Tak Ragu Bercumbu Di Ruang Publik, Dampak Westernisasi?
Eduaksi | 2023-12-22 21:49:58Akhir-akhir ini, viral di media sosial video yang berisikan aksi tidak senonoh para muda-mudi yang tak luput dari rekaman kamera netizen. Maraknya video yang berisikan tindakan tercela dari generasi kini, menimbulkan tanda tanya masih adakah norma di negara kita. Dunia maya dihebohkan dengan munculnya sebuah rekaman yang memperlihatkan sepasang remaja yang sedang asyik bercumbu di tengah keramaian sebuah cafe di Kota Malang. Warganet dibuat geram dengan aksi tak tahu malu yang dilakukan oleh pasangan tersebut.Tak lama setelah itu, kembali muncul sebuah video yang memperlihatkan aksi mesum yang dilakukan dua sejoli di sebuah restoran di kawasan Senopati. Berbagai hujatan dan sindiran pedas dilontarkan oleh para netizen yang jengkel dengan tindakan tidak tahu tempat tersebut.
Banyaknya fenomena seperti ini, memunculkan rasa penasaran mengenai faktor apakah yang sekiranya menjadi penyebab terjadinya aksi yang sangat tak selaras dengan norma ini. Westernisasi secara berlebihan dapat menjadi salah satu dari banyaknya faktor pemicu. Menurut Koentjaraningra, westernisasi adalah upaya untuk meniru barat secara berlebihan dengan meniru semua aspek kehidupan, baik dalam hal fashion, perilaku, budaya dan lainnya ( Sahadewa & Najicha, 2022 ). Perilaku Westernisasi yang berlebihan dan tidak melalui filterisasi tentunya akan berujung pada hal yang melenceng dari norma dan bahkan hilangnya jati diri bangsa.
Seperti kasus maraknya ederna video mesum yang dilakukan oleh para muda-mudi yang tidak bertanggung jawab ini. Dengan tak malu para oknum tersebut melakukan kegiatan tercela didepan khalayak ramai. Mereka dengan bangganya memamerkan kemesraan dengan berpeluk-pelukan, bercium-ciuman, bahkan yang tak habis pikir ada diantara mereka yang nekat berhubungan intim di tengah keramaian. Lebih mirisnya lagi, tindakan tersebut dilakukan di ruang publik dimana terdapat banyak masyarakat dari berbagai rentang usia di tempat tersebut.
Tak diragukan, pastilah mereka telah menganggap gaya berhubungan seperti itu adalah suatu hal yang normal untuk dilakukan sepasang kekasih. Tentu, opini tersebut merupakan dampak dari perilaku westernisasi secara berlebihan, dimana mereka meniru kebudayaan barat yang sangat bertolak belakang dengan nilai norma dan budaya ketimuran di negara kita. Apalagi, mereka tinggal di negara yang menjunjung tinggi nilai agama dan kesopanan. Tak sepantasnya para oknum melakukan tindakan tercela yang sudah jelas menyalahi aturan agama dan kesopanan.
Bukan hanya permasalahan seperti di atas, jika perilaku westernisasi secara berlebihan terus menerus dilakukan oleh generasi muda, dapat timbul dampak yang berbahaya bagi identitas bangsa. Apalagi, diperparah dengan kemajuan teknologi yang mempermudah para remaja untuk mengakses konten-konten yang beredar di media sosial atau ranah virtual. Maka dari itu, perlu ditanamkan beberapa hal kepada generasi penerus untuk berperang menghadapi westernisasi. Yang utama, wajib membiasakan diri untuk menyaring budaya dan kebiasaan asing yang positif dan sesuai dengan norma yang berlaku di Indonesia. Selanjutnya, menanamkan rasa nasionalisme dan rasa cinta tanah air bangsa. Tetap menginterpretasikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan sebisa mungkin menjauhkan diri dari kebudayaan barat yang terlalu bebas.
Untuk menanggapi fenomena maraknya perilaku tidak terpuji yang dilakukan secara sadar oleh oknum remaja sebagai dampak dari westernisasi, perlu diberikan tindakan yang bersifat tegas dan menyebabkan efek jera. Karena, tindakan para pelaku tidak hanya menyalahi norma tetapi juga melanggar aturan hukum, yaitu Perda Nomor 8 Tahun 2005 tentang larangan tempat pelacuran dan perbuatan cabul. Selanjutnya, menurut pandangan saya pemberian sanksi sosial kepada pelaku sangatlah tidak masalah bahkan sangat saya setujui. Dikarenakan selain memberikan pelajaran, hal tersebut juga sekaligus menggemakan bahwasanya tindakan seperti ini bukanlah tindakan yang pantas untuk dinormalisasikan dan dilakukan oleh siapapun di negeri ini. Seperti kata pepatah, “Di mana bumi dipijak, di situlah langit dijunjung”. Sekuat apapun arus westernisasi yang menerjang, kita sebagai generasi penerus tidak boleh lupa jati diri kita sebagai bangsa indonesia dengan segala norma yang berlaku di dalamnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.