Menopause Kemungkinan sebagai Faktor Risiko Penting Demensia pada Wanita
Gaya Hidup | 2023-12-09 14:33:02ADA keyakinan yang berkembang bahwa menopause dapat menjadi faktor risiko penting untuk perkembangan demensia di kemudian hari.
Wanita yang mengalami fase akhir kesuburan menghadapi banyak perubahan di otak seperti halnya di ovarium. Demikian kata Dr Lisa Mosconi, seorang ahli saraf dan direktur Women's Brain Initiative di Weill Cornell Medicine, New York, Amerika Serikat.
Meskipun sebagian besar wanita akan menghadapi perubahan ini tanpa konsekuensi kesehatan jangka panjang, sekitar 20 persen akan mengalami demensia dalam beberapa dekade berikutnya.
Menurut Dr Mosconi, otak wanita memiliki banyak reseptor estrogen, terutama di daerah yang mengontrol memori, suasana hati, tidur, dan suhu tubuh, yang semuanya bekerja dengan baik saat estrogen tinggi dan konsisten.
Estrogen juga penting bagi kemampuan otak untuk mempertahankan diri dari penuaan dan kerusakan.
Penurunan karakteristik estrogen selama menopause tidak hanya mengubah fungsi di beberapa daerah otak, katanya, tetapi juga diperkirakan mengubah struktur otak.
Pemindaian menunjukkan berkurangnya volume pada otak wanita menopause dibandingkan dengan otak pria pada usia yang sama dan otak wanita pra-menopause.
Perubahan neurologis ini mungkin bertanggung jawab atas beberapa gejala menopause, termasuk hot flashes, yakni gangguan suasana hati dan penurunan memori dan kognisi yang ringan dan biasanya bersifat sementara.
Perubahan-perubahan tersebut juga menyerupai perubahan pada otak yang mendahului demensia. Demikian menurut Dr Mosconi.
"Beberapa daerah otak yang terkena dampak menopause juga merupakan daerah yang terkena dampak penyakit Alzheimer, tetapi hubungan antara keduanya belum sepenuhnya dipahami," jelasnya.
Gejala-gejala menopause itu sendiri, seperti kurang tidur dan hot flashes, telah dikaitkan dengan demensia juga.
Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2022 menemukan bahwa hot flashes dikaitkan dengan peningkatan jumlah lesi kecil di otak, yang merupakan tanda menurunnya kesehatan otak. Itu dikatakan Dr Pauline Maki, seorang profesor psikiatri dan direktur Program Penelitian Kesehatan Mental Wanita di University of Illinois di Chicago dan salah satu penulis studi tersebut.
Sebuah penelitian yang lebih baru menyebutkan bahwa hot flashes saat tidur dikaitkan dengan peningkatan biomarker Alzheimer berbasis darah yang berfungsi sebagai indikator awal penyakit ini.
Meskipun penelitian ini terdengar mengkhawatirkan, otak dan fungsi kognitif sebagian besar wanita menjadi stabil setelah transisi menopause, kata Dr Maki.
"Coba pikirkan berapa banyak wanita yang mengalami menopause, setiap wanita, bukan? Dan 80 persen dari mereka tidak mengalami demensia," katanya. "
Menurut Dr Maki, kita tidak bisa merusak transisi universal ini.***
Sumber: The New York Times
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.