Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Frida Febiola

Nanoteknologi untuk Petroleum Water, Solusi Bagi Ancaman Besar Kehidupan Bawah Laut

Teknologi | Friday, 15 Dec 2023, 01:24 WIB

Di tengah masifnya kampanye terkait energi baru dan terbarukan, tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi masih menjadi primadona dalam penggunaanya di bidang industri walaupun peralihan ke energi terbarukan mulai terjadi. Minyak bumi merupakan sumber energi non-terbarukan yang nantinya pasti akan habis karena keterbatasan jumlahnya di alam. Eksploitasinya di era sekarang yang cukup masif akan mempercepat berkurangnya sumber daya tersebut. Walaupun demikian, negara-negara besar produsen minyak bumi masih berlomba-lomba untuk ekspor dan produksi sumber daya tersebut untuk kebutuhan industri. Dikutip dari data yang ada pada Goodstats.id, negara-negara produsen minyak bumi tertinggi yakni Amerika Serikat, Arab Saudi, serta Rusia.

Minyak bumi banyak terdapat pada area lautan dan samudera. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan minyak berlomba-lomba melakukan eksploitasi dan produksi minyak bumi dengan membangun kilang minyak di berbagai penjuru lautan yang ada di bumi ini. Namun, hasil dari ekstraksi dan eksploitasi minyak tersebut seringkali tidak diperhitungkan oleh perusahaan. Sehingga, tak hanya minyak yang mereka dapat, akan tetapi residu berupa limbah juga terbentuk dan dibuang begitu saja ke lautan, yang mana akan mengganggu keseimbangan kehidupan bawah laut. Residu atau limbah tersebut disebut Petroleum Water.

Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui cara paling efektif dalam pembersihan limbah yang dihasilkan pada ekstraksi minyak bumi ini. Salah satunya yakni penggunaan Green Nanotechnology. Berbagai macam nanopartikel disintesis dalam upaya pembersihan limbah minyak yang dibuang dengan asal di laut lepas. Pembersihan tumpahan minyak menggunakan nanomaterial yang disintesis sedemikian rupa menjadi opsi yang lebih efektif dibandingkan metode pembersihan konvensional, sehingga diperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan pembersihan menggunakan bahan kimia konvensional pada umumnya (Boris et.al, 2014). Nanomaterial yang digunakan bisa beragam, contohnya pada penelitian yang dilakukan Bouafia et.al pada tahun 2023, mensintesis α‑Fe2O3, ZnO, dan CuO nanopartikel dengan tanaman Portulaca oleracea sehingga kemudian diaplikasikan pada pembersihan limbah minyak yang ada pda lautan lepas.

Pembersihan limbah dengan nanoteknologi cukup efisien sehingga cocok untuk diterapkan dalam pengimplementasian terwujudnya SDGs, terutama pada nomor 6 yakni Clean Water and Sanitation.

Frida Febiola Witjaksono, Mahasiswi Rekayasa Nanoteknologi Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image