Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faris Muhammad Rafiq

Mari Mengenal Fenomena Campur Kode Melalui Serial Induk Gajah

Eduaksi | Friday, 15 Dec 2023, 22:14 WIB
Serial Induk Gajah. Sumber: Faris Muhammad Rafiq

Serial Induk Gajah merupakan serial bergenre komedi keluarga produksi MD Entertainment. Serial ini memiliki 8 episode yang bisa membuat penonton tertawa dan menangis secara bergantian. Serial Induk Gajah garapan sutradara Muhadkly Acho merupakan adaptasi dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Iragita Natalia Sembiring. Menariknya, cerita Induk Gajah merupakan kisah nyata dari sang penulis novel, Iragita Natalia Sembiring.

Serial Induk Gajah menceritakan tentang Ira, perempuan batak yang selalu dijodohkan oleh ibunya, Mamak Uli. Bukan tanpa sebab Ira selalu dijodohkan, karena Ira telah menginjak kepala tiga, namun belum menikah juga. Ira juga selalu dituntut untuk melakukan diet oleh Mamak Uli, karena menurut Mamak Uli, tubuh Ira yang besar seperti “gajah” membuat Ira sulit mendapatkan jodoh.

Serial Induk Gajah. Sumber: Faris Muhammad Rafiq

Dalam serial yang kental dengan nuansa adat Batak ini terdapat fenomena bahasa berupa campur kode. Campur kode adalah ketika kita mencampurkan dua bahasa atau lebih saat berkomunikasi, berguna untuk memperluas gaya dan ragam bahasa. Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Campur kode ke dalam adalah mencampurkan bahasa utama dengan serpihan dari bahasa daerah. Sedangkan campur kode ke luar terjadi ketika mencampurkan bahasa utama dengan serpihan dari bahasa asing.

Dalam 8 episode yang telah disuguhkan oleh MD Entertainment, serial Induk Gajah memiliki banyak campur kode dalam dialog-dialognya. Seperti kata benga-benganya, inang, mamak, eda, ito, klean, nantulang dan kek untuk campur kode ke dalam. Sedangkan kata stay, move on, ngelike, hot chocolate, thank you, marketing, free, post, smart dan my love untuk campur kode ke luar.

Campur kode dalam serial Induk Gajah digunakan untuk membuat obrolan menjadi lebih santai, atau karena penutur tidak menemukan padanan kata dari bahasa yang digunakan. Penggunaan campur kode dalam berkomunikasi memang tidaklah salah, namun alangkah baiknya ketika masih ada padanan kata dalam bahasa Indonesia, lebih baik kita gunakan padanan katanya. Mari kita jaga, banggakan, dan gunakan bahasa persatuan kita, bahasa Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image