Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Mobil Listrik Lebih Sering Terbakar? Begini Faktanya

Teknologi | Friday, 08 Dec 2023, 10:29 WIB
Petugas sedang memadamkan mobil listrik yang terbakar. Foto: carexpert.com.au.

MOBIL-mobil listrik sudah mulai mengaspal di jalanan. Meskipun demikian, beberapa kalangan masih menyangsikan soal keamanan mobil listrik. Ada yang menyebut bahwa mobil listrik lebih sering terbakar.

Betulkah demikian?

Sejauh ini, memang ada sejumlah klaim soal kebakaran mobil listrik. Secara garis besar, klaim ini menyangkut dua hal. Pertama, kebakaran lebih sering terjadi pada mobil listrik. Dan kedua, ketika ketika kebakaran terjadi, maka kebakarannya lebih merusak.

Jika kita telisik, kebakaran mobil dapat terjadi dalam beberapa cara.

Pada mobil listrik, baterai litium yang digunakan terkadang dapat terbakar saat mengisi daya, atau setelah rusak. Baterai ini rentan terhadap proses yang disebut "pelarian termal" yakni reaksi berantai yang terjadi di dalam baterai yang melepaskan panas.

Paket baterai mobil listrik modern memiliki energi yang cukup untuk menggerakkan kendaraan sejauh ratusan mil dengan kecepatan tinggi. Namun, jika rusak secara fisik atau cacat secara internal, beberapa dari ratusan atau ribuan sel yang membentuk paket baterai lithium-ion dapat melepaskan energi yang mereka simpan, memuai, dan mengeluarkan panas. Hal ini dapat menyebabkan pelarian panas, di mana panas yang dilepaskan menyebabkan reaksi kimia di dalam sel yang menghasilkan lebih banyak panas hingga sel mengeluarkan gas dan mungkin meletus menjadi api.

Pada mobil bensin, kebakaran dapat terjadi karena gangguan kelistrikan yang menyebabkan percikan api atau jika mesin menjadi terlalu panas karena adanya gangguan pada sistem pendingin, yang berpotensi menyulut bahan bakar yang mudah terbakar.

Di Norwegia, yang memiliki proporsi penjualan mobil listrik tertinggi di dunia saat ini, terjadi empat hingga lima kali lebih banyak kebakaran pada mobil bensin dan diesel. Ini berdasar data Direktorat Jaminan Sosial dan Kesiapsiagaan Darurat Norwegia.

Sementara itu, Badan Kontinjensi Sipil Swedia tahun ini menemukan bahwa ada 3,8 kebakaran per 100.000 mobil listrik atau mobil hibrida pada tahun 2022, dibandingkan dengan 68 kebakaran per 100.000 mobil jika semua jenis bahan bakar diperhitungkan.

Adapun Departemen Pertahanan Australia yang mendanai program bertajuk EV FireSafe untuk mengkaji aspek keamanan mobil listrik menemukan bahwa ada 0,0012% kemungkinan baterai kendaraan listrik penumpang terbakar, dibandingkan dengan 0,1% kemungkinan untuk mobil bermesin pembakaran internal.

Sejauh ini, teknologi yang digunakan dalam mobil listrik dirancang khusus untuk mencegah pelarian panas. Baterai dikelilingi oleh selubung pendingin yang diisi dengan cairan pendingin untuk mencegahnya menjadi terlalu panas.

Jika baterai mengalami panas berlebih bahkan dengan pendingin, semua baterai mobil listrik dipasang dalam sebuah susunan yang kelompoknya dipisahkan oleh firewall tambahan untuk membatasi jumlah kerusakan jika terjadi kerusakan.

Namun, karena kasus-kasus kebakaran baterai Li-ion mobil listrik merupakan hal baru, maka tentu saja lebih banyak mendapat sorotan.

Dalam soal peningkatan bahaya saat baterai mobil listrik terbakar, kemungkinan terjebak dalam kebakaran mobil listrik secara keseluruhan tampaknya jauh lebih rendah daripada mobil bensin atau diesel. Ini berdasarkan berdasarkan data-data yang tersedia untuk saat ini.***

--

Sumber:

1] Brian Cooley. 2022. Why Electric Cars Burn, Why It's Probably Overhyped and How to Fix It.

2] DEC. 2021. Myth Buster: EVs Catch Fire More than Gas Cars.

3] Jasper Jolly. 2023. Do Electric Cars Pose a Greater Fire Risk than Petrol or Diesel Vehicles?

4] Jordan Golson. 2022. Why Do Electric Cars Catch Fire?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image