Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tijany Rahma Tsaniya

Stop Cyberbullying! Berikut Bentuk-Bentuk Perilaku serta Dampaknya terhadap Kesehatan Mental

Gaya Hidup | 2023-12-20 08:34:26
cyberbullying (sumber gambar : istockphoto.com)

Teknologi telah berkembang pesat di era globalisasi saat ini. Salah satu bentuk kecanggihan teknologi yang menandai era ini yaitu, kehadiran internet. Internet memuat berbagai macam media sosial yang kini telah menjadi layaknya kebutuhan bagi sebagian besar orang dalam menjalani kegiatan sehari-harinya, baik untuk bersosialisasi, mencari edukasi atau informasi, berbelanja atau berbisnis online, dan sebagainya. Contoh aplikasi-aplikasi sosial media yang saat ini marak digunakan yaitu, Instagram, Facebook, X, TikTok, YouTube, dan lain-lain, aplikasi sosial media tersebut menyediakan fitur yang memperbolehkan pengguna untuk melakukan interaksi sosial, membagikan pengalaman serta aktifitas sesuai kehendak pengguna dalam bentuk foto ataupun video, dan membangun identitas online.

Jika dilihat dari segi tersebut, kita dapat melihat betapa bayaknya manfaat dan kegunaan yang diberikan oleh sosial media kepada masyarakat, namun, terdapat pula kekhawatiran akan dampak buruknya terhadap kesehatan mental. Salah satu dampak buruk sosial media yaitu, maraknya perilaku cyberbullying di kalangan remaja. Sosial media kerap kali menjadi tempat dimana cyberbullying dan perbandingan sosial amat rentan untuk terjadi.

Cyberbullying adalah perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan untuk menyakiti orang lain melalui jejaring internet (sosial media), berikut merupakan bentuk-bentuk perilaku cyberbullying menurut Willard (Saripah & Pratita, 2018) :

· Flaming : Mengirimkan pesan kemamarahan dengan kata-kata kasar atau agresif

· Harassment : Mengirimkan pesan-pesan yang mengganggu di sosial media secara terus menerus

· Denigration : Berupaya merusak reputasi seseorang dengan cara mengumbar keburukannya di sosial media

· Cyberstalking : Menguntit atau memata-matai seseorang di sosial media untuk mendapatkan informasi pribadi, meneror, melecehkan dengan keterlaluan sehingga orang tersebut ketakutan

· Impersonation : Memakai identitas orang lain dan bersandiwara seolah-olah menjadi orang tersebut, dan mengirimkan pesan-pesan atau postingan buruk serta tidak pantas

· Trickery : Memanipulasi seseorang untuk mendapatkan informasi atau foto pribadi dengan tujuan tertentu

· Outing : Menyebarkan informasi pribadi atau foto-foto pribadi seseorang dengan tujuan tertentu

Perilaku Cyberbullying tersebut tentunya memiliki dampak buruk terhadap kesehatan mental, baik bagi korban maupun pelaku, terutama jika korban atau pelakunya merupakan remaja yang umumnya memiliki emosi yang masih sangat labil dan rentan. Cyberbullying yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat saja sudah dapat memberi dampak negatif, berupa, rasa tidak bahagia, sakit hati, terhina, rendahnya harga diri, kegelisahan, hilang fokus, insecure, dan bahkan dapat pula berdampak terhadap penurunan prestasi akademik. Sedangkan dalam jangka panjang, cyberbullying dapat menyebabkan depresi dan merendahnya harga diri, semakin tingginya kenakalan remaja, hingga dampak terburuknya yaitu, bunuh diri. Hasil penelitian Nixon mengungkapkan, bahwa remaja korban cyberbullying melaporkan peningkatan dampak depresi, kecemasan, kesepian, perilaku bunuh diri, gejala somatik. Sementara itu, pelaku cyberbullying lebih cenderung melaporkan peningkatan penggunaan zat terlarang, agresi, dan perilaku nakal (Saripah & Pratita, 2018).

Dampak-dampak buruk cyberbullying terhadap kesehatan mental remaja tersebut terbilang signifikan dan mengkhawatirkan apabila tidak segera dicegah atau ditangani. Oleh karena itu, dibutuhkan peran aktif orangtua dan tenaga pendidik untuk menanganinya.

Pengawasan kegiatan online remaja merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan orangtua untuk mencegah atau membantu menangani perilaku cyberbullying tersebut, karena dengan begitu, orangtua dapat memonitor dan membimbing anaknya agar tetap berperilaku baik di sosial media, serta segera mengetahui apabila terdapat perilaku cyberbullying yang di dapatkan anaknya, sehingga orangtua dapat membantu mencari jalan keluar akan permasalahan tersebut. Tenaga pendidik pun juga dapat membantu dengan cara memberikan penyuluhan tentang cyberbullying, serta menyediakan program konseling dan semacamnya untuk membantu remaja menghadapi trauma yang mungkin didapatkannya akibat cyberbullying serta memberikan arahan yang positif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya