Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nazwa Syahdinda Putri

Peran Penting Kesadaran Dalam Kesetaraan Gender

Lainnnya | Thursday, 21 Dec 2023, 17:02 WIB
Merdeka.com

Salah satu kasus diskriminasi terhadap pekerja perempuan Indonesia yang paling terkenal adalah kasus yang menimpa ElithaTri Novianty pada tahun 2019. Elitha merupakan buruh perempuan yang terkenal dengan produksi es krim. Saat itu, Elitha yang menderita penyakit endometriosis berusaha untuk mengajukan pemindahan divisi kerja, sebab ia tidak bisa melakukan pekerjaan kasar seperti mengangkat barang dan beban berat. Namun, perusahaan tempatnya bekerja tidak mengindahkan permintaannya tersebut, dan malah mengancam akan menghentikan Elitha secara paksa dari pekerjaannya. Akhirnya, Elitha tidak memiliki pilihan lain selain tetap bekerja. Akibatnya, Elitha mengalami pendarahan hebat yang mengharuskannya menjalani operasi kuret pada Februari 2019.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ketimpangan gender di Indonesia selama lima tahun terakhir secara konsisten menurun. Sejak 2018 hingga 2022 Indeks Ketimpangan Gender (IKG) berkurang 0,040 poin atau rata-rata turun 0,01 poin per tahun.Dalam lima tahun terakhir, penurunan ketimpangan gender terbesar terjadi pada 2020, turun 0,016 poin yang utamanya dipengaruhi oleh menurunnya ketimpangan dalam pasar tenaga kerja.Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan meningkat dari 51,81% pada 2019 menjadi 53,13% pada 2020, sementara tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki turun dari 83,25% pada 2019 menjadi 82,41% pada 2020.

Kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat bisa muncul karena berbagai alasan. Pertama, pendidikan yang tidak merata dapat menciptakan kesenjangan dalam akses terhadap peluang ekonomi. Orang dengan akses terbatas ke pendidikan berkualitas cenderung mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Selanjutnya, ketimpangan penghasilan menjadi penyebab utama kesenjangan ekonomi. Perbedaan besar dalam pendapatan antara kelompok-kelompok sosial bisa menyebabkan ketidakadilan ekonomi, dimana orang dengan pendapatan rendah sering kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Faktor lain yang termasuk diskriminasi adalah yangberdampak pada akses terhadap pekerjaan, layanan kesehatan, dan pendidikan. Diskriminasi berbasis ras, gender, atau latar belakang sosial bisa memperdalam kesenjangan ekonomi dengan membatasi kesempatan bagi kelompok tertentu. Ketidaksetaraanakses terhadap sumber daya seperti infrastruktur, layanankesehatan, dan sumber daya penting lainnya juga dapat memperburuk kesenjangan ekonomi antar wilayah atau kelompokmasyarakat. Selain itu, ketidakstabilan ekonomi dan fluktuasi pasar juga berpotensi mempengaruhi kelompok-kelompok tertentu secara lebih signifikan, dan memperdalam kesenjangan ekonomi. Terakhir, warisan sejarah dan budaya, seperti keturunan, warisan kolonial, serta kebijakan masa lalu, jugamemiliki dampak jangka panjang terhadap kesenjangan ekonomi dalam masyarakat.

Ketidaksadaran gender masih merupakan realitas yangsering terjadi di masyarakat kita. Kesadaran gender sangatpenting untuk menciptakan lingkungan yang lebih adil dan setarabagi semua orang. Salah satu aspek penting dari ketidaksadaran gender adalah peran stereotip gender dalam membentuk cara pandang kita. Persepsi bahwa pekerjaan tertentu lebih cocok untuk salah satu gender dibandingkan gender lainnya dapat membatasi pilihan dan aspirasi seseorang, sehingga meningkatkan kesenjangan dalam kehidupan di lingkungan kerja.

Ketidaksadaran juga tercermin dari tidak meratanya pembagian pekerjaan rumah tangga. Menganggap pekerjaan rumah tangga sebagai tanggung jawab perempuan bukan hanya tidak adil, namun juga menghambat perkembangan individu dan merusak hubungan antarmanusia. Selain itu,kurangnya kesadaran mengenai isu-isu seperti pelecehan seksual dan kesenjangan upah juga merupakan bentuk ketidaksetaraan gender. Masyarakat harus memahami bahwa semua orang mempunyai hak yang sama untuk merasa aman di tempat kerja dan menerima pengakuan yang sama atas kontribusi mereka.

Di bidang pendidikan, ketidaksadaran gender dapatsepenuhnya mempengaruhi perkembangan anak. Pengajaran yang dibatasi oleh stereotip gender dapat menghambat pertumbuhan kreativitas dan minat mereka. Menghapuskan ketidaksadaran gender memerlukan upaya bersama dari seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan yang mendorong pemahaman dan apresiasi terhadap perbedaan gender serta pemberdayaan perempuan dan laki-laki di segala bidang merupakan langkah awal yang penting.

Kesadaran gender bukanlah tanggung jawab satu kelompoksaja, namun tanggung jawab kita sebagai masyarakat. Dengan membuka dialog, pemahaman, dan perubahan perilaku sehari-hari, kita dapat menciptakan dunia yang lebih setara, adil, dan inklusif bagi semua individu, tanpa memandang gender.

Kesetaraan gender merupakan aspek penting dalammencapai masyarakat yang adil dan berkelanjutan. Penjelasan diatas menyoroti perlunya dukungan dan kesadaran kolektif untukmengatasi disparitas gender, menciptakan peluang yang setara, dan menghapus stereotip yang membatasi.

Kesetaraan gender memerlukan komitmen kolektif untuk mengubah norma sosial, kebijakan, dan budaya yang mempengaruhi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Solusi melibatkan transformasi pendidikan yang inklusif, dukungan terhadap partisipasi aktif perempuan di ranah politik dan kepemimpinan, serta pemberdayaan ekonomi untuk meratakan kesempatan dalam karier dan bisnis. Perlunya perubahan pada stereotip gender dalam media, pendidikan, dan masyarakat serta peningkatan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender juga menjadi aspek krusial. Keterlibatan pria sebagai sekutu dalam perjuangan untuk kesetaraan juga penting, termasuk dalam dukungan terhadap kesehatan reproduksi dan peran aktif dalam tanggung jawab keluarga. Kesetaraan gender bukan hanya sebuah tujuan, tetapi juga merupakan fondasi yang kuat untuk masyarakat yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.

  • #-
  • Disclaimer

    Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

    Berita Terkait

    Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

    × Image