Love Language, Dalih Pemenuhan Hawa Nafsu
Eduaksi | 2023-12-20 16:26:54Jatuh cinta itu indah bukan? Berjuta rasa kebahagiaan menghampiri kita setiap waktu. Jatuh cinta pada orang yang tepat, rasanya seperti dirayakan. Seperti lagu Nadin Amizah yang berjudul “Semua Aku Dirayakan”. Ya betul, dirayakan oleh sang kekasih membuat kita terlena akan cinta yang menggebu-gebu. Berbagai macam perlakuan baik diberikan oleh kekasih kita seperti diperlakukan bak ratu dalam sebuah hubungan, diberi kado yang sesuai dengan keinginan kita, dipegang tangan nya ketika sedang menyeberang jalan. Sungguh klise, tetapi itu adalah hal yang diharapkan oleh hampir setiap orang. Bahkan untuk membalas perlakuan cinta yang diberikan oleh orang lain, ada yang sampai merelakan segala yang dia punya demi kebahagiaan orang tersebut.
Perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh kita kepada orang lain ada sebutan nya, yaitu love language atau bahasa cinta. Teori bahasa cinta yang dikemukakan oleh Gary Chapman (1992) dikategorikan menjadi 5 yaitu words of affirmation (pengungkapan cinta melalui pemberian kata-kata motivasi, pujian, secara lisan maupun tulisan), acts of service (pengungkapan cinta melalui bantuin-bantuan dalam bentuk tindakan secara nyata), quality time (pengungkapan cinta melalui kegiatan menghabiskan waktu bersama yang berkualitas), receiving gift (pengungkapan cinta melalui pemberian hadiah) dan physical touch (pengungkapan cinta yang diekspresikan oleh sentuhan-sentuhan sayang). Bahasa cinta diperlukan untuk menjalin interaksi dengan pasangan, keluarga, teman agar dapat saling memahami kebutuhan cinta setiap individu.
Dalam teori hierarki Maslow, kebutuhan akan love/belonging menempati posisi ketiga dari kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini berkaitan juga dengan love language. Menurut Maslow dalam Jess (2010), cinta menyangkut hubungan yang sehat, penuh kasih sayang, dan sikap saling percaya. Kebutuhan cinta berkaitan dengan cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Sikap timbal balik yang diperlukan agar seseorang merasa aman dan nyaman dalam sebuah hubungan.
Manusia seperti tangki cinta. Menurut Maslow, setiap individu memiliki tangki cinta yang harus dipenuhi. Menurut salah satu teman dekat saya, sebut saja namanya A. A memiliki bahasa cinta physical touch. Menjaga keintiman diperlukan bagi dirinya karena dia merasa lebih dihargai dan lebih disayang dengan menerima perlakuan cinta dalam bentuk sentuhan fisik. Jika kebutuhan cinta terpenuhi, maka hidup akan berada dalam keseimbangan. Tentunya keseimbangan emosional dan juga keseimbangan dalam moral.
Love language physical touch bertujuan untuk mengenali cara menyampaikan cinta. Jangan sampai salah tangkap! Maraknya perlakukan menjurus pada kesesatan yang dialami oleh para remaja sekarang. Love language sebagai dalih pemenuhan hawa nafsu. Salah satu teman baik saya, sebut saja namanya D, bercerita bahwa dia sudah merelakan kehilangan keperawanan nya untuk kekasihnya saat ini. Bermula ketika keduanya berada di rumah sang perempuan dalam kondisi hanya berdua saja. Pada awalnya pasangan tersebut saling memberi perlakuan cinta dalam bentuk pelukan. Dari pelukan menjadi ciuman, berujung jauh hingga berhubungan intim. Ketika saya bertanya alasan sang perempuan melakukan hal itu karena keduanya memiliki love language physical touch dan mewajarkan perlakuan cinta yang lebih dari seharusnya. Dari media sosial juga memperlihatkan perilaku bersentuhan fisik dalam hubungan remaja yang melewati batas.
Perlu disadari batasan-batasan keintiman dalam hubungan terutama pada remaja. Jangan mau terjebak oleh cinta yang berlandaskan nafsu! Ladies, kamu rela kehilangan mahkota mu demi sesosok pria yang tidak bisa menjaga mu? Kamu rela kehilangan masa depan mu yang berharga hanya karena kata-kata manis bualan belaka yang dengan mudahnya membuatmu terpincut? “Ya aku akan tanggung jawab.” Janji palsu yang terasa manis di awal, pahit di akhir. Penyesalan datangnya selalu terlambat. Pilihan ada di tangan mu sendiri.
"Cinta bukanlah soal bertahan seberapa lama. Tetapi seberapa jelas dan ke arah mana tujuannya."
Perlakuan cinta dari pasangan memang menyenangkan. Cinta monyet di kalangan remaja terkenal akan keeratan nya dengan pasangan hingga sulit membedakan perlakuan yang benar sayang dan hanya terikat nafsu belaka. Kita harus bisa set boundaries yang sehat agar hubungan nya dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Kenali batasan yang sehat seperti tahu kapan harus bilang tidak. Kalau sudah ada tanda-tanda yang mengarah kepada hal yang meminta “lebih”, maka tanda nya kamu harus tolak dengan tegas.
Jadi, mau bagaimana hubungan nya? Mau punya hubungan yang sehat atau hubungan yang main-main saja? Saya mau punya hubungan yang sehat dan pasangan yang juga bisa menjaga diri saya. Lantas yang harus saya lakukan dengan menjaga diri saya terlebih dahulu bukan? Menjaga diri sendiri dari hal-hal yang tidak baik dengan memiliki batasan yang jelas. Orang lain akan memperlakukan kamu sebagaimana kamu memperlakukan diri kamu sendiri. Sayangi diri kamu, baik perempuan maupun laki-laki harus berprinsip dan bisa memiliki batasan keintiman yang baik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.