Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image M A Adhitya E F

Teknologi AI untuk Mengidentifikasi Penyebab Kenaikan Emisi CO2: Kontribusi terhadap SDGs No. 9

Teknologi | Saturday, 16 Dec 2023, 03:19 WIB
sumber : https://ampx.energy/images/technology/ampx_technology_ai.jpg

Penerapan kecerdasan buatan dalam menanggulangi permasalahan lingkungan hidup merupakan langkah inovatif yang sejalan dengan Target Pembangunan Berkelanjutan No. 9 tentang Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. AI, khususnya jaringan syaraf tiruan yang biasa dikenal dengan Artificial neural network, telah terbukti memberikan dampak positif dalam mengidentifikasi penyebab utama peningkatan emisi CO2 dan memberikan solusi yang efektif.

Kecerdasan buatan atau yang dikenal dengan AI telah menjadi terobosan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Meski awalnya diterapkan dalam aktivitas sehari-hari seperti bermain game dan berfoto selfie, AI telah menunjukkan potensi luar biasa dalam mengatasi tantangan serius, termasuk masalah lingkungan, pendidikan, dan ekonomi.

Namun, perhatian terhadap meningkatnya dampak lingkungan memicu refleksi mengenai peran AI dalam mengatasi masalah ini. Kerusakan lingkungan yang merupakan permasalahan global yang belum ada solusi pastinya menimbulkan urgensi untuk melibatkan teknologi AI dalam menemukan penyelesaian masalah yang inovatif dan efektif.

Para ilmuwan semakin menyadari potensi AI dalam mengatasi dampak negatif kerusakan lingkungan. Dengan memanfaatkan berbagai jenis AI, mereka dapat menganalisis data dari berbagai sumber, mengidentifikasi pola dan tren, serta merumuskan tindakan penanggulangan yang efektif dan efisien. Teknologi AI juga digunakan untuk memprediksi dampak kerusakan lingkungan di masa depan sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan pencegahan yang tepat sebelum terlambat. Dengan begitu, penerapan teknologi AI dapat membantu ilmuwan dan pengambil kebijakan mengambil keputusan lebih akurat dan berdampak positif terhadap kelestarian lingkungan.

Salah satu contoh nyata penerapan AI dalam mengatasi permasalahan lingkungan ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Opole University of Technology di Polandia. Mereka menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) untuk menganalisis dan memprediksi emisi CO2. Penelitian ini mencakup faktor-faktor seperti emisi industri, kendaraan, luas penghijauan, konsumsi batu bara, dan jumlah kendaraan yang mencemari udara.

Dengan merencanakan masukan dan keluaran jaringan saraf secara cermat, sistem dapat belajar dari data masukan dan menghasilkan prediksi emisi CO2 yang masuk akal. Prediksi ini membantu mengidentifikasi potensi perkembangan emisi karbon di masa depan berdasarkan tren yang ada. Proses ini melibatkan tahap pemodelan, yang menggunakan regresi linier untuk menjelaskan hubungan antara input dan output. Penggunaan aplikasi R dalam analisis statistik dan visualisasi hasil penelitian memperkuat validitas temuan.

Melalui analisis sensitivitas, para ilmuwan dapat mengetahui dampak setiap parameter terhadap total emisi, menunjukkan bahwa penggunaan batu bara merupakan penyebab utama peningkatan emisi CO2 di Polandia. Meski cara perhitungannya rumit, namun teknologi berbasis AI ini berpotensi diadopsi di Indonesia yang menghadapi permasalahan serupa. Pemerintah perlu mendukung penerapan teknologi ini untuk mengidentifikasi akar permasalahan emisi karbon dan mengambil tindakan yang efektif dan efisien sesuai dengan tujuan SDGs No. 9.

Dengan memberikan dukungan maksimal terhadap penerapan teknologi AI, Indonesia dapat bergerak menuju peningkatan kualitas lingkungan dan mengurangi dampak negatif emisi karbon. Ini merupakan langkah penting untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan menjamin kesejahteraan generasi mendatang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image