Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. Abu Fayadh Muhammad Faisal, M.Pd

Empat Kisah Tentang Ibu di dalam Al-Quran

Edukasi | Friday, 22 Dec 2023, 14:19 WIB
Penulis di Kantor ICMI/Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia Orda Kota Bekasi

*Empat Kisah Tentang Ibu di Dalam Al-Qur'an*

Bekasi City, 22 Desember 23, Jawa Barat, dalam keindahan Al-Quran, termaktub kisah-kisah mengharukan dan menginspirasi tentang perjuangan empat ibu mulia. Hajar, Milyanah, Hanah, dan Maryam, keempat perempuan ini melukis cerita tentang keimanan, kesabaran, dan keteguhan hati dalam menghadapi ujian kehidupan. Masing-masing membawa pesan mendalam tentang kasih ibu, keberanian, dan ketulusan yang menggetarkan hati.

*Hajar Ibunda Nabi Ismail*

Salah satu kisah yang mengharukan adalah kisah Hajar, ibunda Ismail. Ketika Nabi Ibrahim berdo'a dan meninggalkannya bersama Ismail di gurun tandus, ia berucap, “Ya Tuhan Kami, sesungguhnya diriku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Ka’bah) yang dihormati. Ya Alloh, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat. Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berikanlah rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. (QS. Ibrahim ayat 37).

Keteguhan dan kesabaran Hajar diuji oleh Alloh ketika Ismail membutuhkan air. Dalam pencarian air, Hajar berlari bolak-balik antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah. Al-Quran menjelaskan, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Alloh. Maka, siapa beribadah haji ke Baitulloh atau berumroh, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Alloh Maha Mensyukuri, lagi Maha Mengetahui”. (QS. al-Baqarah ayat 158).

Dalam kisah ini, para ibu diajarkan tentang ketekunan, kesabaran, dan kepasrahan kepada kehendak Allah. Hajar barangkali tidak memikirkan keadaan dirinya yang sedang lemah tak ada tenaga, namun ia tetap berusaha melakukan ikhtiar untuk mendapatkan air. Beginilah sosok ibu yang senantiasa tidak rela bila mendapati anaknya berada dalam kelaparan, kehausan, dan kepayahan.

*Milyanah Ibunda Nabi Musa*

Selain kisah Hajar, Al-Qur'an menuturkan kisah ibu yang luar biasa, yakni ibunda Musa, yang oleh sejarawan disebut Milyanah. Dalam masa pemerintahan Fir’aun yang kejam, di mana penguasa tersebut memerintahkan pembunuhan terhadap bayi laki-laki Bani Israil, Milyanah menghadapi ujian besar. Fir’aun melaksanakan kebijakan yang mengerikan: “Sungguh, Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir’aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan”. (QS. Al-Qashash ayat 4).

Milyanah, ibu Musa, hidup dalam keadaan bingung dan terpukul dengan kebijakan diskriminatif Fir’aun. Di tengah keputusasaan itu, Allah memberi ilham ke dalam hatinya untuk mengambil langkah yang benar:

“Letakkanlah ia (Nabi Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Firaun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku”. (QS. Thaha ayat 39).

Sebelum peti itu terlempar ke sungai Nil, sang ibu menyusui Musa. Al-Qur'an mencatat, “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; ‘Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya. Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil), dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari Para Rasul”. (QS. Al-Qashash ayat 7).

Kisah Milyanah menggambarkan keharuan seorang ibu yang tegar dalam menghadapi ujian berat. Kesetiaan dan keberanian yang ditunjukkan oleh ibu Musa menjadi inspirasi abadi bagi setiap ibu yang menghadapi tantangan dalam perjalanan hidupnya.

*Hanah Ibunda Maryam*

Dalam Al-Qur'an, kita mendapati kisah Hanah, ibunda Maryam, dan istri dari Imran. Hanah terkenal karena melakukan nazar sebelum kelahiran Maryam, menghadiahkan anaknya untuk berbakti di Baitul Maqdis. “(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: ‘Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Ali Imran ayat 35).

Namun, ketika saat kelahiran tiba, kenyataan tak sesuai dengan prasangka ibunda Maryam. Hanah, dengan tulus dan rendah hati, menerima anak perempuannya sebagai anugerah dari Allah dan tetap setia pada nazarnya.

“Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: ‘Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Alloh lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk. (QS. Ali Imran ayat 36).

