Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dea Fresty Nanda

Bunuh Diri Menjadi Tren?

Eduaksi | Wednesday, 20 Dec 2023, 22:16 WIB
(Foto: Liputan6.com)

Meningkatnya fenomena bunuh diri di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian Republik Indinesia, ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga oktober 2023. Angka ini melampaui kasus bunuh diri di sepanjang tahun 2022 yang jumlahnya ada 900 kasus.

Bunuh diri menjadi fenomena yang terus menerus meningkat dari tahun ke tahun yang sampai saat ini belum diketahui secara pasti sebab apa yang menjadikan individu itu berani untuk bunuh diri. Bunuh diri merupakan perilaku yang disengaja, yaitu pemusnahan diri dengan tujuan untuk mengakhiri masalah yang sedang dihadapi. Pada selasa, 10 Oktober 2023 di Mall Paragon, mahasiswi Universitas Negeri Semarang ditemukan tewas bunuh diri dengan cara melompat dari lantai 4 mal tersebut. Sebelumnya pada Rabu, 8 Maret 2023 Mahasiswa Universitas Indonesia ditemukan tewas setelah loncat dari apartemennya di daerah Kebayoran baru, Jakarta Selatan. Kasus terbaru pada tanggal 12 Desember 2023, satu keluarga ditemukan tewas bunuh diri di Malang, tersisa satu orang anak yang masih hidup.

Mengapa individu bisa berpikir untuk Bunuh Diri? Depresi menjadi awal keinginan individu untuk mengakhiri hidupnya. Depresi menyebabkan individu merasakan kekosongan dalam dirinya, merasa kesepian seperti berada ditempat gelap, yang memicu rasa takut untuk membagikan keluh kesahnya kepada orang orang terdekat. Menyelesaikan masalah dengan mengakhiri hidup merupakan persepsi yang sangat fatal.

Pembelajaran secara tidak langsung melalui media massa seperti televisi atau smartphone yang menampilkan adegan bunuh diri bisa menyebabkan perilaku bunuh diri ini menjadi tren. Pada umumnya, individu belajar menggunakan metode modeling, yaitu dengan cara memperhatikan dan mengamati perilaku individu lainnya. Dengan begitu, apabila individu sedang berada di dalam kondisi terpuruk, maka individu tersebut berpotensi melakukan hal yang sama.

Perilaku bunuh diri adalah sikap egoistis, karena merasa kepentingan dirinya lebih besar dari pada kepentingan persatuan sosialnya.

Untuk menekan tingginya angka bunuh diri, setiap pusat Kesehatan masyarakat membutuhkan orang orang dengan latar belakang Kesehatan mental, seperti psikiater dan psikolog, untuk menjadi garda terdepan dalam menyelesaikan permasalahan upaya bunuh diri. Kemudia perlu dilakukan sosialisasi secara rutin kepada masyarakat mengenai pencegahan menyakiti diri agar masyarakat lebih menjaga Kesehatan mentalnya. Dan yang paling utama adalah mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, mensyukuri apa yang telah dimiliki dan berusaha menghadapi permasalahan dengan mencari solusi solusi yang positif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image