Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dhevy Hakim

Tradisi Nataru: Harga Pangan Bikin Ngelu

Info Terkini | 2023-12-20 02:40:20

Tradisi Nataru : Harga Pangan Bikin “Ngelu”

Oleh: Dhevy Hakim

“Iya, sekarang sembako pada naik semua. Beras naik, cabai naik, gula naik, bikin berat. Soalnya kan yang biasanya uang 1 juta bisa cukup buat beli sembako sebulan jadi kurang dan harus ngeluarin uang dari cost lainnya,” begitulah keluhan yang dirasakan oleh salah satu warga di kawasan Petukangan, Jakarta Selatan. (Liputan6.com, 26/11/2023)

Kenaikan harga sembako terus menerus terjadi, bahkan kenaikannya tidak tanggung lagi. Melansir dari cnbcindonesia.com (24/11/2023), berdasarkan catatan Badan Pangan Nasional (Bapanas, ada sembilan komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga lebih dari 10% dari harga acuan atau eceran yang ditetapkan pemerintah. Komoditas yang mengalami kenaikan tersebut yakni beras medium di zona 1, beras medium di zona 2, beras medium di zona 3, beras premium di zona 3, kedelai biji kering, cabai merah keriting, cabai rawit, gula konsumsi, dan jagung.

Adapun dari data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian perdagangan (Kemendag) menunjukkan, sejumlah harga bahan pangan pokok bahkan sudah mengalami kenaikan 90% lebih. Sejumlah barang yang mengalami kenaikan harga tersebut yaitu beras medium, beras premium, gula konsumsi, cabai merah keriting, cabai rawit, dan bawang putih Honan.

Wajar jika masyarakat mengeluh, merasa “ngelu” melihat harga-harga kebutuhan pokok secara signifikan terus saja naik. Apalagi menjelang hari natal dan tahun baru (nataru), masyarakat tentu saja semakin khawatir. Lantas, kenapa harga-harga kebutuhan pokok ini selalu naik pada momen-momen tertentu?

Tradisi Menjelang Nataru

Berdalih, banyaknya permintaan harga-harga sejumlah kebutuhan pokok terus saja naik saat menjelang momen hari raya natal dan tahun Baru (nataru). Kebutuhan pokok yang biasanya banyak diminati saat nataru sudah bisa diprediksi bakal naik harganya. Bahkan sudah jamak diketahui publik kenaikannya tidak tanggung-tanggung. Biasanya harga-harga bahan pokok seperti gula, telur, ayam, daging, dan bumbu-bumbuan seperti cabai, bawang merah, bawang putih akan mengalami lonjakan harga.

Tradisi kenaikan harga setiap menjelang momentum nataru sesungguhnya menunjukkan bahwa negara gagal dalam menjaga stabilitas harga dan menjamin kebutuhan rakyatnya. Semestinya kenaikan harga menjelang nataru tahun lalu menjadi bahan evaluasi sekaligus catatan sehingga kenaikan harga tidak kembali terjadi sehingga negara dapat melakukan tindakan antisipasi untuk menghadapi bertambahnya permintaan pada sejumlah kebutuhan pokok yang banyak diminati dan dibutuhkan pada momen nataru.

Dalih banyaknya permintaan yang menjadi penyebab kenaikan harga tidak akan terbukti bilamana tindakan antisipasi akan jaminan ketersediaan sejumlah kebutuhan pokok terpenuhi. Namun, sayangnya tindakan antisipasi di sistem saat ini akan sulit dilakukan. Sebab, posisi negara pada konsep kapitalisme hanyalah sebatas regulasi saja. Kepentingan rakyat akan senantiasa kalah dengan kepentingan dan keinginan para pemilik modal. Walhasil, kenaikan harga di momen tertentu memang sengaja diciptakan, di momen itulah justru kesempatan untuk meraup cuan sebanyak-banyaknya.

Harga Murah Hanyalah Ilusi Saja

Kenaikan harga di setiap momen tertentu seperti momentum hari raya Natal dan tahun Baru seolah menjadi tradisi dikarenakan dari tahun ke tahun setiap kali menjelang momen tersebut pada kenyataannya memang harga-harga selalu naik. Bahkan terlihat kenaikan harga itu sengaja diciptakan.