Kisah Hanah memancarkan ketulusan dan keikhlasan seorang ibu yang setia pada janji dan nazar yang telah diucapkannya. Sebagai teladan bagi umat, Hanah mengajarkan kita untuk selalu berserah diri pada kebijaksanaan Alloh meski rencana kita tak selalu sejalan dengan takdir-Nya.

*Maryam Ibunda Nabi Isa*

Maryam bin Imran mengukir kisah yang mempesona dalam lembaran Al-Qur'an. Ia bukan hanya seorang perempuan biasa, tetapi teladan bagi setiap muslimah di berbagai pelosok dunia. Keimanan dan ketakwaannya kepada Allah membawa berkah luar biasa, menciptakan keajaiban yang mengejutkan orang-orang di sekitarnya.

Al-Qur'an mencitrakan Maryam sebagai figur perempuan yang mulia, suci, dan penuh kesabaran. “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: ‘Hai Maryam, Sesungguhnya Alloh telah memilih kamu, mensucikan kamu, dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”. (QS. Ali Imran ayat 42-43).

Dengan kasih sayang Ilahi yang melimpah, Maryam membuktikan bahwa seorang perempuan dapat menjadi teladan yang memancarkan cahaya keimanan dan ketakwaan, menginspirasi generasi setelahnya. Melalui kisahnya, Al-Qur'an mengajarkan bahwa kepatuhan kepada Alloh dan kesucian hati adalah pondasi yang kokoh untuk memperoleh keberkahan-Nya.

*Epilog*

Empat Kisah tentang Ibu di dalam Al Qur'an di atas memberikan nilai-nilai keteguhan, kesabaran, keikhlasan, dan ketakwaan yang melekat dalam peran seorang ibu. Kisah Hajar, Milyanah, Hanah, dan Maryam merupakan panduan hidup bagi setiap ibu dan perempuan muslimah. Keberanian, kepasrahan, dan keikhlasan mereka di hadapan ujian hidup menggambarkan kebesaran peran seorang ibu dalam membentuk karakter, menghadapi cobaan, dan mendidik generasi penerus.

Semoga kita dapat meneladani ketulusan dan dedikasi para ibu yang terabadikan dalam Al Qur'an, sehingga peran suci sebagai ibu dapat terus dijaga dan diperjuangkan sebagai fondasi keluarga yang kokoh. Dengan demikian, kita dapat meraih keberkahan dunia dan akhirat, serta menjalani peran sebagai ibu dengan penuh kebermaknaan dan kesuksesan.

*Hari Ibu SEPANJANG MASA*

Rasululloh ﷺ Bersabda:

عن بهز بن حكيم، عن أبيه، عن جده، قال: قلتُ يا رسول الله: مَن أَبَرّ؟ قال: "أُمَّك، ثم أُمَّك، ثم أُمَّك، ثم أَباك، ثم الأقربَ، فالأقربَ".

[حسن] - [رواه أبو داود والترمذي وأحمد]

Dari Bahz bin Hakīm, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, "Aku pernah bertanya, 'Wahai Rasululloh, siapakah yang harus saya perlakukan dengan baik?' Beliau Rasululloh ﷺ bersabda, 'Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian (kerabat) yang terdekat lalu yang terdekat' ".(Hadist Hasan Riwayat Turmudzi).

Dari Ibu, 5 Air Yang Tak Bisa Di Ganti Oleh Sang Anak :

•Air Ketuban Saat Mengandung Kita

•Air Darah Saat Melahirkan Kita

•Air Susu Saat Menyusui Kita

•Air Keringat Saat Mengurusi Kita

•Air Mata Saat Mendoakan Kita.

Terkait dengan hari Ibu, Al Allamah Syaikhuna Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahulloh Ta'ala mengatakan,

*“Ibu berhak dihormati sepanjang tahun, bukan hanya satu hari saja"*.

???? Dan aku adalah anak yang tidak mengucapkan *"Selamat hari Ibu" tanggal 22 Desember,* tetapi mengucapkan:

رَّبِّ اغْفِرْلِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Setiap hari aku berusaha memanjatkan do'a ini.

Do'a Ibu Salah satu Ridho Ilahi.

Bekasi City, 22 Desember 2023,

Selamat Hari Ibu ????????

Alfaqir Ilalloh Azza Wa Jalla,

*Abu Fayadh Muhammad Faisal, M.Pd*

Seorang Hamba yang Mengharap Ridho RabbNya

*Raih Amal Sholih...!!!, Sebarkan seluas-luasnya Info ini, Syukron. Barokallohu' fiikum*

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image