Kemudahan Beramal Datang dari Allah Taala
Agama | 2023-12-13 05:04:59Penulis: Rahmah Khairani S.Pd
Amalan adalah bekal yang dibawa untuk kehidupan setelah kematian. Oleh karena itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya mempersiapkan bekal terbaik untuk kehidupan abadi. Singkatnya masa hidup di dunia bila dibandingkan dengan banyaknya amal yang harus dibawa, secara hitungan manusia tentu tidak akan mencukupi. Artinya, menjadi sangat penting mengetahui amalan apa yang memiliki keistimewaan dalam ganjarannya meskipun energi, waktu maupun harta yang dihabiskan relatif sedikit.
Ini pula lah yang menjadi pertanyaan seorang sahabat Nabi shallallahu’alaihi wasallam Muadz bin Jabal. Seorang sahabat yang dikenal sedikit berbicara kecuali untuk perkara yang ma’ruf. Beliau juga dikenal sebagai sahabat yang paling mengetahui antara halal dan haram. Suatu ketika beliau berjumpa dengan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan bertanya tentang amal yang mudah.
Dari Muadz bin Jabal ra. ia berkata, “Aku berkata: Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku tentang amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka.” Beliau shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sungguh engaku telah bertanya tentang masalah yang agung, namun sesungguhnya hal itu sangat mudah bagi siapa yang dimudahkan oleh Allah. (yaitu) Engkau beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.”
Kemudian beliau shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebajikan? Puasa adalah perisai, sedekah itu menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat yang dilakukan seseorang di tengah malam.” Kemudian beliau shallallahu’alaihi wasallam membaca firman Allah: “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya” sampai firmanNya: “Yang telah mereka kerjakan” (QS. As-Sajadah: 16-17).
Kemudian beliau shallallahu’alaihi wasallam bertanya kembali: “Maukah aku beritahukan kepadamu tentang pokok segala urusan, tiang dan puncaknya?” Aku menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad.” Kemudian beliau shallallahu’alaihi wasallam bertanya lagi: “Maukah aku beritahukan kepadamu tentang hal yang menjaga itu semua?” Aku menjawab: “Tentu wahai Rasulullah.” Kemudian beliau shallallahu’alaihi wasallam memegang lidahnya lantas bersabda: “Jagalah ini.” Aku bertanya: “Wahai Nabi Allah, kita akan disiksa karena apa yang kita ucapkan?” Beliau shallallahu’alaihi wasallam menjawab: “Semoga ibumu kehilanganmu wahai Mu’adz, tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah-wajah mereka melainkan dengan sebab lisan mereka (yang buruk)?! (HR. At-Tirmidzi).
Perkara yang ditanyakan Muadz bin Jabal ini disebut Rasul sebagai perkara yang agung karena amalan ini akan memasukkan dia ke surga dan menjauhkannya dari neraka. Nabi saw. mengungkap bahwa sesungguhnya amal yang dilakukan seseorang akan mudah apabila dimudahkan oleh Allah. Kemudahan seorang hamba beramal sejalan dengan diberikannya hidayah taufik dari Allah kepadanya. Hidayah taufik yang dimaksud adalah pemberian rasa lapang ke dalam hati seorang hamba sehingga mudah baginya melakukan amal sholih. Dia tidak akan merasa berat melakukan yang sunnah apalagi yang wajib, sekalipun amalan itu seperti mendaki gunung yang tinggi.
Sesungguhnya orang beriman senantiasa meminta hidayah taufik dalam setiap sholatnya, yakni tatkala membaca surah Al-Fatihah. Ibnu Katsir mengatakakan bahwa kalimat “ihdina” artinya meminta taufik agar tepat berada di sirath yang lurus. Oleh karena itu, setiap orang akan menemukan kemudahan saat Allah berikan ia taufik.
Adapun amalan-amalan yang dimudahkan Allah bagi penerima taufik itu adalah, pertama menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, yakni tidak meminta kecuali hanya kepada Allah taala. Kedua, menegakkan sholat, yakni melaksanakan semua kaifiah sholat baik rukun maupun sunnahnya seperti merapatkan shaf dalam sholat berjamaah.
Ketiga, menunaikan zakat, baik zakat harta, ternak, pertanian, perdagangan). Keempat, berpuasa. Puasa adalah junnah (benteng/perisai) antara dirinya dengan kemaksiatan. Kebanyakan kemaksiatan berawal dari tidak mampunya dia mengelola syahwatnya, sementara puasa akan membuat syahwat mengecil.
Salah satu penyebab syahwat itu menjadi besar adalah karena banyak makan. Kelima, bersedekah. Sedekah akan menghapus dosa-dosa sebagaimana air memadamkan api. Dosa yang dimaksud di sini adalah dosa-dosa kecil bukan dosa besar. Memperbanyak sedekah menjadi sebab terhidarnya seorang hamba dari murka Allah.
Begitupula berbuat baik kepada sesama orang beriman juga dapat menghilangkan murka Allah. Dari semua orang yang patut diberikan sedekah, maka sebaik-baik sedekah adalah kepada orang-orang yang masih mempunyai hubungan kerabat dengan kita. Keenam, sholat malam. Sholatnya seseorang di pertengahan malam diumpamakan bahwa mereka menjauhkan lambungnya dari tempat tidur, yang berarti tidur mereka sedikit. Ini adalah diantara kebiasaan umat-umat terdahulu. Semakin berat amal semakin besar pula pahalanya. Inilah pintu-pintu kebaikan yang akan memudahkan masuk surga.
Pokok dari segala urusan adalah Iman yang ada di hati. Tiangnya adalah sholat dan puncaknya adalah jihad fi sabilillah baik dengan raga, atapun harta untuk diserahkan bagi keperluan jihad. Apabila tidak mampu maka gunakanlah lisan kita untuk membantuk jihad fi sabilillah.
Semua amalan-amalan yang disebutkan di atas butuh pengikat agar tidak sia-sia. Pengikatnya adalah menahan lisan dari ucapan yang bathil. Para ulama mengatakan bahwa diantara yang membuat banyak orang masuk neraka adalah karena tidak menjaga lisan. Misalnya perkataan yang meremehkan shalat, menuduh wanita baik-baik berzina, ghibah, namimah dan sebagainya. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang menjamin untukku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan diantara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga” (HR. Bukhari). Wallahua’lam bish showab.
Referensi: Majlis Kajian Hadits Arbain Ustadz Kusnady Ar-Razi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.