Membangun Pemahaman dan Dukungan yang Sehat Pada Perilaku Seksual Remaja
Eduaksi | 2023-12-15 12:50:52Masa remaja menurut Nurhayati (2015) merupakan fase transisi antara masa anak dan masa dewasa, diwarnai oleh gejolak semangat muda dan pencarian identitas. Remaja berada di antara anak-anak dan orang dewasa, menjalani fase mencari jati diri yang penuh tantangan dan ketidakpastian. Psikologisnya dipengaruhi oleh perubahan fisik dan egosentrisme, di mana mereka cenderung memandang dunia dari perspektif pribadi mereka. Timbulnya masalah atau perilaku menyimpang pada remaja bisa disebabkan oleh perubahan psikologis yang memberikan dorongan-dorongan tertentu yang seringkali tidak terdeteksi dengan jelas.
Remaja mengalami perubahan fisik, emosional, dan sosial yang dapat berdampak besar pada perilaku seksual mereka. Pubertas membawa pertumbuhan payudara, perkembangan organ genital, dan perubahan hormon seksual yang memicu dorongan perilaku seksual. Emosional, remaja mencari identitas diri dan menghadapi dorongan seksual yang memengaruhi respons terhadap hubungan dan eksplorasi seksual. Sosial, mereka terlibat dalam hubungan interpersonal, dipengaruhi oleh teman sebaya dan paparan media massa terhadap seksualitas. Pendidikan seks dan pengetahuan tentang reproduksi memainkan peran penting, sementara nilai budaya dan agama memengaruhi pandangan remaja terhadap moralitas seksual. Tantangan dan peluang muncul dalam menjelajahi kompleksitas perilaku seksual remaja, di mana pendidikan seks yang benar dan komunikasi terbuka dapat membantu mereka membuat keputusan yang informan (Ramdhani & Asfari, 2023)
Dalam kompleksitas masa remaja, tantangan tambahan muncul dalam bentuk perilaku seksual. Perilaku seksual merupakan tindakan yang timbul dari dorongan atau keinginan seksual dapat muncul baik terhadap lawan jenis maupun sesama jenis. Konteks hubungan berpacaran perilaku seksual mencakup serangkaian tahap mulai dari berciuman, bercumbu ringan, bercumbu berat, hingga mencapai hubungan intim (Yulianto, 2020). Studi dari Indrijati (Rohmadina et al., 2020) menemukan bahwa para remaja tersebut tengah mencari referensi untuk tugas mereka. Kecanduan pornografi juga menggiring remaja pada aktivitas seksual yang tidak sehat,termasuk seksuaal pra-nikah (Ramdhani & Asfari, 2023). Oleh sebab itu, penting bagi remaja untukmemahami seksualitas dari aspek fisik, emosional, dan sosial sehingga mampu membuat keputusan yang sehat tentang perilaku seksual mereka.
Sikap seksual pranikah pada remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengetahuan, kebudayaan, media massa, dan pengalaman pribadi. Pengetahuan yang memadai tentang seksualitas dan isu terkait dapat membantu remaja dalam membuat keputusan yang bijak dan bertanggung jawab mengenai kehidupan seksual mereka. Di sisi lain, faktor kebudayaan juga berperan penting dalam membentuk sikap remaja terhadap seks pranikah. Setiap budaya memiliki norma dan nilai yang berbeda dalam hal seksualitas, sehingga mempengaruhi pandangan dan penerimaan remaja terhadap seks pranikah (Andrian et al., 2022).
Media massa juga memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap seksual pranikah remaja. Gambaran seksualitas pranikah yang sering kali dipromosikan dalam film, televisi, musik, dan internet dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku remaja. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk memahami dan memilah informasi dari media secara kritis serta mendapatkan pemahaman yang sehat mengenai seksualitas. Terakhir, pengalaman pribadi juga memengaruhi sikap seksual pranikah remaja. Pengalaman dalam hubungan percintaan atau pengaruh teman sebaya dapat membentuk pandangan dan sikap remaja terhadap seksualitas. Pengalaman positif yang didukung dengan baik dapat mendorong sikap yang terbuka dan bertanggung jawab, sementara pengalaman negatif atau trauma seksual dapat mempengaruhi sikap yang negatif dan tidak sehat terhadap seksualitas pranikah.
