Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aulia Dwijayanti Rahman

Cita Rasa Klasik Solo di Warung Mbak Lies: Sebuah Pameran Seni Kuliner

Kuliner | Monday, 11 Dec 2023, 15:35 WIB

Rasa Penasaran, Menapaki Jejak Menuju Warung Selat Solo Mbak Lies

Hari itu, saya ngide mengajak rekan-rekan kerja saya untuk sekedar jalan-jalan melepas penat. Healing kalau kata Gen Z. Awalnya rencana kami adalah hanya sekedar karaoke. Tapi salah satu rekan saya- Dita namanya, meminta hiburan yang agak lebih mengeluarkan effort- keluar kota. Mengingat kami terlalu bosan dengan hiruk pikuk dan panas ngentang-ngentangnya Semarang. Rekan kami yang lain menyeletuk, Jogja saja. Namun terlalu mainstream kalau harus ke Jogja. Mengingat kami semua sudah terlalu sering mengunjungi Jogja. Rencana diputuskan ketika rekan saya yang lain- Awang namanya, ngide untuk PP (pulang pergi) sekedar jalan-jalan ke Solo.

Tibalah Sabtu, 4 November 2023 kami berkumpul di meeting point kontrakan Awang, kami berangkat pukul 6 pagi dan tiba di Solo pukul 09.40 pagi. Dikarenakan terlalu pagi, kami memutuskan tidak sarapan dan hanya mengganjal perut dengan beberapa snack yang kami beli dari mini market biru yang hampir ada disetiap ruas jalan.

Kami semua kelaparan, hingga kami memutuskan untuk berdiskusi tepat setelah mobil menapaki Kartosuro. Memang kala itu saya sempat searching di laman google “rekomendasi menu sarapan di Solo”. Beberapa deretan list menu muncul di halaman pencarian, namun rasa-rasanya semua list menu makanan tersebut sudah pernah kami dengar dan sudah pernah kami cicipi walaupun dengan versi daerah yang berbeda. Mata saya tertuju pada menu “Selat Solo”. Dalam benak saya, selat terkesan seperti istilah maritim yang mengartikan lautan diantara kepulauan.

Beberapa rekomendasi mengenai warung selat muncul, namun dari review google kami tertarik untuk coba menepi menikmati sepiring Selat legendaris yaitu Selat Mbak Lies. Betul-betul penasaran, mengapa google merekomendasikan warung selat ini menjadi urutan pertama dengan 7ribuan review.

Dari Lokasi Tersembunyi Hingga Suasana Epic dan Pelayanan Ramah

Warung Selat Mbak Lies beralamat di Serengan, Solo tepatnya di Jl. Yudhistira No.9. Tempatnya agak sulit dijangkau mengingat letaknya berada didalam gang. Jadi, untuk teman-teman yang memakai mobil disarankan untuk parkir di bahu jalan sekitaran Jalan Nakula atau Sadewa. Saya harap kalian tidak terlalu mager untuk berjalan kedalam gang yudistira, hanya 2 menit kok.

Cukup mudah untuk menemukan Warung Selat Mbak Lies ini. Mengingat dekorasi warungnya yang nyentrik penuh dengan porselen dan kerajinan tangan lainnya. Kerajinan tangan tersebut bukan hanya dekorasi pajangan saja, melainkan bisa juga dipinang dan dibawa pulang. Bukan hanya porselen dan kerajinan tangan saja. Disana juga menjual alat-alat kebersihan dan beberapa jajanan jadul yang sudah jarang ditemui, seperti rambut nenek, permen gulali, dan ting-ting kacang tanah. Selain itu, kesan legendaris semakin kuat kala saya menemui area tengah warung mbak Lies yang memajang piring dan cangkir yang mirip seperti dirumah nenek. Piring dan cangkir yang terbuat dari seng dengan corak hijau putih , ada juga corak putih dengan bunga-bunga khas. Sungguh Nostalgia. Mungkin di pikiran pembaca sekalian, sekilas tempat ini begitu random dan akan terkesan semrawut. Pada nyatanya tidak lho, penataan dan unsur perpaduan warnanya tertata dengan sangat epic sehingga memunculkan kesan klasik dan nyentrik. Kalau penasaran, coba saja kesana.

Begitu memasuki warung, kalian akan ditanya untuk berapa orang oleh bapak/ ibu pramuniaga yang semuanya menggunakan dresscode formal dan akan diarahkan menuju meja yang sesuai dengan kapasitas tamu. Kebetulan waktu itu kami datang berenam, jadi kami duduk kursi baris terdepan persis di samping cermin besar. Kala itu kami datang sebelum waktu makan siang. Tapi sudah cukup ramai. Hanya beberapa meja saja yang terlihat masih kosong.

