Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Diana Puspayanti

4 Jenis Pola Asuh (Parenting Style) yang Bisa Jadi Bekal Parenting Kamu!

Parenting | Tuesday, 19 Dec 2023, 21:14 WIB
Images from: https://images.app.goo.gl/szpbX7WnLNirhhYP8

Bagi orang tua terutama yang baru pertama kali memiliki anak, pikiran yang biasanya terlintas di benak mereka adalah bagaimana cara untuk membesarkan anak dengan baik. Hal paling utama yang dapat membantu orang tua untuk menjadi orang tua yang sukses dalam membesarkan anak, adalah pola asuh atau parenting style yang mereka terapkan pada anak mereka. Pola asuh sangat penting dan berpengaruh bagi perkembangan seorang anak, jika pola asuh yang diterapkan dalam membesarkan anak positif, maka anak cenderung akan tumbuh menjadi anak yang positif. Pola asuh menentukan bagaimana nantinya seorang anak akan berperilaku, berinteraksi dengan orang disekitarnya, bersosialisasi dengan cakupan masyarakat yang lebih luas dan bagaimana ia akan menghadapi segala persoalan dalam hidupnya.

Memahami pola asuh bukan hanya kewajiban seseorang yang sudah mempunyai anak saja, namun pola asuh seharusnya dipahami oleh semua orang, karena pola asuh merupakan ilmu penting yang akan selalu dibutuhkan baik untuk membesarkan anak maupun untuk kebutuhan edukasi. Pola asuh atau parenting style dibagi kedalam 4 jenis dengan karakteristik yang berbeda, pembagian ini dikemukakan oleh 2 orang psikolog asal Amerika yang bernama Eleanor Maccoby dan John Martin. Maccoby dan Martin mengungkapkan ada 4 jenis pola asuh atau parenting style mulai dari yang positif hingga yang negatif, yaitu pola asuh authoritative, permissive, authoritarian, dan uninvolved. Agar kita semua lebih mengenal dan paham akan keempat jenis pola asuh tersebut, yuk kita simak penjelasannya satu persatu!

1. Pola Asuh Authoritative

Baumrind mengatakan pola asuh authoritative (Wulandari & Swandi, 2021) adalah ketika orang tua memberikan pengasuhan dengan menyeimbangkan antara tuntutan terhadap anak (demandingness) dan respon orang tua (responsiveness) dengan cara yang bermanfaat bagi perkembangan anak mereka. Gambaran mudahnya untuk pola asuh ini adalah dimana adanya keseimbangan dalam pengasuhan yang diberikan kepada anak, keseimbangan yang dimaksud adalah tuntutan terhadap anak dan dukungan dari orang tua. Penelitian mengatakan pola asuh ini sebagai pola asuh yang terbaik bagi anak (Parihar, 2023), karena orang tua tetap memberi kebebasan pada anak untuk mengekspresikan dirinya, namun orang tua tetap memberikan kontrol serta dukungannya terhadap anak. Contoh dari pola asuh ini, misalnya seorang anak dituntut oleh orang tuanya untuk mendapatkan nilai yang bagus, namun orang tua anak tersebut tidak hanya memberi tuntutan, tetapi orang tua tersebut juga mendaftarkan serta membiayai anaknya untuk mendapatkan pengajaran tambahan seperti bimbingan belajar atau les, jadi orang tua tidak hanya menuntut namun orang tua juga memfasilitasi anak agar tuntutan yang diberikan bisa terwujud.

2. Pola Asuh Permissive

Pola asuh permissive menurut Kartono (Kayanti et al., 2020) adalah dimana ketika orang tua memberikan pengasuhan yang sangat membebaskan anak, yang artinya kebebasan dalam hal apapun sepenuhnya berada di tangan anak mereka, contohnya seperti membuat keputusan mengenai langkah apa yang akan mereka ambil. Pada pola asuh permissive, orang tua sepenuhnya membebaskan tanpa adanya pengarahan yang mereka berikan kepada anak, mengenai apa yang sebaiknya dilakukan oleh anak dan juga pada pola asuh ini orang tua sama sekali tidak menerapkan perilaku disiplin kepada anak mereka (sangat memanjakan anak).

3. Pola Asuh Authoritarian

Pola asuh authoritarian menurut Baumrind (Barmawi et al., 2022), yaitu ketika orang tua memberikan pengasuhan atau didikan kepada anak berupa batasan serta ganjaran, hal tersebut ditujukan agar anak mau untuk menuruti segala kemauan atau perintah serta larangannya. Pada pola asuh ini orang tua yang sepenuhnya memegang kendali terhadap anak mereka. Orang tua yang menerapkan pola asuh authoritarian sangat amat membatasi tindakan anak mereka jika tidak sesuai dengan perintahnya. Pola asuh ini tidak efektif karena tidak adanya kebebasan seorang anak untuk mengekspresikan dirinya, pola asuh ini mengharuskan anak untuk mengikuti segala kemauan orang tuanya jika tidak ingin mendapatkan hukuman atau ganjaran. Anak yang dibesarkan oleh pola asuh ini cenderung menjadi tertekan dan sering memendam emosinya karena tidak dapat diluapkan kepada orang tuanya, pada akhirnya anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini seringkali melampiaskan emosinya terhadap hal lain atau biasa disebut sebagai displacement (memindahkan emosi ke objek lain yang lebih aman).

4. Pola Asuh Uninvolved

Pola asuh ini adalah pola asuh yang terakhir dari keempat jenis pola asuh menurut Maccoby dan Martin, pola asuh ini dianggap paling buruk diantara pola asuh lainnya. Pola asuh uninvolved adalah dimana ketika orang tua mengabaikan anak dalam artian orang tua tidak peduli atau lepas tangan terhadap pengasuhan maupun tumbuh kembang anak. Menurut Santrock (Kamelia Ali Putri et al., 2022) pola asuh ini digambarkan seperti hubungan antara anak dan orang tua yang sangat renggang dalam artian tidak adanya bimbingan, dukungan moral maupun emosional dari orang tua kepada anak, jadi pada pola asuh ini orang tua tidak tahu lagi akan berbuat seperti apa kepada anak mereka. Pola asuh uninvolved disebut sebagai pengasuhan yang orang tua tidak terlibat, dimana tidak adanya keterlibatan batin maupun fisik dari orang tua terhadap anak.

Nah, itulah keempat jenis pola asuh atau parenting style yang bisa menjadi bekal terutama bagi sepasang kekasih yang baru dikaruniai seorang anak, dimana mereka diharapkan mampu memberikan pola asuh serta pendidikan yang terbaik dalam membesarkan anak mereka. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat mempengaruhi bagaimana nanti kepribadian seorang anak, maka dari itu jangan sampai salah pilih ya!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image