Dampak Gengsi yang Tinggi di Kalangan Gen Z
Gaya Hidup | 2023-12-19 21:04:54Perkembangan zaman modern ini telah mengubah gaya hidup dan pola konsumsi manusia secara cepat, sehingga memunculkan gaya hidup yang baru. Para remaja merasa gengsi kalau tidak mengikuti perkembangan zaman. Sebagai contoh dalam lingkungan pertemanan, remaja itu merasa gengsi kalau tidak mengikuti gaya hidup teman-teman nya dengan cara berpakaian nya dan barang-barang yang ia miliki seperti Handphone dan kendaraan yang dia miliki.
Menurut Kuenzel dan Halliday (2008) gengsi adalah peresepsi orang lain, pendapat yang dihargai, dihormati, yang dikagumi atau terkenal. Sumber gengsi menyebabkan orang untuk mengasosiasikan dirinya dengan merek yang bergengsi untuk meningkatkan harga mereka. Gengsi adalah keadaan dimana seseorang merasa mempunyai kebanggaan tersendiri, pada saat mengkonsumsi barang dan jasa tertentu. Setiap orang yang normal membutuhkan penghargaan diri dan penghargaan dari lingkungannya. Semakin tinggi status dan kedudukan seseorang semakin tinggi pula kebutuhan prestise (gengsi) diri yang bersangkutan (Atmodjo, 2012).
timbul nya rasa gengsi karena adanya rasa malu di dalam diri dan kurang nya rasa percaya diri. gengsi juga berhubungan dengan harga diri, orang yang memiliki gengsi tinggi akan berusaha bagaimana pun caranya agar terlihat sepadan dengan orang lain.
Contoh orang yang memiliki rasa gengsi itu antara lain :
1. Ingin selalu tampil sempurna daripada tampil sederhana di mata orang lain
2. Selalu bersikap terlalu pede
3. Cenderung menunjukkan kekayaan dan status sosial
4. Lebih memilih membeli barang-barang mahal dan ber- merek
gengsi sangat sulit untuk ditangani, sekali nya ada rasa gengsi akan bisa menjadikan orang itu sangat sombong dan akhirnya tidak disukai oleh banyak orang.
Ketika seseorang memiliki gengsi yang tinggi, jika tidak bisa menuruti gengsi yang tinggi dia akan terbiasa berbohong demi menjaga harga dirinya, padahal dia tidak memiliki nya, Misalnya ada remaja ingin membeli pakaian, Handphone, Laptop bermerek maupun kendaraan pribadi nya demi kebutuhan gengsi, tetapi remaja itu tidak mampu untuk membeli barang-barang itu, maka akan berbohong, dia mengakui seolah-olah telah mempunyai barang itu padahal tidak memiliki nya dengan menunjukkan kebohongan nya demi menuruti gengsi itu, dia pun merasa lebih keren dan ‘wow’. Ketika orang itu berbohong demi menuruti gengsi nya, dia akan berpura-pura memiliki barang itu padahal aslinya tidak memiliki apa-apa dan orang itu menceritakan sangat berlebihan betapa dia memiliki barang-barang itu, tetapi dengan keberadaan barang itu tidak benar keadaanya dan tidak sesuai kenyataan nya.
Biasanya orang yang menuruti gengsi itu akan selalu berusaha ingin mempunyai atau membeli barang ataupun gaya hidup dan fashion yang saat ini sangat di gandrungi oleh remaja saat ini, jika gaya hidup nya tidak dipenuhi, dia akan merasa gengsi apabila tidak memiliki barang-barang itu. ia akan melakukan apa saja demi menuruti gengsi yang tinggi itu, jika telah menuruti gengsi nya ia akan merasa terlihat sepadan dan merasa berada di level yang tinggi dalam lingkungan nya.
Cara agar tidak gengsi antara lain :
1. Mencoba menerima keadaan diri dan bersyukur apa yang telah dimiliki
2. Behenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang berada di level di atas nya
3. Tidak malu untuk tampil apa adanya
Rasa gengsi sangat melekat dengan gaya hidup anak muda pada zaman modern ini, banyak sekali yang terjebak dalam gaya hidup sehingga terlalu memaksa mengikuti gaya hidup itu yang menyebabkan anak muda itu memiliki rasa gengsi yang tinggi. Sering kali anak muda itu membeli barang-barang yang kurang diperlukan demi memenuhi rasa gengsi.
Jika seseorang memiliki gengsi yang tinggi, ketika dia tidak bisa menuruti gengsi nya karena keterbatasan ekonomi, maka dia akan berbohong demi bersaing dalam gengsi dan menonjolkan gaya hidup yang mewah, maka dari itu kita harus bersyukur apa yang telah kita miliki dan tidak malu untuk tampil apa adanya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.