Bersemangat Menyambut PTMT
Eduaksi | 2022-01-05 13:11:15
Memasuki tahun 2022, Dunia pendidikan Indonesia memasuki fase baru, yaitu Pertemuan Tatap Muka Terbatas. Ini adalah upaya membangun “new normal’ dalam dunia pendidikan, setelah kurang lebih dua tahun dilakukan proses belajar mengajar dari rumah.
Beragam analisis telah dilakukan terkait kekurangan dan kelebihan proses belajar jarak jauh, ataupun melalui jalur daring. Jelas masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga, jika dianalisa lebih dalam, masing-masing pendekatan pembelajaran ini juga memiliki potensi ‘bahaya’ masing-masing.
Belajar di Rumah
Ketika belajar dari rumah, atau bahkan dari kamar masing-masing siswa, kondusifitas pembelajaran cenderung rendah. Beragam hal yang terjadi di rumah dapat merusak konsentrasi belajar, karena memang sejatinya rumah adalah tempat tinggal (dengan segala dinamikanya) bukan tempat untuk belajar, apalagi belajar secara terstruktur seperti di sekolah.
Namun demikian, melalui belajar dari rumah, anak akan terpapar potensi bahaya internet. Dengan maksud utama internet sebagai media untuk mempermudah proses belajar mengajar jarak jauh, namun demikian potensi godaan selalu muncul dan sulit dihentikan. Anak-anak ataupun siswa dapat dengan mudah teralihkan dengan konten media sosial, kecanggihan teknologi informasi, beragam aplikasi daring, tayangan negatif, interaksi mudharat, games kekerasan dan rawan adegan seksual dan lain-lain. Segala hal yang berpotensi mengotori pikiran dan hati tersebut berada di genggaman siswa.
Maka, melalui PTMT, waktu untuk berselancar di dunia maya dapat dikurangi, dan fokus untuk memahami dan mengejar target pembelajaran menjadi lebih ditambah. Namun, tentunya orang tua perlu sangat berperan dalam mengawal dan memonitoring kegiatan siswa. Intensitas menemani anak belajar diusahakan tidak berkurang dari semasa proses belajar dari rumah. Hal ini penting untuk tetap memastikan anak tetap berada di jalur yang benar menuju pencapaian tujuan pembelajarannya.
Kesempatan Emas
Bagi para pembelajar, ini adalah kesempatan emas untuk mengoptimalkan dan memaksimalkan segala proses belajar. Sejatinya ini adalah kesempatan untuk mendapatkan kembali pengalaman belajar (learning experience) yang hilang. Ini adalah momen untuk mengakselerasi dan mempercepat (gaspol) proses belajar, sehingga siswa dapat ‘melahap’ seluruh bahan pembelajaran yang disajikan.
Kesempatan belajar kembali di sekolah, juga merupakan ajang untuk bertukar pikiran, berdiskusi dan memahami bahan pelajaran secara lebih intens dan mendalam. Momen ini juga adalah kesempatan berinteraksi langsung dengan para pengajar, untuk menggali dan mendalami ilmu yang sedang dipelajari.
Secara umum, terdapat banyak hal yang ‘tidak bisa digantikan”ketika pembelajaran dilakukan dengan tatap maya dibandingkan dengan tatap muka. Maka Pembelajaran Tatap Muka Terbatas/atau PTMT ini sekali lagi adalah kesempatan emas dalam membangun ragam dimensi pendidikan seperti afektif, psikomotorik dan kognitif.
Bagi Para pendidik, ini adalah kesempatan untuk membangun kembali sentuhan pribadi (personal touch) kepada para siswa/murid. Ini adalah momen untuk menyampai beragam wawasan dan ilmu yang selama ini mungkin sulit tersampaikan dengan sempurna. Selanjutnya ini juga merupakan kesempatan terbaik bagi guru untuk menyampaikan dimensi varian pembelajaran, yang antara lain meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.
Guru atau pengajar akan memiliki kesempatan lebih luas untuk memperhatikan respon/mimic/gesture dari siswa/pembelajar sehingga dapat memberikan perhatian yang lebih khusus, sesuai kebutuhan siswa. Kesempatan belajar tatap muka, juga merupakan peluang terbaik untuk mengoptimalkan learning delivery, berbasis orientasi pembelajaran peserta didik, seperti visual, auditory ataupun kinestetik. Sehingga penangkapan peserta didik diharapkan menjadi semakin optimal.
Persiapan Maksimal
Bagi orang tua, tentunya ada sejumlah hal yang perlu disiapkan ketika anak mulai ‘kembali’ hadir ke sekolah/kampus, untuk melakukan proses belajar mengajar secara tatap muka.
1. Berikan semangat. Setelah sekian waktu belajar dirumah, anak mungkin jadi ragu untuk melangkah ke sekolah, ataupun canggung untuk kembali bersosialisasi. Maka tugas orang tua adalah memberikan semangat dengan cara yang disesuaikan dengan karakteristik anak.
2. Membangun Komitmen Protokol Kesehatan, yaitu dengan memeriksa pemahaman anak tentang protokol kesehatan di masa pandemic, sebelum mereka berangkat ke sekolah. Berikan anak beberapa pertanyaan sederhana, misalnya, “Langkah pertama setelah sampai sekolah harus apa ya?, Sebelum makan bekal makanan kita, kita harus apa dulu ya? Kalo mau ngobrol dengan teman-teman, apa ya yang harus diperhatikan?”
3. Bangun komitmen apresiasi. Prinsip behaviorisme (stick and carrot) adalah prinsip belajar klasik yang masih digunakan hingga hari ini. Jadi ketika anak bersemangat ke sekolah, berikan apresiasi yang wajar dan memotivasi. Ketika anak bersemangat menceritakan apa yang terjadi di sekolah, dengarkan dengan penuh minat. Sehingga pergeseran mood dari belajar di rumah menuju sekolah dapat mulai teradaptasi dengan baik. Dan anak memiliki kesempatan untuk mengakselerasi dalam meraih capaian pembelajarannya.
Akhir kata, mari bangun bingkai yang positif terhadap upaya pemerintah melakasanakan program pembelajaran tatap muka terbatas. Upayakan untuk meraih sebanyak mungkin maslahat dan manfaat yang sebelumnya terbatasi karena proses belajar di rumah. Aset utama bangsa adalah sumber daya manusia yang terdidik dan berkapasitas tinggi sesuai dengan tuntutan jamannya. Maka upaya membangun SDM terbaik melalui jalur pendidikan adalah prioritas yang utama.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