Situasi ini dapat dibaca dengan jelas bahwasannya ada pihak yang memainkan pasar. Pasar diskenariokan dengan kondisi barang sedikit atau bahkan tidak ada stok lalu atas dasar barang terbatas sedangkan permintaan banyak sehingga harga menjadi mahal bahkan kenaikannya melampaui batas. Ada pihak yang sengaja menimbun barang dan ada pihak yang berusaha memonopoli barang.

Jika ditelisik lagi maka ditemukan bahwa fakta kenaikan harga dan kondisi pasar adalah akibat penerapan sistem kapitalisme. Dalam teori kapitalis semakin banyak permintaan sedangkan barang jumlahnya terbatas maka harga harus naik.

Parahnya dengan sistem politik yang dipakai saat ini yakni politik demokrasi pada faktanya berbiaya mahal dan dipastikan mereka yang menginginkan untuk berkuasa harus memiliki modal yang banyak. Bilamana tidak memiliki modal maka jalan satu-satunya adalah menggaet para oligarki. Ringkasnya oligarki dan penguasa terpilih akan senantiasa bekerja sama sebagai balas budi. Walhasil menambah buntut panjang persoalan. Negara tak lagi punya kuasa mengatur pasar jika ada yang menimbun barang ataupun memonopoli perdagangan.

Islam Tawarkan Solusi

Hal ini jelas sekali berbeda dengan sistem Islam. Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi semesta alam telah Allah turunkan dalam kondisi sempurna dan paripurna. Termasuk dalam hal ini mengenai persoalan kenaikan harga kebutuhan pokok akan mampu diselesaikan dengan baik.

Islam menjadikan penguasa sebagaai ra’in yang wajib mengurus rakyat dan memenuhi kebutuhannya. Persoalan pangan dalam tinjauan Islam merupakan kebutuhan asasi setiap individu, sehingga negara mencukupi kebutuhan pokok dengan melihat per kepala bukan berdasarkan angka saja

Berkaitan dengan masalah bagaimana menstabilkan harga kebutuhan pokok, maka Islam memiliki mekanisme yang khas untuk mewujudkan stabilitas harga. Adapun mekanisme adalah sebagai berikut.

Pertama Islam mengajarkan pola konsumsi sesuai dengan kebutuhan bukan berdasarkan keinginan maupun gaya hidup. Sehingga tidak akan terjadi seorang individu yang mengkonsumsi sesuatu melebihi kebutuhannya atau berperilaku boros, menimbun barang ataupun memonopoli komoditas tertentu.

Kedua Islam mengatur distribusi kekayaan di tengah-tengah manusia. Sebagimana yang Allah telah firmankan dalam Q.S Al-Hasyr ayat 7: “...supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kalian.” Sehingga harta tidak boleh berputar pada segelintir orang kaya saja (semisal oligarki saat ini). Baik melalui jalur infaq shadaqah, pembagian ghanimah, maupun pembagian kepemilikan yang jelas antara kepemilikan individu, kepemilikan negara dan kepemilikan umum.

Ketiga Islam telah menjadikan harta yang senantiasa dibutuhkan oleh komunitas masyarakat sebagai hak milik umum bagi seluruh kaum muslimin yang tidak boleh seorangpun memilikinya atau mempertahankannya. Dalam hal ini tidak boleh ada yang memilikinya, menimbun ataupun memonopolinya.

Keempat negara sebagai ro’in bertanggungjawab menjamin stabilitas harga di pasar dengan menindak tegas pelaku monopoli ataupun orang yang menimbun barang. Jikalau tidak mau menjual barang yang dipunyai ke pasar maka negara akan memberikan sangsi.

Kelima negara juga berkewajiban untuk memberikan jaminan kebutuhan pokok masyarakat sehingga negara senantiasa memperhitungkan stok logistik selama kurun waktu tertentu. Khilafah menjamin kebutuhan rakyatnya berdasarkan hitungan per kepala bukan melalui angka-angka statistik yang terkadang nisbi adanya.

Insyaallah dengan mekanisme berdasarkan Islam harga kebutuhan senantiasa stabil, rakyat mendapatkan jaminan atas kebutuhan pokoknya dan tidak akan merasa “ngelu” lagi. Wallahu a’lam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image