Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Mengenal Sosok Keajaiban Zaman Badiuzzaman Said Nursi

Sejarah | Thursday, 21 Dec 2023, 12:37 WIB
Sumber : www.risaleenglish.com

Badiuzzaman Said Nursi lahir di desa Nurs, Anatolia Timur tahun 1293 H/1876 M tepat nya diakhir masa ke khalifahan Ustmani (Sultan Abdul Hamid II), dan wafat pada tahun 1960 M. Badiuzzaman Said Nursi merupakan seorang yang Alim ,Genius ,dan Tawadhu serta banyak menguasai berbagai jenis disiplin Ilmu pengetahuan. Kehausan nya dengan ilmu pengetahuan sudah dimulai sejak dirinya masih belia. Ia tumbuh sebagai anak yang kritis. Dibalik semua itu Said Nursi memiliki kedua orang tua yang selalu mendekatkan diri kepada Allah dan senantiasa memperdalam ilmu pengetahuan bahkan berdakwah. Walaupun Umur nya yang sangat belia, Said Kecil sering berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain ,demi mencari keilmuan yang lebih dalam sering berpindah-pindah, dari satu kota ke kota lain, dari satu madrasah ke madrasah yang lain.

Selama Perjalanannya Mencari Ilmu ke berbagai wilayah ,suatu ketika ia pergi menuju Beyazid,yakni sebuah kota kecil yang terletak di kaki Gunung Ararat ,atas arahan dari gurunya Syaikh Abdullah. Ketika disana ia sempat dilarang untuk masuk ke madrasah tersebut ,karena umurnya yang masih sangat muda, namun dengan ambisi yang kuat dari Said Nursi , ia akhirnya berhasil masuk Madrasah tersebut,yang sebelumnya sempat di beri syarat untuk memahami isi kandungan tiga buah kitab yang diajarkan di Madrasah tersebut.

Kegeniusan Nursi mulai terlihat ketika ia mampu menyelesaikan dan memahami pelajaran dalam jangka waktu tiga bulan saja, padahal untuk orang lain, normalnya diperlukan waktu dua puluh tahun. (Biografi Said Nursi, 29). Julukan “Badiuzzaman” yang berarti “keajaiban zaman” di depan namanya sebagai sebagai bentuk pengakuan seorang ulama sekaligus gurunya,Syaikh Molla Fethullah Efendi terhadap kecerdasannya, pengetahuan serta wawasannya yang luas.

Di balik kecerdasan Said Nursi tersebut, ada andil didikan dari kedua orangtuanya, Mirza dan Nuriye. Keduanya dikenal sebagai tokoh sufi pada masanya. Dikatakan bahwa keduanya tidak pernah meninggalkan shalat tahajud, Mirza (ayah Nursi) selalu berdzikir setiap tarikan nafasnya dan selalu menjaga dari keharaman baik dari makanan yang masuk ke keluarganya maupun hewan peliharannya, bahkan selalu mengikat mulut lembunya sampai di lapangan yang halal rumputnya. Demikian pula Nuriye (Ibu Nursi). Ia selalu menjaga dirinya dari hal yang syubhat, selalu menjaga wudu kecuali ada uzur, dan tidak menyusui anak-anaknya kecuali dalam keadaan suci.

Terkait Rasail Nur

Rasail Nur merupakan nama dari kumpulan kitab tafsir karangan Said Nursi. Karya tafsir ini terdiri dari sepuluh jilid yaitu al-Lama’at, al-Maktubat, al-Lama’at, al-Syua’at, Isyarat al-I’jaz fi Mazann al-I’Jaz, al-Masnawi al-‘Arabi al-Nuri, al-Malahiq fi Fiqh Da’wah al-Nur, Saiqal al-Islam, Sirah al-Zatiyah, dan al-Faharis.

Ada cerita yang menarik di balik penulisan tafsir Rasail Nur. Ketika Nursi berumur lima belas tahun, ia bermimpi bertemu dengan para nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW. Dalam mimpi tersebut, Said Nursi mencium tangan nabi Muhammad serta meminta agar di ajarkan ilmu. Nabi Muhammad lantas berkata “Kelak kamu akan dianugerahi ilmu Alquran, kamu tidak bertanya kepada siapapun.”

Setelah petemuan nya dengan Nabi Muhammad SAW dalam mimpi tersebut, Said Nursi menjadi lebih bersemangat untuk terus mengarungi ilmu pengetahuan dan menyelami Alquran, sehingga menghasilkan karya besar yang berjumlah seratus tiga puluh risalah (al-Maktubat, x-xi). Karya-karya tersebut bahkan telah diterjemahkan lebih dari lima puluh bahasa dengan judul Rasail Nur.

Selain itu, dipaparkan juga bahwa latar belakang penulisan Rasail Nur adalah untuk meneguhkan keimanan umat Islam di tengah kecamuk badai perang dan kondisi politik di bawah rezim sekuler yang menduduki Turki pada saat itu.

Sekilas tentang sumber, metode dan kecenderunga tafsir

Dilihat dari beberapa sumbernya, Said Nursi ketika menafsirkan sebuah ayat Alquran tidak hanya berdasarkan pada riwayah (man’qul) saja, namun juga berdasarkan pada ra’yu (ma’qul) atau biasa disebut dengan Iqtirani. Hal senada juga disampaikan oleh Abdul Ghofur Mustafa Ja’far, bahwa dalam menafsirkan Alquran, Said Nursi menggunakan langkah-langkah yang sama sebagaimana yang disepakati oleh para ulama, yaitu menafsirkan Alquran dengan Alquran. Hal tersebut dapat dibuktikan dari salah satu karyanya yang berjudul Isyarat al-I’jaz fi Mazann al-I’Jaz yang mencoba menafsirkan surah Albaqarah ayat ke-7 dengan surah Annisa ayat ke-69.

Sedang dilihat dari pemaparannya, Said Nursi menafsirkan Alquran secara deskriptif, walaupun dalam pengakuannya ia menulis karyanya secara ringkas, tetapi dapat dilihat secara umum cara penyajian tafsirnya lebih kepada deskriptif, karena menjelaskannya dari banyak sisi. Pada awalnya Nursi menafsirkan Alquran dengan Alquran, dilanjutkan dengan penjelasan dari segi balaghiah (gaya bahasanya) dan makna atau maksud yang terkandung dalam ayat Alquran.

Selain itu , jika dilihat dari segi sasaran dan tertib ayatnya, Said Nursi menggunakan dua metode sekaligus yaitu tahlili dan juga mawdui, metode tahlili digunakan hanya di satu karyanya saja yaitu dalam Isyarat al-I’jaz fi Mazann al-I’Jaz, (Maqasid al-Qur’an Persfektif Said Nursi, 78) sedangkan dalam karyanya yang lain menggunakan metode mawdui.

Adapun untuk kecenderungan tafsirnya, Said Nursi dalam Rasail Nur nya memiliki banyak ketertarikan, mulai dari bahasa, tasawuf, teologi, sosial kemasyarakatan maupun ilmi (sains). (Mengenal Risalah Nur Karya Said Nursi, Maghza, 120). Namun kecenderungan yang paling besar dalam karya tafsirnya adalah lughawi atau adabi (Bahasa dan sosial kemasyarakatan).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image