Kisah Perubahan dari Meja Kecil Hingga Keberlanjutan Tradisi Sehat

“Dulu, bentuk warungnya ndak begini mbak. Cuma meja kecil tok didepan rumah. Yang beli juga dulu cuma anak-anak kecil. Soale rasane ringan kan, manis gitu. Jadi anak-anak kecil suka.”

“Dulu kepikiran jualan selat karena selat itu kan makanan 4 sehat 5 sempurna. Empat sehate iku karbohidratnya dari kentang, ada vitamin dari sayur rebus, protein dari telur sama daging. Yang lima sempurna ne dari sausnya itu. Lha wong sausnya itu kan dibuate dari susu.”

Ujar Ny Wulandari Kusmadyaningrum yang kerap disapa mbak Lilies atau mbak Lies yang kebetulan kala itu duduk di dekat kasir.

“Nama warung Mbak Lies iku yo dari namaku mbak.”

“Kita buka jam 8 sampe maghrib jam 6.”

“Ndak buka cabang. Cuma disini tok. Satu-satunya.”

Jika ada yang membuka Warung Selat dengan nama Mbak Lies namun beralamat bukan di Serengan, bisa dipastikan warung selat tersebut palsu dan hanya mencari ketenaran dari nama Mbak Lies yang melegenda.

Eksplorasi Rasa yang Menyentuh Lidah dan Hati, Garansi Ingin Kembali Lagi

Saya memesan Selat Lidah, alasan saya memesan ini murni hanya karena penasaran dengan tekstur lidah sapi yang kenyal, apakah akan cocok jika disajikan dengan kuah selat yang encer seperti hasil pencarian gambar google yang saya cari beberapa menit sebelum saya memesan.

Selang 10 menit, sepiring selat lidah telah tersaji. Nampak potongan buncis, wortel rebus, beberapa kentang goreng dengan potongan wedges dan kentang tipis, selada, telur pindang yang dibelah dua, saus putih kekuningan dan tentunya bintang hari itu, beberapa lembar daging lidah sapi yang telah dimasak dengan kuah kecap dan rempah-rempah hingga menghasilkan warna coklat yang pekat. Kondimen tersebut tertata dengan elok, terendam setengah dengan kuah encer berwarna coklat yang begitu kontras dengan piring porselen putih.

Melihatnya saja sudah menggugah selera. Saya cicipi satu persatu kondimen tersebut untuk memastikan rasa “legendaris” yang sering di elu-elukan orang-orang Solo. Suapan pertama, kuah tanpa ada campuran kondimen apapun. Rasa pertama yang berkesan adalah manis, disusul dengan rasa gurih, sedikit asin dan sedikit sekali rasa asam. Light sekali - pikir saya, pantas saja banyak yang bilang selat solo ini cocok untuk sarapan. Suapan kedua, saus putih kekuningan yang memiliki rasa asam hampir mirip dengan rasa yogurt namun juga berasa creamy seperti mayonaise dengan after taste tipis pedas jahe.

Saya mencicipi seluruh kondimen selat solo satu persatu tanpa dibarengi dengan kuah. Rasanya standar- buncis, wortel layaknya rasa sayur rebus yang hambar, kentang goreng seperti rasa biasanya, telur pindang yang manis dan gurih, dan rasa daging lidah yang kenyal dan berempah seperti biasanya. Awalnya syaa sedikit skeptis, masa iya seenak itu. Kok kalo satu-satu nyobanya jadi biasa saja, pikir saya.

Akhirnya, saya ngide untuk mengaduk semuanya yang ada di piring, dan memakannya.

“Uedyan, uenake cah”. celetuk saya. Seketika teman-teman menoleh dan tersenyum.

Mata saya terbelalak. Merasakan ramainya rasa dimulut begitu menyuap 1 sendok berisi perwakilan dari masing-masing kondimen. Ini betul-betul rasa yang sangat kaya. Berkali-kali saya manggut-manggut kecil dan bertepuk tangan karena sangat takjub dengan rasa selat solo yang sangat enak.

Rasa manis, gurih, asam, sedikit asin yang sangat nyaman dilidah bercampur dengan tekstur dari renyahnya buncis, wortel rebus dan creamy nya telur pindang, berpadu dengan epic apalagi diperkaya dengan tekstur kenyal dari daging lidah sapi. Kalau boleh saya memilih, setiap pagi saya ingin sarapan Selat Solo Mbak Lies setiap hari.

Benar-benar pengalaman berkuliner yang sangat berkesan. Dimana lagi bisa makan Selat Solo yang sangat enak sekaligus memanjakan mata dengan koleksi porselen yang ada. Rugi, kalau ndak mampir. Garansi CLBK kalo begini nih, rasanya pengin balik lagi untuk selalu menyambangi selat solo Mbak Lies.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image