Melihat Lebih Dalam: Faktor Perilaku Seksual pada Remaja Saat Ini
Gaya Hidup | 2023-12-18 08:42:51Belakangan ini, perilaku seksual pada remaja sedang menjadi sebuah perdebatan hangat dikalangan masyarakat. Menurut Sarwono, perilaku seksual remaja sendiri (seperti dikutip dalam Rohmadini et al., 2020) merupakan suatu bentuk perilaku yang didorong oleh hasrat bawaan dan dapat terjadi baik pada lawan jenis maupun sesama jenis. Hurlock (sebagaimana yang dikutip Yulianto, 2020) juga menjelaskan bahwa perilaku seksual dalam berhubungan diawali dengan foreplay, light touching, heavy petting, and intimate contact.
Remaja dan seks merupakan suatu topik diskusi yang kompleks dan penting untuk dibahas. Memberikan edukasi seks kepada remaja dapat membantu mereka mengelola perilaku seksual dengan bijaksana, menghindari perilaku yang terlalu bebas atau menyimpang dari norma sosial, serta melindungi diri dari dampak negatif. Seperti yang umumnya diketahui, masa remaja adalah fase hidup yang berada di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Ini adalah periode persiapan yang krusial bagi individu untuk memasuki kehidupan dewasa, di mana mereka perlu menjelajahi identitas, mengembangkan pengendalian diri, dan membentuk sikap mereka.
Pada tahap ini juga seorang inividu pastinya memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar terhadap sesuatu termasuk rasa penasaran tentang perilaku seks. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman para remaja terhadap hal-hal yang dianggap tabu oleh orang tuanya, dapat memicu terjadinya perilaku seks bebas. Oleh karena itu, para generasi muda perlu banyak mendapatkan wawasan tentang pengetahuan seksualnya dari media massa atau dari orang terdekatnya. Sebab pendidikan ini dapat memberikan transparansi pada mereka tentang seksualitas.
Perilaku seksual pada remaja cenderung terjadi karena adanya kebiasaan-kebiasaan menyimak hal atau peristiwa yang terjadi baik secara sengaja maupun tidak disengaja(Blegur, 2017). Melalui proses pemahaman, remaja dapat memperkaya pengetahuan dalam kerangka kognitif mereka, termasuk informasi mengenai perilaku seksual baik definisinya maupun variasinya. Ini merupakan aspek positif, karena memberikan kesempatan kepada remaja untuk melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi terhadap fungsi dan manfaat organ reproduksi mereka. Namun, situasi ini dapat menjadi bumerang apabila niat awal untuk pemahaman semata berubah arah menjadi fokus yang lebih mendalam pada aspek biologis yang lebih intim.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulianto (2020), terdapat hasil yang menyatakan bahwa semakin intim aktivitas atau perilaku seksual yang dilakukan dengan lawan jenis, semakin kecil pula frekuensi yang dilakukan pada remaja. Perilaku seksual yang memiliki frekuensi terbesar ialah touching, sedangkan perilaku lainnya yang lebih intim memiliki frekuensi paling sedikit. Menurut (DIY, 2018) perilaku seksual yang dilakukan remaja pada umumnya cenderung dipengaruhi oleh perubahan hormon seksual yang terjadi.
Menurut (Nisa, 2021) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja:
1. Pengetahuan
Pengetahuan tentang perilaku seksual baik dari segi bentuk, ataupun dampak serta faktor perilaku. Pengetahuan yang kurang atau kesalahan pada fase input informasi dapat menyeret remaja pada arus pergaulan bebas yaitu perilaku seks bebas maupun menyimpang.
2. Peran orang tua
Peran orang tua memiliki signifikansi besar dalam mendidik dan membimbing anak-anak. Saat berkomunikasi dengan remaja, sering kali terjadi bahwa mereka merasa kurang nyaman untuk membahas isu-isu seksualitas dan kesehatan organ reproduksi.
3. Pengaruh teman sebaya
Informasi yang diterima dari teman sebaya kadang tidak meiliki informasi yang memadai. Pada hal ini pengaruh teman sebaya dapat lebih kuat dari pengaruh orang tua mapupun guru. Pencarian identitas dan kemandirian menyebabkan para remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya
4. Media sosial
Pengaruh media sosial juga memiliki peran penting dalam kehidupan remaja. Karena umumnya, remaja dapat dengan mudah mengakses konten yang bersifat pornografi melalui platform media sosial. Hal ini dapat mengakibatkan remaja cenderung meniru atau mencoba hal-hal baru untuk memenuhi rasa penasaran mereka.
Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual, sumber, serta motifnya menjadi hal yang esensial untuk dapat mengelola dorongan seksual dengan lebih terarah. Perlu juga diperhatikan zona sensitif seksual pribadi. Zona erogen adalah sensor sentuhan tertentu yang, jika terstimulasi, dapat memicu rangsangan seksual. Sebaiknya, kontak langsung pada zona ini dihindari, karena dapat memunculkan dorongan atau keinginan seksual yang mungkin ada pada seseorang. Kurang pemahaman dan pengetahuan terkait hal ini dapat menghasilkan perasaan bersalah yang berlebihan, karena merasa melanggar atau melampaui batasan norma yang berlaku dalam lingkungan.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa perlu adanya sebuah Pendidikan konprehensif yang kompleks tentang perilaku seksual remaja di sekolah dalam bentuk pemberian informasi yang benar tentang perilaku seksual pada remaja.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.