seksual remaja. Remaja yang lebih banyak terpapar oleh media cenderung melakukan perilaku seksual daripada remaja yang lebih sedikit menggunakan media.

Daftar Pustaka

Brown, J. D., L’Engle, K. L., Pardun, C. J., Guo, G., Kenneavy, K., & Jackson, C. (2006). Sexy media matter: Exposure to sexual content in music, movies, television, and magazines predicts black and white adolescents’ sexual behavior. Pediatrics, 117(4). 

L’Engle, K. L., Brown, J. D., & Kenneavy, K. (2006). The mass media are an important context for adolescents’ sexual behavior. Journal of Adolescent Health, 38(3). 

Rohmadini, A. F., Setia, M. E. T., Khansa, N., & Yulianto, A. (2020). Perbedaan perilaku seksual pranikah antara remaja pengguna internet tinggi dan remaja pengguna internet rendah di Tangerang Selatan. Human Behavior in the New Normal Post-Pandemic: Challenges and Opportunities for Psychology in the Archipelago, November 2020.

Yulianto, A. (2020). Pengujian psikometri skala Guttman untuk mengukur perilaku seksual pada remaja berpacaran. Jurnal Psikologi: Media Ilmiah Psikologi, 18(1).

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image