Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nasywa Zaaidah

Pengaruh Korean Wave terhadap Ekspresi Kreatif Gen Z

Gaya Hidup | 2023-12-13 23:35:44

Korean Wave, yang lebih dikenal dengan istilah Hallyu, telah menjadi kekuatan yang mengubah panorama budaya global. Fenomena ini bukan sekadar memperkenalkan K-Pop dan K-Drama ke panggung dunia, tapi juga membentuk pandangan serta cara ekspresi kreatif dari Generasi Z. Generasi Z adalah generasi yang lahir rentang tahun 1995 hingga 2012, dan merupakan generasi pertama yang tumbuh bersama dengan teknologi digital dan internet. Mereka telah tumbuh di lingkungan yang selalu terhubung satu sama lain, dimana informasi terhadap kebudayaan dari berbagai penjuru dunia sangat mudah di akses. Generasi Z dikenal sebagai kelompok yang cerdas, analitis, dan sangat terampil dalam menggunakan teknologi. Sejak masa kecil, kita telah dibesarkan di tengah kemajuan teknologi yang pesat. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila Gen Z lebih terampil dan memahami perkembangan teknologi secara menyeluruh.

http://community.church/groups/" />
Source: http://community.church/groups/

Digital native adalah generasi muda yang lahir saat internet telah menjadi bagian hidup mereka. Kehidupan mereka telah dikelilingi oleh internet sejak awal kelahiran mereka. Keikutsertaan mereka diidentifikasikan pada dunia maya sebagai digital native. Generasi Z termasuk dalam kelompok digital native yang mengalokasikan sebagian besar waktu mereka untuk berinteraksi melalui media sosial. Pengetahuan remaja Generasi Z sudah cukup untuk mengelola penggunaan media sosial, yang memberi mereka keunggulan dalam memahami dan menggunakan alat-alat digital untuk mengekspresikan ide-ide kreatif mereka. Kreativitas Gen Z muncul dari interaksi mereka dengan teknologi yang memungkinkan mereka untuk bereksperimen, menciptakan, dan berbagi konten dengan cepat dan luas. Media sosial tidak hanya membuat Generasi Z berperan sebagai pengguna pasif, tetapi juga aktif menggabungkan ide-ide kreatif mereka yang menjadi bentuk pesan interaktif dan menarik di dunia maya. Generasi digital native menyadari bahwa kemampuan adaptasi mereka terhadap teknologi membuat mereka memiliki pandangan yang lebih terbuka terhadap inovasi dan solusi kreatif dalam menyelesaikan berbagai masalah dan menciptakan karya-karya yang menginspirasi.

Melihat generasi Z sebagai digital native yang mudah dipengaruhi oleh fenomena yang ditemukan melalui platform digital, didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Lucy Pujasari (2018), yang menyatakan dari 225 informan digital native, beberapa diantaranya mengutarakan kekaguman mereka terhadap Korean Wave. Ketertarikan terhadap budaya pop Korea tersebut menghasilkan minat yang kuat dalam aktif menyelami platform media sosial, salah satunya dengan mengikuti akun Twitter dan Instagram artis-artis Korea. Interaksi yang tidak terbatas oleh waktu, tempat, dan antarbudaya terlihat melalui postingan atau komentar yang ditujukan kepada artis-artis korea. Generasi digital native Indonesia juga percaya diri menggambarkan kecintaan pada Hallyu di akun media sosial mereka. Tidak hanya itu, keterlibatan Generasi Z dengan tren Korean Wave melalui platform digital juga mampu memperluas ruang kreativitas mereka dan mengembangkan kesempatan mereka untuk berkolaborasi. Mereka tidak hanya dipengaruhi oleh budaya Korea Selatan, tetapi juga secara aktif terlibat dalam memperluas interpretasi baru terhadap fenomena ini dengan pendekatan kreatif yang mereka miliki sebagai digital native.

Kreativitas yang dimiliki para Generasi Z yang memiliki ketertarikan terhadap Hallyu, dapat dapat dilihat dalam teori participatory culture. Ada sejumlah motif yang mempengaruhi participatory culture, seperti motif pencarian informasi, pencarian hiburan, interaksi sosial dan pembangunan komunitas, serta ekspresi diri. Participatory culture merujuk pada konsep di mana pengguna media tidak hanya menjadi seorang konsumen tetapi juga sebagai produsen informasi dalam media tersebut. Konsep ini menggambarkan bagaimana audiens dengan kreativitas yang berbeda dapat menciptakan karya budaya mereka sendiri melalui penafsiran serta pemahaman yang beragam terhadap informasi produk media yang mereka konsumsi.

Dalam suatu komunitas penggemar salah satu grup K-pop populer, BTS yang dikenal dengan fandom ARMY, merayakan anniversary BTS menjadi momentum istimewa bagi fandom K-pop ARMY dengan menghadirkan proyek spesial sehingga memancarkan kreativitas luar biasa Generasi Z yang terpapar Korean Wave. Proyek ini termasuk perilisan beberapa single lagu seperti "We'll Be Fine," "See You There," dan "7 Reasons" yang tersedia di platform YouTube dan Spotify. Karya-karya ini diciptakan oleh Gracie Ranan dan dinyanyikan oleh ARMY dari berbagai belahan dunia, menyatukan suara dari segala penjuru dalam mengekspresikan kreativitas dan cinta mereka melalui musik, menghasilkan lagu-lagu yang memiliki makna mendalam.

Namun, proyek ini tidak hanya sebatas pada karya musik. Seminar bertema "Dis-Ease" hingga Purple Light Festival menjadi sorotan, di mana "Manshur Angklung" dan "UR art culture" diundang untuk tampil dengan pendekatan unik: membawakan lagu-lagu BTS menggunakan alat musik tradisional seperti Angklung dan Gamelan. Partisipasi kolaboratif Generasi Z dalam proyek ini menampilkan bagaimana mereka tidak hanya sekedar penggemar, tetapi juga kreator dalam memperluas daya tarik Korean Wave ke dalam budaya lokal.

Source: @bangtanwayang at X

Tidak hanya di bidang musik, kreativitas ARMY juga terlihat dalam bentuk seni lainnya. Salah satu ARMY dengan akun @bangtanwayang di Twitter menciptakan karya wayang dengan konsep anggota BTS. Karya seni ini menggambarkan upaya kreatif dalam menggabungkan budaya tradisional Indonesia dengan kecintaan pada BTS.

Semua ini mencerminkan kontribusi aktif Generasi Z dalam memanfaatkan platform digital. Mereka bukan hanya penggemar yang antusias menunjukkan dampak positif dari paparan Korean Wave dan digitalisasi, tetapi juga kreator yang berpartisipasi aktif dalam memperkaya dan menginterpretasikan fenomena Korean Wave yang menjadi budaya populer dengan cara yang kreatif dan inovatif.

REFERENSI:

Dinar, R. E., Abidin, Z., & Rifai, M. (2022). Fan Culture dan Perkembangan Kreativitas Remaja KPopers. Jurnal Politikom Indonesiana, 7(1), 113-129.

Supratman, L. P. (2018). Penggunaan media sosial oleh digital native. Jurnal Ilmu Komunikasi, 15(1), 47-60.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image