Apa Benar Bullying Hanya Sesimpel Bercanda?
Edukasi | 2023-12-21 18:03:47Permasalahan bullying masih menjadi topik yang hangat saat ini. Masih banyak orang yang menganggap bahwa bullying hanya masalah sepele atau bahkan dianggap sebagai bentuk candaan. Namun, apakah benar bahwa bullying hanya sesimple itu?
Candaan sering dianggap sebagai ekspresi spontan dari keceriaan dan interaksi sosial yang positif. Namun, ketika batas antara bercanda dan intimidasi terlampaui, dampaknya akan merusak dan menimbulkan traumatis. Ketika candaan sudah menimbulkan sesuatu yang tidak baik, hal inilah yang disebut dengan bullying.
Bullying adalah perilaku agresif yang sengaja dilakukan untuk merugikan atau menyakiti orang lain secara fisik, verbal, atau psikologis. Memuat data dari DPR RI di Indonesia terdapat 226 kasus bullying pada tahun 2022. Perilaku bullying yang terjadi meliputi bullying fisik (55,5%), bullying verbal (29,3), dan bullying psikologis (15,2%). Kasus bullying ini paling banyak terjadi pada siswa SD dengan persentase (26%), lalu diikuti dengan siswa SMP (25%), dan siswa SMA (18,75%). Pastinya masih banyak kasus-kasus bullying yang tidak tercatat oleh data pemerintah.
Seperti kasus yang baru-baru ini terjadi kepada siswi kelas 2 SD di Gresik yang mengalami kebutaan karena ditusuk oleh kakak kelasnya. Hal ini terjadi lantaran korban menolak untuk memberikan uang jajannya kepada pelaku. Sehingga pelaku marah dan menusuk mata kanan korban menggunakan tusuk bakso. Setelah diselidiki, ternyata perundungan ini sudah kerap kali terjadi sejak korban masih duduk di kelas 1. Akibatnya, korban mengalami trauma mendalam dan perlu penanganan khusus.
Sungguh miris mendengar berita tersebut. Mengapa bisa anak sebelia itu menjadi pelaku dari bullying yang dapat menyakiti korban secara fisik maupun mental? Hal ini perlu diselidiki agar terciptanya moral yang baik pada anak. Karena hal tersebut bisa berpengaruh pada pribadi anak dan membentuk perilaku yang menyimpang. Kasus bullying tidak bisa dipandang sebelah mata. Ada banyak dampak yang ditimbulkan dari bullying, baik bagi pelaku maupun korban.
Bullying akan berdampak negatif bagi korban sehingga menimbulkan berbagai permasalahan mental dan membentuk pribadi yang rendah diri. Korban juga bisa sewaktu-waktu berubah menjadi pelaku dari bullying sebagai bentuk perlindungan diri atau pemulihan harga diri yang rusak. Sementara pelaku akan merasa superior, menganggap dirinya tidak tertandingi, dan tidak mau dibantah.
Melihat dari tingginya kasus bullying yang terjadi pada anak. Sudah sepantasnya para orang tua untuk tidak menormalisasi hal buruk yang dilakukan oleh anak. Orang tua tidak bisa lagi berlindung dari kalimat “namanya juga anak kecil” untuk hal-hal buruk yang dilakukan oleh anak. Perlu adanya edukasi dari usia dini agar anak tahu apa yang dilakukannya bukanlah hal yang baik. Penting untuk membentuk karakter anak agar tidak menjadi pribadi yang egois serta memaksakan segala hal harus berpihak kepadanya. Pembentukan karakter juga akan berdampak bagi terciptanya SDM yang baik di Indonesia. Sehingga terciptanya masyarakat cerdas yang akan membangun kemajuan bagi Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.