Remaja yang minim pengetahuan tentang perilaku seksual pra-nikah membuat mereka bersikap dan berperilaku keliru terhadap seksualitas, terutama jika mereka melihat hubungan seks sebagai cara untuk mengekspresikan cinta.
Menurut Sarwono (Andrian et al., 2022),perilaku seksual pada remaja dapat menimbulkan dampak yang signifikan. Secara psikologis, mereka mungkin mengalami berbagai emosi seperti marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah, dan berdosa. Dampak fisiologisnya melibatkan risiko kehamilan, sementara dampak sosialnya termasuk potensi pengucilan, risiko putus sekolah, dan tekanan dari masyarakat. Dampak fisiknya mencakup peningkatan risiko terhadap penyakit menular seksual. Penelitian mengenai pengaruh pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, termasuk pemahaman kesehatan reproduksi remaja, termasuk pemahaman tentang masa subur, kehamilan, HIV/AIDS, dan dampaknya terhadap perilaku seksual, dilakukan melalui analisis regresi berganda.
Mendukung kesehatan perilaku seksual remaja melibatkan memberikan Pendidikan Seks dengan tiga fokus utama. Pertama, berikan informasi tentang perubahan fisik dan emosional selama masa transisi remaja, termasuk gejala seperti menstruasi, dan pertumbuhan tubuh. Kedua, tingkatkan pemahaman tentang kesalahan dan penyimpangan seksual, seperti ketergantungan pada pornografi dan pacaran yang berlebihan. Ketiga, sampaikan pengetahuan mengenai konsekuensi negatif dari pergaulan bebas dan aktivitas seksual pada usia dini, termasuk risiko terkena kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular. Diharapkan Pendidikan Seks dapat membantu remaja membuat keputusan bijak dan menghindari risiko perilaku seksual yang merugikan. Sehingga dengan adanya edukasi yang diberi kepada remaja mengenai Pendidikan seks, mereka akan lebih memperhatikan soal perilaku seksual (Rinta, 2015).
Kesimpulannya adalah bahwa masa remaja merupakan fase peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik, emosional, dan sosial. Perilaku seksual pada remaja dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti perubahan hormon, pencarian identitas diri, pengaruh teman sebaya, media massa, dan pengalaman pribadi. Pengetahuan yang memadai, pemahaman tentang konsekuensi negatif, dan edukasi tentang perilaku seksual yang sehat dapat membantu remaja dalam membuat keputusan yang bijak dan bertanggung jawab terkait dengan seksualitas mereka. Perilaku seksual pranikah pada remaja juga dapat memiliki dampak psikologis, fisiologis, dan sosial yang signifikan. Oleh karena itu, penting untuk mendukung kesehatan perilaku seksual remaja melalui pendidikan seks yang memberikan informasi yang benar dan komunikasi terbuka.
Daftar Pustaka
Andrian, R., Suhrawardi, & Hapisah. (2022). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja dengan perilaku seksual pranikah . Jurnal Inovasi Penelitian, 2(10), 3441–3446.
Nurhayati, T. (2015). Perkembangan perilaku psikososial pada masa pubertas. Jurnal Pendidikan Sosial Dan Ekonomi , 4(1).
Ramdhani, M. S., & Asfari, N. A. B. (2023b). Pornografi pada Remaja: Faktor Penyebab dan Dampaknya. Flourishing Journal, 2(8), 553–558. https://doi.org/10.17977/um070v2i82022p553-558
Rinta, L. (2015). Pendidikan seksual dalam membentuk perilaku seksual positif pada remaja dan implikasinya terhadap ketahanan psikologi remaja. Jurnal Ketahanan Nasional, 21(3), 163–174.
Rohmadina, F. A., Egi, M., Khansa, N., & Yulianto, A. (2020). Perbedaan perilaku seksual pranikah antara remaja pengguna internet tinggi dan remaja pengguna internet rendah di Tangerang Selatan (Vol. 1).
Yulianto, A. (2020). Pengujian psikometri skala Guttman untuk mengukur perilaku seksual pada remaja berpacaran. Jurnal Psikologi: Media Ilmiah Psikologi, 18(1), 38–48.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.